20✓

419 50 6
                                    

Emergency room

Didepan ruangan darurat itu sangat menegangkan. Mereka yang berada disana tidak percaya semua ini akan terjadi. Yang awalnya dipenuhi oleh kebahagiaan dan gelak tawa, kini malah di akhiri secara tragis.

Reyhan masih didalam sana. Masih ditangani oleh dokter dan perawat yang ada. Seusai kejadian menegangkan di taman sampai membuat Reyhan pingsan, keadaan menjadi genting. Mereka kalang kabut dan berlomba-lomba menghubungi rumah sakit terdekat untuk menangani Reyhan dengan cepat.

Dan disini mereka sekarang. Menunggu dengan gelisah akan hasil pemeriksaan teman mereka. Belum ada orang dewasa disana, termasuk orang tua Reyhan. Karena kedua orang tua Reyhan sedang ada keperluan di luar kota dan masih belum diketahui kapan akan pulang.

Tapi mereka telah menghubungi salah satu saudara terdekat Reyhan yang kebetulan Kiesha dan Rassya mengenalnya dengan baik. Mereka menelpon dan mengabari bahwa Reyhan, adiknya masuk rumah sakit. Setelahnya kakak Reyhan itu mengabari jika akan segera datang ke rumah sakit dan meminta mereka untuk menjaga Reyhan.

"San udah jangan nangis terus, Reyhan pasti bakal baik-baik aja ko. Percaya sama gue" Ratu masih terus berusaha untuk menenangkan Sandrina yang tidak berhenti menangis. Ia sangat prihatin dengan kondisi sahabatnya itu. Karena taruhannya dengan mantan temannya, Sandrina harus menerima konsekuensi seperti ini.

"Ini semua salah gue. Harusnya gue gak terima taruhan itu kalau tau kejadiannya bakal kayak gini," Kiesha menatap tajam Sandrina.

"Iya! Ini semua itu salah lo. Lo kira sahabat gue itu apa ha? sampe di jadiin barang taruhan gitu?,"

"PUAS LO SEKARANG BUAT SAHABAT GUE TERBARING LEMAH DI DALEM?!," Bentak kiesha yang langsung di tenangkan Rassya.

"Kiesha udah. Dia cewek, lo harus inget itu," Rassya menahan bahu Kiesha yang nampak ingin mendekati Sandrina. Kiesha menoleh bergantian menatap tajam Rassya.

"Gak ada cewek berhati iblis kayak dia, yang berani buat orang jadi barang taruhan Rassya!," Gertak Kiesha.

Sandrina semakin menangis mendengarnya. Ucapan Kiesha sangat menyakitkan hatinya, tapi itu semua benar adanya. Karena kebodohannya Sandrina harus berada di posisi seperti ini. Jika kejadian pun bisa di ulang, Sandrina tidak akan pernah mau menerima taruhan itu jika pada akhirnya Sandrina akan jatuh cinta pada Reyhan.

Tapi semuanya sudah terjadi..

"Gue tau gue salah Kiesha dan gue minta maaf untuk itu karena udah buat sahabat lo jadi kayak gini. Tapi gue udah lupain semua tentang taruhan itu, gue sebelumnya bahkan mau nyerah dan biarin mobil gue di ambil sama mereka,"

"Omong kosong! Semuanya udah terjadi dan lo baru ngomong sekarang? Harusnya lo pikir sebelum lo ngelakuin sesuatu Sandrina," Kiesha bernafas tersengal-sengal. Lelaki itu memejamkan matanya menyadari bahwa ucapannya cukup keterlaluan.

Kiesha pun memilih menjauh dan menenangkan emosinya. Ia takut jika dia akan menyakiti Sandrina, jika Sandrina ada di depan matanya.

Waktu telah berlalu dan belum ada tanda-tanda dokter akan keluar ataupun suster dari ruangan itu. Sandrina sungguh dilanda kecemasan dan kekhawatiran yang sangat tinggi. Matanya terus terpejam merapalkan doa yang terbaik untuk Reyhan.

Hingga terdengar bunyi langkah kaki membuatnya perlahan membuka matanya. Dengan matanya yang sayu, Sandrina melihat seorang lelaki dengan setelan formalnya menghampiri mereka dengan raut wajah cemasnya dan juga diikuti seorang perempuan di belakangnya. Namun Sandrina kurang jelas melihat karena pandangannya yang terasa kabur.

"Kiesha, Rassya gimana keadaan Reyhan?," Rassya menoleh memperhatikan Kiesha yang masih terdiam di ujung sana. Rassya pun memutuskan untuk menjawab.

"Reyhan masih didalam kak. Dokter masih belum kasih tau kita tentang kondisi Reyhan," Lelaki yang diketahui saudara Reyhan itu mengusap wajahnya kasar kemudian terduduk sambil meremas kepalanya.

FAKE PERSON [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang