Setelah menghabiskan waktu libur kemarin dengan senang, keesokannya mereka kembali masuk sekolah. Hari senin. Ya, hari senin. Dimana hampir semua siswa/i pasti tidak bersemangat di hari ini. Sama halnya dengan siswa/i SMA Nusa Bangsa.
Seperti semua sekolah pada umumnya, Pagi yang cerah ini lapangan nan luas itu sudah penuh dengan seluruh masyarakat sekolah yang berbaris rapih karena sebentar lagi upacara bendera akan di mulai.
Reyhan, Lelaki itu datang lebih pagi dari biasanya. Karena hari ini Reyhan mendapatkan tugas untuk menjadi Pemimpin Upacara.
Reyhan datang lebih pagi karena harus berlatih, sebab pemberitahuan dia yang akan menjadi Pemimpin Upacara itu sangat mendadak. Dia baru di kabarkan kemarin malam.
"Ah sial banget. Lagian kenapa harus gue sih?," Sungutnya kesal. Kemudian memakai topi abunya yang sedari tadi di pegangnya.
Reyhan memulai latihannya. Terus mengulang-ulang sampai ia mengerti karena dia tidak pernah menjadi Pemimpin Upacara sebelumnya.
Sampai hingga waktu Upacara tiba. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh. Kini lapangan itu benar-benar sudah penuh dengan seluruh siswa yang sudah baris sesuai kelas masing-masing. Gerbang sekolah pun sudah tutup dan sedang di jaga oleh anggota osis bagian keamanan.
"PIMPINAN SAYA AMBIL ALIH, SELURUHNYA SIAP GERAK!," Instruksi Reyhan dengan lantang.
Di barisan paling belakang, di tempat adem yang tertutupi oleh pohon rindang. Sandrina bersama teman-temannya ada disana. Sedari tadi Sandrina tidak bisa berhenti tersenyum mendengar suara lantang sang kekasih di tengah lapang sana.
"Boljug tuh suara Reyhan," Ucap Ratu yang sedang berjinjit untuk melihat ke depan.
"Kok tumben ya pemimpinnya Reyhan? Biasanya kan anak osis atau anak paskibra yang ambil alih bagian pemimpin upacara," Tanya Aqeela bingung. Sandrina pun sama bingungnya, Reyhan bahkan tidak bilang bahwa laki-laki itu menjadi Pemimpin Upacara.
"Eh Reyhan ganteng banget ya. Cocok banget sama gue,"
Sayup-sayup mereka bisa dengar ke arah samping. Terlihat disana Plavio bersama antek-anteknya sedang bergerumul. Ketiga perempuan itu sangat berisik dan selalu di tegur oleh wakil OSIS yang berada di belakang, tapi tidak di hiraukan oleh ketiganya.
Hati Sandrina terasa panas ketika mendengar Plavio terus memuji sang pacar secara terbuka di dekatnya, seperti sengaja gadis itu lakukan untuk memanasi dirinya.
"Udah biarin aja. Jangan di ladenin, bentar lagi juga kena marah tuh," Ucap Ratu ketika melihat Pak Iwan mendekat kearah mereka, lebih tepatnya kearah Plavio yang masih tetap berisik tidak menyadari kedatangan Pak Iwan.
"Plavio, Alin, Dania kalian bisa tenang? Ini lagi upacara, hargain orang yang lagi ngomong di depan. Kalo kepala sekolah ngeliat gimana? Kamu sendiri nanti yang kena,"
"I-iya maaf pak," Balas Alin mewakili kedua temannya yang langsung terdiam. Pak Iwan hanya menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya lalu kembali ke barisan guru.
"Haha rasain," Ledek Ratu tertawa kecil menatap wajah pias Plavio dan teman-temannya.
Plavio yang mendengar mengepalkan tangannya emosi. Ingin rasanya membalas tapi dia harus menahannya karena tadi sudah mendapatkan peringatan dari Pak Iwan.
"Awas lo,"
...
"Hahh gila panas banget. Sekolah gak ada niat bikin lapangan jadi indoor apa? Biar kalo amanat lama kayak tadi kita gak kepanasan," Keluh Ratu yang terus mengipaskan wajahnya menggunakan buku.
"Iya ya bener juga ide lo. Secara kan nih sekolah pasti banyak duitnya. Bayar masuk sini aja mahal banget, tapi belum ada sama sekali tuh bangunan baru atau apa gitu yang baru dari kita masuk sampe sekarang," Aqeela menyampaikan keluhannya sebagai seorang siswi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE PERSON [ON GOING]
Teen Fiction{CINTA ANAK SMP} "Lo cantik dan manja gue suka," _Fahreyza "Rey suka sandrina? Tapi kenapa harus Sandrina? Kenapa engga yang lain aja?," _Sandrina "Karna lo berbeda dengan yang lain, jadi gue suka," • • • • Di Sekolah elite seantero Jakarta SMP NUSA...