35✓

136 12 4
                                    

Di dalam ruangan seorang laki-laki tengah memasukkan beberapa barang disana ke dalam tas berukuran sedang. Setelah selesai berkemas dia berbalik badan dan bertepatan dengan seorang gadis yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Loh kok kamu yang rapihin baju aku sih?," Tanya gadis itu dengan bando pita pink di kepalanya. Berjalan cepat menghampiri laki-laki itu.

Matanya melirik nakas yang sudah rapih dan barang-barangnya sudah tidak berada disana. "Harusnya gak perlu repot-repot Rey. Aku bisa kok rapihin sendiri,"

Rey, laki-laki itu tersenyum manis. Tangannya terangkat mengelus pipi pacarnya. "Biar cepet. Papah sama mamah kamu udah nungguin di rumah,"

Sandrina mengernyit baru menyadari tidak ada orang tuanya disini. "Papah sama mamah gak ikut jemput aku juga?,"

Reyhan kembali tersenyum melihat raut cemberut Sandrina. "Aku yang gak bolehin mereka ikut. Biar istirahat aja di rumah nungguin kita. Dari kemarin papah sama mamah kamu disini nungguin kamu semaleman dan baru tadi subuh mereka pulang,"

Laki-laki itu menjeda sejenak ucapannya untuk mengelus rambut hitam legam kekasihnya. "Jadi aku bilang ke mereka buat istirahat aja di rumah dan Putri kesayangannya ini biar aku yang urus,"

Gadis itu mengangguk. Sedikit membenarkan kondisi orang tuanya yang lelah menunggunya dari semalam.

"Udah siap semua kan? Yuk kita pulang,"

...

Dalam perjalanan Sandrina hanya diam menatap kearah jendela mobil. Pikirannya kembali mengingat kejadian kemarin saat dirinya mengalami kecelakaan bersama Clay.

Dia sudah menduga kalau dirinya tidak akan tenang setelah ini. Clay bisa kembali mengancamnya kapan saja. Sandrina takut itu akan berdampak sangat buruk bagi dirinya dan keluarganya. Dan tentunya untuk hubungannya dan Reyhan.

"Hei," Sandrina menoleh perlahan ketika Reyhan memanggilnya. Laki-laki itu memberikan senyuman penenang.

"Gak usah terlalu di pikirin. Aku disini bakal selalu jagain kamu. Cukup kemarin aja aku kecolongan,"

Tanpa menjawab Sandrina kembali memalingkan wajahnya.

"Bukan tentang penjagaan Rey. Tapi aku takut Clay ngelakuin sesuatu yang buat kamu benci sama aku. Aku udah terlalu sayang sama kamu, aku gak mau kehilangan kamu,"

"Hei,"

Reyhan kembali memanggil. Tapi Sandrina tidak meresponnya dan tetap tidak mau menatap kekasihnya. Tak punya pilihan lain, Reyhan langsung menepikan mobilnya. Memutar tubuhnya agar berhadapan dengan Sandrina.

"Mau berbagi cerita sama aku?,"

Punggung itu masih di menjadi pandangan di depannya. Nampaknya gadis itu masih enggan untuk berbicara. Reyhan pun berinisiatif untuk menggenggam tangan yang berada di paha gadis itu.

"Sayang jangan kayak gini. Kalau kamu gini malah bikin aku tambah khawatir,"

Suara lirih itu mampu membuat Sandrina menolehkan kepalanya. Wajah laki-laki itu terlihat lesu dan jelas raut penuh kekhawatirannya disana.

"Pasti berat banget ya jadi kamu,"

Mata gadis berbando pink itu terpejam kala laki-lakinya mengusap pipinya. Tak lama setelah melihat itu ia merasa tubuhnya di tarik ke dalam sebuah pelukan yang sangat hangat. Reyhan memeluknya dengan erat.

"Kalau aku bisa minta ke Tuhan buat pindahin semua masalah kamu ke aku. Aku pasti bakal minta itu San. Aku gak mau liat kamu sedih kayak gini terus. Ini nyakitin aku,"

FAKE PERSON [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang