Assalamu'alaikum.
___
"Ck, cepet Yon" decak Raka menunggu Iyon keluar dari kamar mandi.
Raka berada di rumah Iyon, mereka akan pergi bersama ke pernikahan Rangga.
"Sabar napa" jawab Iyon keluar dari kamar mandi dengan jas yang sudah menempel di badan nya.
"Lo ganti baju doang lama banget, kayak cewek aja" omel Raka.
"Emang lo pernah nunggu cewek ganti baju?" tanya Iyon memincingkan mata.
"Wah pikiran lo, gini-gini gue nggak pernah pacaran"
"Nggak kayak lo" jawab Raka.
"Terus?, kenapa lo tau?" tanya Iyon.
"Adik gue" jawab Raka.
Raka memiliki adik perempuan yang masih SMK kelas 11.
"Ooo" ucap Iyon.
___
Proses Ijab kabul Rangga dan Risma sudah selesai, sekarang ia duduk bersanding di pelaminan.
"Widihh, selamat Ngga" ucap Raka menepuk bahu Rangga.
Rangga hanya mengangguk.
Iyon memeluk tubuh Rangga, Rangga sedikit terkejut, ia segera mendorong tubuh Iyon.
Apa-apaan ini?
Namun saat Iyon hendak terjungkal ke belakang, Rangga segera menariknya agar tetap seimbang.
"Huh huh" nafas Iyon tak beraturan karena hampir jatuh dari sana.
Raka? ia tertawa.
"Lagian kenapa lo main meluk-meluk aje" ucap Raka.
"Yakan tanda selamat gitu, biar kayak orang-orang" jawab Iyon menggaruk tengkuknya.
"Tapi pelukan lo kayak pelukan anak ke bapak nya" jawab Raka tertawa.
"Maaf ya Kak, Kakak hampir jatuh gara-gara di dorong sama Suami Risma" ucap Risma merasa bersalah.
"Santai aja, gue gapapa" jawab Iyon tersenyum.
"Si Rangga nggak sayang banget sama sahabat sendiri" sinis Iyon.
Rangga berdecak, jika ia tak sayang dengan sahabatnya itu, mungkin ia akan membiarkan Iyon terjatuh dan menanggung malu di depan banyak orang.
"Lebay banget lo Yon" ujar Raka.
"Dih, terserah gue" jawab Iyon.
Risma melihat ada wanita yang ingin menaiki pelaminan dengan pakaian bisa dibilang terbuka.
Risma sedikit berjingkit lalu menutup mata Rangga dengan tangan kanan nya.
"Napa ditutup" heran Raka.
"Selamat Rangga" ucap wanita yang berada di hadapan Iyon dan Raka serta disebelahnya ada seorang Pria.
"Oalaa, nggak salah si Risma nutupin mata Suami nya" angguk Iyon melirik sekilas Sindy lalu mengalihkan pandangan nya.
"Kenapa ditutup gitu mata Rangga nya?" tanya Sindy.
Risma melepaskan tangannya dari mata Rangga, "Gapapaa" jawab Risma tersenyum di balik cadarnya.
Rangga mendengar penuturan dari Iyon tadi, saat Risma sudah berhenti menutupi mata nya, ia tetap tak memandang ke arah Sindy, ia hanya menatap datar ke depan.
"Selamat" ucap Gibran.
"Ya" jawab Rangga.
"Kamu kenapa sama dia sih Ngga?, kamu itu lebih cocok sama temen aku" ujar Sindy tak terima membuat senyum Risma pudar dari wajahnya.
"Istri gue lebih baik dari lo dan temen-temen lo" jawab Rangga tanpa mengalihkan pandangannya.
"Yaaa, takutnya nanti dia juga nggak bisa ngasih keturunan kayak Salwa" ucap Sindy santai.
"Lo bukan Tuhan yang tau takdir semua orang" ketus Rangga lagi membuat Sindy terdiam.
Raka dan Iyon menahan tawa, Risma mengulum senyumnya, dan Gibran hanya menatap datar mereka.
Yang dikatakan Rangga bisa dibenarkan oleh Gibran.
Semua orang mempunyai pilihan nya masing-masing, seharusnya Sindy tak mengomentari itu bukan?Termasuk lo yang lebih milih Sindy dibanding Salwa Ban?
Raka dan Iyon turun dari sana menuju stand makanan yang ada.
Bukan karena Gibran, tapi karena wanita itu!
Mereka sangat malas berhadapan lama-lama dengan Sindy, apalagi saat melihat pakaian yang ia kenakan.___
"Makan dulu ya?" pinta Tiara karena sejak pagi Salwa belum sarapan apapun.
"Nggak nafsu Umma" tolaknya.
"Sayang, nggak boleh gitu, harus tetep dipaksa makanan masuk ke mulut kamu walaupun nggak nafsu" tutur Tiara.
"Salwa nggak mau Umma.." lirihnya.
"Nak.."
"Sekarang itu kamu nggak sendiri, ada anak di perut kamu"
"Kamu dan dia butuh asupan sayang," jelas Tiara.
Jika dipikir-pikir benar juga, ia juga takut janin yang ada di kandungan nya itu kenapa-kenapa karena ia tak mengonsumsi makanan sejak pagi.
Salwa mengangguk pasrah.
"Tapi jangan bubur ya Umma" pinta Salwa sebelum Umma keluar dari kamar nya.
"Iyaa" jawab Tiara berlalu dari sana.
Umma masuk ke dalam membawakan piring yang sudah berisi makanan.
"Mau suap sendiri atau disuapin?" tanya Tiara.
"Disuapin" jawabnya membuat Tiara terkekeh.
Salwa memakan makanan itu dengan lahap.
"Alhamdulillah, mau makan jugaa akhirnya" ucap Tiara setelah menaruh piring yang sudah kotor dan mencuci tangan nya di dapur.
"Umma, tadi itu.."
"Rendang?" tanya Salwa diangguki Tiara.
"Biasanya kamu nggak terlalu suka makan rendang, tapi kok tadi lahap banget?" aneh Tiara.
"Itu makanan favorit Mas Gibran Umma.." lirihnya menunduk membuat Tiara terdiam.
"Apa anak Salwa bakal punya banyak kesamaan sama Ayah nya?" tanya Salwa.
"Umma nggak tau sayang.."
"Nggak usah dipikirin, yang penting anak kamu sehat" jawab Tiara mengelus lengan anaknya.
Padahal kandungan Salwa baru 1 bulan lebih beberapa hari, anaknya pun belum berbentuk.
Bagaimana bisa anaknya itu bisa langsung menyukai rendang seperti Gibran? aneh sekali pikir Salwa.
___
Kalsel, 05 Agustus 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Ning Salwa!
General FictionLengkap, belum revisi. "Tapi aku masih sering insecure kalau lihat mereka," lirih Salwa. "Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." "Tahu itu terdapat dalam surah apa, Sayang?" tanya Gibran. "At Tin, ayat empat," jawa...