Assalamu'alaikum.
___
"Nih" Salwa menyerahkan uang merah senilai 1 juta ke hadapan Gibran.
"Uang siapa?" tanya Gibran, pasalnya ia belum memberi uang kepada Istri nya itu untuk Minggu ini.
"Di kasih Abah" jawabnya.
"Terus kenapa dikasih ke aku?" heran Gibran.
Salwa bingung, mengapa ia memberi nya kepada Gibran.
Melihat wajah bingung Istri nya Gibran terkekeh.
"Humaira" panggil Gibran.
"Iya Mas?" jawabnya mengerjapkan mata.
"Uang suami adalah uang Istri, sudah kewajiban Suami buat menafkahi Istri dan Anaknya, tapi-"
"Uang Istri ya uang Istri, aku nggak berhak buat ngambil uang kamu"
"Paham?" tanya nya, Salwa menggeleng.
Gibran tersenyum.
"Uang aku uang kamu juga"
"Uang kamu, ya milik kamu"
"Kamu bisa beli apapun yang kamu mau pakai uang kamu selagi bukan buat bermaksiat, ngerti?" tanyanya.
"Tapi, bukan berarti kamu nggak bilang sama aku"
"Apapun yang kamu mau beli, kamu harus tanya sama aku biar aku bisa mantau kamu, entah itu pakai uang yang aku kasih ke kamu, maupun uang punya kamu" jelasnya dengan suara lembut
"Uang yang kita punya akan dipertanggung jawabkan diakhirat,"
"Dapat darimana?, dan dipakai untuk apa saja?" sambungnya.
Baru 1 Minggu sering ke Pesantren saja Gibran sudah mulai bisa merubah sikap nya, bagaimana jika bertahun-tahun?
Bukankah yang lebih lama berada di pesantren adalah Salwa, mengapa lebih banyak pengetahuan suami nya?, bukan karena tak ada Ilmu itu di sana.
Tapi, biasanya tidak konsentrasi lah yang membuat tak paham akan apa yang telah disampaikan atau dijelaskan oleh ustad maupun ustazah.Bukankah akan sia-sia?, jika kita Pesantren bertahun-tahun namun tidak mendapatkan Ilmu apa-apa?, atau hanya masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri?.
"Berarti ini uang aku?" tanya nya melihat uang di tangannya.
Gibran mengangguk.
Salwa lantas menarik kembali uang itu, "Mau beli es krim banyak-banyak" ucap nya antusias.
"Ghuluw dalam agama Islam itu dilarang Ra" beritahu Gibran
"Apa itu Ghuluw?" heran Salwa.
"Ghuluw dalam agama adalah sikap dan perbuatan yang berlebih-lebihan"
"Kenapa nggak boleh, kan tetap di makan?" tanya nya lagi.
"Memang tetap di makan, tapi nanti kan?"
"Kamu beli buat dimakan hari ini aja udah lebih dari cukup,"
"Karena berlebihan itu adalah ciri sifat boros yang dimiliki para syaitan, jadi Allah menyuruh kita agar tidak berlebihan, ketika kita menunjukkan sifat berlebihan, sama halnya dengan kita mengikuti ajaran syaitan" jelas Gibran.
"Ih, Salwa kan mau nya ngikutin ajaran Allah, kok malah setan si" ujar nya sebal.
"Allah nggak pernah ngajarin kita boros Ra, tapi hemat"
"Jadi, kalo kamu mau nurutin ajaran Allah, silahkan berhemat" ucap Gibran terkekeh.
"Tapi kan uang Mas Gibran banyak, ngapain hemat?" bantah nya.
"Sayang, roda itu berputar"
"Ada kala nya aku di atas, ada juga waktu nya aku di bawah"
"Kamu nggak boleh bilang kalo uang kita nggak bakal habis,"
"Kamu bukan Tuhan kan?" tanya Gibran diberi gelengan cepat oleh Salwa.
"Allah bisa ngambil apa yang kita punya dengan mengucapkan kun fayakun, maka terjadilah"
"Daripada uangnya dipakai buat diri sendiri, mending dibagiin buat orang yang membutuhkan" jelas Gibran.
"Eumm bener Mas, aku mau beli mainan pakai uang ini, terus mau aku kasih ke anak panti"
"Biar dia seneng" ucapnya tersenyum.
"Bagus, kita jangan seneng sendiri"
"Sebisa mungkin bikin orang lain seneng juga, terutama para anak yatim piatu"
"Sebagian harta kita ada hak mereka" ucap Gibran.
"Kamu tau?, orang yang menyantuni anak yatim sudah dijanjikan surga sama Allah dan Rasulnya serta dapat menghindarkan kita dari siksa neraka" beritahu Gibran.
"Iya Mas benerr, aku pernah denger waktu ceramah di Pesantren" jawab nya mengingat ceramah itu.
"Apa aja yang kamu ingat?" tanya Gibran mencoba memancing ingatan Istrinya.
"Rasulullah pernah bilang gini, 'Saya dan orang yang mengasuh atau memelihara anak yatim akan berada di surga begini,' kemudian beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggangkannya sedikit," jelas Salwa sambil mencontohkan yang ia ucapkan.
"Apalagi?" tanya Gibran.
"Rasulullah bersabda, orang yang memelihara anak yatim di kalangan umat muslimin, memberikannya makan dan minum, pasti Allah akan masukkan ke dalam surga, kecuali ia melakukan dosa yang tidak bisa diampuni."
"Barangsiapa yang menghilangkan kesusahan orang mukmin di dunia maka Allah akan menghilangkan kesusahannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang meringankan kesulitan orang mukmin di dunia maka Allah akan meringankan kesulitannya di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib orang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di akhirat. Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya" jelas Salwa yang membuat Gibran tersenyum.
"Jadi, masih mau beli es krim?" tanya Gibran.
"Mau, dua" jawabnya dengan cengiran.
Gibran terkekeh, "Sisa uang nya?" tanya Gibran
"Mau aku kasih ke yang membutuhkan, masa aku makan enak mereka kelaparan di jalanan?,"
"Uang aku buat yang di jalanan, uang kamu buat di panti asuhan" jawabnya enteng.
"Eh ralat, uang kamu uang aku"
"Berarti uang kita" sambungnya.
"Iya-iya, kamu atur aja" jawab Gibran terkekeh.
Di dalam Islam nggak ada yang nama nya uang Istri uang Istri, uang Suami uang Istri.
Karena Suami memang berkewajiban buat menafkahi Istri dan anak nya, tapi bukan berarti semua uang Suami itu uang Istri.
Dan Suami nggak berhak ngambil uang Istri kalo dia masih bisa menafkahi Istri nya, apalagi uang itu murni dari orang tua Istri buat anak nya.Ngerti nggak maksud aku?
___
Minggu, 24 Juli 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Ning Salwa!
General FictionLengkap, belum revisi. "Tapi aku masih sering insecure kalau lihat mereka," lirih Salwa. "Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." "Tahu itu terdapat dalam surah apa, Sayang?" tanya Gibran. "At Tin, ayat empat," jawa...