O5. Kantin

25.5K 2.8K 30
                                    

Renjun memasuki kantin seorang diri setelah jam pelajaran usai. Kini ia sudah tahu letak kantin dan ruangan lainnya setelah menjelajahi sekolah luas ini sendirian.

Banyak pasang mata menatap kearah Renjun saat anak itu memasuki kantin. Membuat Renjun jadi takut karena menganggap bahwa tatapan yang dilayangkan murid murid adalah tatapan sinis dan ketidaksukaan. Padahal nyatanya itu adalah tatapan menahan gemas.

"Semua bangku penuh?" gumam Renjun. Sebenarnya bangku dikantin tidaklah penuh, penuh karena murid yang dan duduk sendirian atau berdua. Renjun bisa saja menumpang duduk, hanya saja rasa gengsinya sangat tinggi untuk memulai percakapan dan bertindak lebih dulu.

Netra Renjun bertabrakan dengan netra Hero yang kini melambai kearahnya dan memintanya untuk menghampiri meja Jevano dan kawan kawan. Awalnya ragu, namun kaki Renjun tetap melangkah mendekat.

"Sini duduk." Gilang menarik tangan Renjun membuat si empunya terkejut dan jatuh terduduk tepat disamping Gilang dan dihadapan Jevano.

"Lo kayak anak ilang celingak celinguk ditengah tengah kantin." kata Jason. Renjun memicingkan matanya kesal dan menatap Jason tajam. Enak saja dia dikatai seperti anak hilang!

"Udah pesen belom lo Res?" tanya Guntur. Renjun menggeleng polos. Ia memang belum memesan sama sekali karena kebingungan mencari bangku yang sekiranya kosong dan bisa menampungnya sendirian tanpa harus menumpang ditempat orang lain.

Jevano yang sejak tadi diam karena memang mood nya kurang bagus, menggeser mangkuk berisi mie ayam yang sama sekali belum ia sentuh kehadapan Renjun. Renjun mengedip bingung dibuatnya.

"Ke-kenapa?"

"Makan."

"Ta-tapi kamunya? Ini punya kamu kan?" Renjun tentu saja merasa tak enak. Ia bisa pesan sendiri kok, tidak perlu diberikan secara cuma cuma.

"Makan." nada bicara Jevano terdengar tak ingin dibantah membuat Renjun pasrah dan mengangguk dengan bibir mencebik.

Hero yang sejak tadi memperhatikan interaksi ketuanya dan teman satu gengnya itu bersiul menggoda. Teman temannya yang lain yang mengerti hanya senyum senyum tidak jelas.

"Apa?" Jevano menatap anggotanya datar. Kemudian menoleh kearah Renjun yang mulai memakan makanan yang ia berikan dengan perlahan.

"Apa? Gue cuma siul doang kok." Hero mengelak dan tercengir. Ia tidak lupa jika Jevano bukanlah lelaki yang suka digoda atau diceng-cengin, ketuanya itu akan marah yang akan terlihat menakutkan. Apalagi saat menatap tajam seseorang, bisa bisa membuat orang lain tak bernafas karena aura dan tatapan tajam Jevano yang mengerikan.

Prang!

Bunyi pecahan kaca yang berasal dari tengah tengah kantin itu mengejutkan semua orang dipenjuru kantin, Renjun yang sedang makan saja sampai tersedak dibuatnya. Dan Jevano dengan gesit menyodorkan es tehnya pada Renjun.

Renjun tanpa pikir panjang menerimanya dan meneguknya rakus. Ia belum sadar jika minuman itu adalah milik Jevano yang tersisa setengah dan baru saja diminum oleh pemiliknya. Yang otomatis.. kalian tahulah apa yang ku maksud sksk.

"Apaan dah, ngagetin aja." Keano berceletuk dan mengusap dadanya. Sedang asik berkirim pesan dengan pacarnya, hingga suara yang terdengar cukup keras itu mengejutkannya dan membuat ponselnya hampir terlepas dari genggaman tangannya.

Renjun meletakkan gelas milik Jevano dan mencari asal suara. Netranya menangkap sosok siswi yang terduduk dilantai dengan pecahan mangkuk dan gelas. Juga 2 orang siswi lagi yang bersedekap dada dan memperlihatkan raut malas.

"Eh itu.." Renjun memicingkan matanya. Ia tak mungkin salah jika siswi yang terduduk dilantai kantin itu adalah sang pemeran utama wanita dinovel ini, Kelia.

Renjun ingat jika memang ada scene ini didalam novel. Dimana Kelia yang ditabrak dengan sengaja oleh dua siswi nakal, kemudian Jevano akan datang menghampiri dan membantu Kelia.

Namun saat ini Jevano hanya diam dengan raut malas melihat kearah Kelia dan dua siswi nakal itu, Jevano seperti tak ada niat untuk mendekat dan membantu. Malah seperti bodo amat.

Hal itu tentu saja membuat Renjun keheranan. Tapi melihat Kelia yang dibully seperti itu, Renjun merasa kasihan. Ia bergerak ingin berdiri untuk membantu, namun dengan cepat Jevano menahan lengannya.

"Lo mau kemana?"

"I-itu, kasian.."

"Gak usah, biarin aja."

"Tapi—"

"Udah Res biarin aja. Tumben tumbenan lo peduli kalo ada yang dibully? Biasanya juga bodo amat." kata Guntur. Renjun mendadak terdiam dan jatuh terduduk karena Gilang ikut menariknya agar kembali duduk ditempat semula.

"Engg.. cu-cuma kasian aja ngeliat dia dibully gitu.." cicit Renjun.

"Ngapain kasian dah? Dia mah kerjaannya drama mulu." sahut Jason sembari mengunyah makanannya.

"Hah?"

"Hah mulu, dikira keong kali." Hero heran, dari kemarin, Renjun terlihat seperti orang yang tidak tahu apapun dan banyak melongonya. Hero jadi gemas sekali untuk tidak meraup wajah Renjun.

"Gak usah dipeduliin, makan." ujar Jevano dengan nada memerintah. Renjun mencebik dan kembali mengunyah makanannya dengan raut sebal yang mana terlihat menggemaskan.

"Jiakhhh pak ketu perhatian banget dari maren." Gilang memasang wajah menggoda. Namun yang digoda cuek bebek saja dan tidak menanggapi.

Kelima sahabat Jevano pasti menyadari perbedaan sikap Jevano pada Renjun akhir akhir ini. Jevano tampak perhatian pada Renjun. Padahal sebelumnya, Jevano jarang memperhatikan seseorang dengan sebegitu intensnya. Bahkan pernah Keano memergoki Jevano yang memperhatikan Renjun tanpa kedip saat sedang berlatih basket dan Renjun yang duduk dibawah pohon tepi lapangan sembari membaca buku.

Dan yang paling utama, mereka menyadari jika Jevano yang cuek itu tengah tertarik pada anggota gengnya sendiri.

tbc

aku bingung, kira kira nama renjun mau diubah jadi resha aja gak? soalnya waktu ngetik cerita ini, aku sering salah ketik nama renjun jadi resha 😭

Renjun To Resha || Jaemren [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang