Jam pulang sekolah telah tiba. Murid murid SMA Bina Mandiri berbondong-bondong pulang dengan kendaraan masing masing, atau ada yang naik bus dan dijemput.
Renjun menjadi salah satu bagian yang pulang menggunakan bus. Ia kini sedang menunggu dihalte bus sembari memainkan kakinya.
Ada murid-murid dari SMA yang sama dengannya dan SMA lain. Halte bus tampak ramai karena waktu pulang sekolah yang rata rata bersamaan.
"Ah rame banget, mana bus nya gak dateng dateng." gumam Renjun amat pelan. "Apa aku jalan aja ya?" pikirnya.
Setelah berperang dengan hatinya, Renjun akhirnya beranjak untuk pulang dengan berjalan kaki. Ia orang yang tidak suka bersempit-sempitan, apalagi tadi yang menunggu bus sangat ramai, bisa bisa Renjun penyet karena terjepit mengingat badannya yang kecil.
Jarak berjalan kaki dari sekolah kerumah Renjun mungkin 1 jam lebih. Tak apa lah, sekalian ia berjalan-jalan juga.
Sekitar 30 menit berlalu, Renjun memasuki daerah jalanan yang cukup sepi. Entah mengapa, Renjun merasa was-was.
Baru saja Renjun merasa was-was akan sesuatu, sekitar 5 motor berhenti dihadapan Renjun, 3 motor membonceng orang lain dibelakang. Renjun meneguk ludah, ia mundur perlahan merasa takut kala melihat jaket yang dikenakan 8 lelaki yang rata rata memiliki tubuh tinggi itu sangat tidak asing menurutnya.
"Nahhh nih dia nih orangnya!"
"Ka-kalian mau apa?" nada bicara Renjun terdengar bergetar. Ia ketakutan.
"Mau apa? Mau apa katanya?" tawa melenggar dari 8 pemuda itu. Renjun makin ketakutan. Ia sendirian, sedangkan didepannya ada 8 orang musuh yang mungkin saja ingin membalas dendam padanya.
"Liat, dia ketakutan gitu kaya mau diperkosa aja."
"Padahal waktu itu sok banget nyerang kita kita." sahut yang lainnya.
"Udah gak usah bertele-tele, HABISIN DIA!!"
Mata Renjun membelalak. Ia ingin lari, namun sesuatu dalam dirinya seolah melonjak keluar hingga kini ia menepis pukulan yang ingin dilayangkan padanya dan melayangkan pukulan pada pipi pemuda yang ingin menyerangnya dari belakang.
Renjun terkepung, ia tak berharap bisa menang. Wajahnya sudah babak belur karena beberapa kali tidak bisa menghindari pukulan karena sang musuh yang melayangkan pukulan secara bersamaan.
"LO SEMUA CUPU BANGET BANGSATT!!"
Renjun membelalak kala melihat seseorang yang tidak dikenalnya yang kini membantunya menyerang. Renjun tak pernah melihat lelaki yang baru saja datang dan membantunya itu. Namun karena kondisi yang tak memungkinkan untuk banyak berpikir, Renjun kembali menyerang musuhnya.
Beberapa menit berlalu, 8 pemuda itu berhasil dikalahkan oleh Renjun dan lelaki asing dengan seragam sekolah yang berbeda dengan Renjun.
8 pemuda itu beringsut kabur dengan motor. Renjun menetralkan nafasnya dan menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya.
"Lo oke?"
Renjun menoleh, kemudian mengangguk. "Aku oke kok, makasih ya."
"Sans aja, gak mungkin gue diem aja ngeliat anak SMP dikeroyok gitu."
Mata Renjun membulat sempurna. "Apa kamu bilang? ANAK SMP??"
Lelaki meringis. Ia menatap Renjun dari atas sampai bawah. "Lo.. anak SMA Bina Mandiri? Bukan anak SMP?"
Renjun berdecih. "Ya kalo udah tau kenapa nanya!!" kata Renjun dengan nada sensi. Ia kesal karena dikata anak SMP. Apa badannya memang sekecil itu untuk ukuran lelaki?
"Y-ya.. abisnya sih.." pemuda itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Nama gue Nichol, lo?" lanjutnya.
Renjun melirik sekilas. "Ren—maksudnya Resha"
"Oh." Nichol mengangguk-angguk.
"Sekali lagi makasih, aku mau pulang dulu." Renjun baru saja ingin melangkah pergi, namun Nichol lebih dulu menahan tangannya.
"Eh tunggu!"
"Ih! Apalagi sih! Aku ini mau pulang tauu! Sakit muka akuu! Jangan pegang-pegang!!"
"Galak banget sih." gumam Nichol. Tak menyangka jika seseorang yang baru ia tolong sangat galak, tampangnya saja menggemaskan.
"Gue mau ajak lo pulang bareng, gimana kalo lo dicegat lagi terus dikeroyok gegara pulang sendiri? Mau lo?"
Renjun diam. Sebenarnya ia takut sih. Namun Renjun bukan orang yang mudah percaya pada seseorang yang baru ia kenal. Ya walaupun tampaknya Nichol itu baik karena baru saja menolongnya, tapi ya tetap saja.
"Gak ah, aku gak mau! Aku gak kenal kamu."
Nichol menghela nafas. Agak sebal juga karena Renjun dari tadi sensi padanya.
"Tapi—"
"Resha!"
Renjun dan Nichol kompak menoleh pada pemuda yang baru saja turun dari mobil.
"Egi?" gumam Renjun. Ya, itu Egi. Tampaknya Egi baru saja sampai di Indonesia karena beberapa hari belakangan Egi izin untuk pulang ke china karena neneknya sakit.
"Astaga Res! Muka lo kenapa begini?"
"Egi.." gumam Renjun lirih. Matanya tiba tiba berkaca kaca saat Egi kini berada didepannya. "Hiks, Egiiiiii!"
Egi dan Nichol membelalak melihag Renjun yang tiba tiba saja menangis.
"Eh eh cup cup kenapa nangis Res." Egi menepuk-nepuk punggung Renjun yang berhambur kepelukannya.
"Hiks hiks, mau Jevano, HUEEEE!"
"Eh iya iya, ayo ikut gue, kita ketempat Jevano, udah tenang ya Res.." Egi terlihat seperti tengah menenangkan bayi yang sedang menangis saat ini.
Nichol menggaruk tengkuknya. Sebenarnya ada apa dengan orang yang baru saja ditolongnya itu? Tadi saja sensi dan galak sekali padanya, tapi saat ada temannya kenapa jadi, ekhem, menggemaskan?
"Lah? Ini gue gak keliatan apa ya?" gumam Nichol melihat Egi yang kini merangkul Renjun menuju mobil yang terparkir tak jauh dari motor Nichol.
"Gapapa kok gue gapapa." gumam Nichol tersenyum sabar sambil mengelus dadanya.
'ak si o aj yh' — ika
tbc
ada cast baru nichhh, kira kira siapa yang cocok jadi nichol yaa? hmzzzz
jepano nya kuumpetin dulu yh gezzz, besok baru muncul sksksk, soalnya jepano lagi pacaran sama aku. yg bilang boong berarti iri soalnya ini ril wkwkw
janlup vote, kalo gak vote digigit injun
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjun To Resha || Jaemren [√]
HumorRenjun anak yang pendiam, manis dan lembut, harus menjalani hidupnya menjadi salah satu anggota geng dinovel kesukaannya. ❝ Loh? Bukannya aku udah mati ya? Kok masih hidup? ❞ warn[❗] ✦₊ bxb ࿐ ✦₊ non baku ࿐ ✦₊ jaemin dom! renjun sub! ࿐ start: 7 ju...