26. Anak Anjing

18.8K 2.1K 135
                                    

Sepulang sekolah, Renjun tidak langsung pulang melainkan melakukan aktivitas rutin dikelas setiap hari rabu, yaitu piket. Ia piket sendirian karena teman sekelasnya yang satu jadwal piket dengannya sudah pulang. Renjun kan baik, jadi tidak apa apa ia membersihkan kelas sendirian.

Selesai menyapu lantai, Renjun beralih menghapus papan tulis dan merapikan bangku-bangku dan meja yang cukup berantakan. Kemudian menjatuhkan tubuhnya dikursi karena lelah.

"Hhh, capek.."

Netra Renjun menangkap sosok Jevano yang masuk kedalam kelas sambil menenteng tas dibahu kanan, sang ketua Jupiter itu menghampiri Renjun.

"Udah selesai piket?"

Renjun mengangguk. "Hummm."

"Ayo pulang, tapi kerumah gue dulu."

"Eh, ngapain?" tanya Renjun sambil mendongak, menatap Jevano yang sedang merapikan rambutnya yang cukup berantakan.

"Gue punya anak anjing."

Mata Renjun lantas berbinar. "Seriusss?? Ihhh! Ayo kerumah kamu kalo gituu!" pekiknya antusias.

Jevano terkekeh pelan. "Ayo."

Renjun mengambil tasnya dan menyampirkan dibahunya. Kemudian berjalan disamping Jevano dengan senyum mengembang karena begitu tak sabar melihat anak anjing dirumah Jevano.

Sampailah mereka dirumah Jevano. Renjun memasuki rumah besar Jevano yang tampak sepi. Hanya ada para maid yang tampak kalang kabut kala tuan muda mereka sudah pulang.

"Kok sepi?"

"Keluarga besar udah balik ke surabaya. Mama dibutik, papa diluar negri."

Renjun mengangguk. Bibirnya sedikit maju. Ah sayang sekali, padahal ia ingin sekali bertemu tante Jessie, Kevin dan Herin. Tapi sayang Kevin dan Herin sudah kembali ke surabaya dan Renjun tak tahu kapan lagi bertemu mereka. Tante Jessie juga sedang tidak ada dirumah.

"Mana anak anjingnya?" Renjun celingak celinguk, mencari wujud anak anjing yang dimaksud Jevano.

"Dikamar."

"Kok dikamar?" tanya Renjun dengan dahi menyerngit.

Jevano mengedikkan bahu. "Udah ayo."

Renjun mengangguk saja dan mengikuti langkah Jevano menuju lantai 2 dimana kamar pemuda itu berada.

Sampailah didepan kamar Jevano, Jevano membuka pintu kamar dan masuk kedalam, disusul Renjun. Dan setelah masuk, Renjun dapat melihat buntalan kecil berwarna coklat yang tertidur meringkuk disofa kamar Jevano.

Renjun menggigit pipi bagian dalam, menahan pekikan gemas kala melihat buntalan coklat itu. Jevano benar benar tidak berbohong tentang anak anjing yang dimaksud.

Menyadari adanya orang lain yang baru saja datang, anak anjing coklat itu bangun dan meregangkan tubuh kecilnya. Renjun menggigit bibirnya melihat anak anjing milik Jevano yang begitu lucu.

"Lucu bangett!" Renjun menghampiri anak anjing berbulu coklat tebal itu.

"Siapa namanya?" tanya Renjun pada Jevano yang baru saja menutup pintu.

"Coco. Kevin yang namain."

"Hai Coco, kamu lucu bangettt! Pengen aku hap deh!" sapa Renjun. Coco, anak anjing itu menatapnya dengan mata berbinar dan menggonggong kecil seolah mengerti perkataan Renjun.

Coco melompat-lompat, Renjun lantas membawa Coco untuk ia gendong. Anak anjing itu langsung bereaksi dengan menjilati pipi Renjun membuat Renjun tertawa kegelian.

Jevano tersenyum tipis. Pemandangan yang tampak begitu menggemaskan dimatanya. Ia kemudian melangkah menuju walk in closet untuk berganti pakaian.

Renjun duduk diranjang Jevano, masih dengan menggendong Coco dan menoel-noel buntalan coklat itu yang tampak senang berada digendongan Renjun.

Tak lama, Jevano keluar dari walk in closet hanya dengan memakai baju kaus berwarna abu dan celana panjang berwarna hitam. Ia mendekati Renjun dan duduk disebelah pemuda manis itu.

Renjun tampak tidak menghiraukan Jevano dan masih asik bermain dengan Coco, membuat Jevano kesal karena merasa diabaikan. Kalau begitu nyesel deh dia nunjukin Coco ke Renjun. Renjun jadinya lebih fokus ke Coco.

Tubuh Renjun dibuat tersentak karena tangan Jevano yang tiba tiba melingkar dipinggangnya dan dagu lelaki itu yang berada dibahu kanannya.

"Kamu mah ngagetin aja." seru Renjun dengan semburat merah dipipinya. Jevano tidak menjawab dan menatap Coco sinis.

"Coco laper kayaknya." kata Jevano asal. Ia berkata seperti itu agar Renjun melepas Coco. Coco pasti sudah dikasih makan oleh maid karena perintahnya sendiri agar Coco tidak lupa dikasih makan. Jevano bahkan mengancam para maid jika sampai lupa memberi Coco makan.

"Iya kah?"

"Hmm, lepasin dulu. Bawa dia keluar, nanti biar dia dikasih makan sama maid."

Renjun mengangguk. "Lepas dulu."

Jevano menurut, melepas pelukan pada pinggang Renjun. Renjun bangkit dengan Coco yang ia gendong, membawa buntalan coklat itu keluar kamar Jevano. Ia membuka pintu kamar dan meletakkan Coco didepan pintu. Coco langsung berlari pergi menuju lantai 1 dengan kakinya yang pendek.

"Keknya dia beneran laper deh." gumam Renjun. Ia kembali masuk kedalam kamar Jevano.

"Sini."

Renjun menurut, ia menghampiri Jevano dengan jantung yang mendadak berdegup kencang.

Lengan Renjun ditarik, hingga pemuda manis itu kembali jatuh kepangkuan Jevano, untuk kedua kalinya.

Renjun membelalak, semburat merah menjalar cepat hingga telinganya membuat wajahnya merah padam. Tangannya otomatis memegang bahu Jevano saat ia jatuh dipangkuan pemuda itu.

"Je-jevano.." cicit Renjun gugup. Jevano tak menjawab, hanya menatap Renjun dengan lekat sampai sampai Renjun salting brutal.

Jevano memeluk erat pinggang Renjun dan menariknya agar jarak keduanya lebih dekat.

Jevano mendekatkan wajahnya dengan wajah Renjun. Renjun memejamkan matanya dan  meremas pelan bahu Jevano.

Dejavu..

Renjun sudah merasakan nafas hangat Jevano menerpa wajahnya. Renjun lantas menahan nafas, enggan membuka matanya.

Tubuh Renjun langsung menegang, kala sesuatu yang lembut dan kering benar benar menyentuh bibirnya, dan menyapu bibirnya dengan lembut.

tbc

skip skip, ika masih polos ga berani lanjut 🙈
bayangin sendiri aja yaa wkwk

sorry for typo, janlup vote yaa sayang sayangnya ikaaa 😙

Renjun To Resha || Jaemren [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang