19. Manja

22.1K 2.5K 109
                                    

Mobil mewah Egi berhenti didepan markas Jupiter. Terlihat beberapa motor yang terparkir dihalaman markas.

Egi menoleh pada Renjun. Si manis itu hanya mengerjap polos dengan tampang watadosnya. Luka diwajahnya seolah tak ada apa-apanya.

"Kita obatin dulu luka lo ya."

Renjun menggeleng. "Gak mau! Mau Jevano!"

Egi menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Aneh sekali. Renjun kenapa jadi agresif seperti ini? Biasanya Renjun tidak seperti ini.

"Yaudah ayo kita masuk."

Renjun membuka pintu mobil dan segera keluar, disusul Egi. Keduanya kemudian masuk dengan Renjun yang berada dibelakang Egi.

Egi membuka pintu markas Jupiter. Ia sering datang kesini karena Jason yang mengajak. Lagi pula ia sudah dekat dengan anggota inti dan beberapa anggota biasa yang ia kenal.

"Ada Jevano gak?" tanya Egi kala ia sudah masuk dan beberapa anggota yang sedang bersantai dengan bermain game menoleh.

"Ada, bos diatas."

"Oke. Gih Res sana keatas."

Renjun mengangguk semangat. Ia berjalan menuju lantai 2 dan mencari keberadaan Jevano. Dan seolah keberuntungan sedang berpihak pada Renjun, Jevano baru saja keluar dari kamar yang berada dimarkas ini.

"Jevanoooo!"

Greb

Jevano hampir terjengkang karena Renjun yang langsung menubruk tubuhnya begitu keras.

"Resha?" gumam Jevano pelan setelah baru menyadari jika Renjun lah yang tadi memeluknya.

"Hueeeee Jevanoo jangan marah hiks.. Jangan jauhin Rere lagi!"

Fyi, Rere itu panggilan didunia yang sebelumnya dari orang tuanya saat ia masih kecil. Terkadang jika sifat manjanya keluar, Renjun akan memanggil dirinya sendiri dengan nama Rere.

Jevano mengerjap bingung. "Rere siapa lagi.." batin Jevano yang cukup frustasi karena nama Renjun yang begitu banyak.

"Res.."

"Jangan marah, jangan jauhin Rere.." Renjun mendongak, menatap Jevano dengan mata yang berkaca kaca. Jevano meneguk ludah. Sialan, kenapa begitu menggemaskan? Namun melihat wajah Renjun yang lebam-lebam, membuat Jevano memicingkan mata.

"Kenapa muka lo?"

Bibir Renjun melengkung kebawah. "Tadi dikeroyok 8 orang waktu mau pulang jalan kaki." adunya.

"Siapa? Siapa yang ngeroyok?"

"Umhh, Alpha?" jawab Renjun tak yakin.

"Brengsek." gumam Jevano geram. Lagi lagi Alpha. Geng bajingan itu selalu saja menyerang orang lain saat sedang sendirian.

"Obatin dulu, ayo."

"Jevano enggak marah lagi?" tanya Renjun dengan puppy eyes nya.

Mana kuat Jevano jika Renjun sudah seperti ini. Telinganya saja sudah merah karena Renjun masih memeluknya dan memasang tampang seperti anak kucing yang minta diberi makan.

halah cupu lo jev!

Jevano menghela nafas. Sebenarnya ia tidak marah, hanya saja ia menjauhi Renjun karena sedang berpikir. Ia tak mengerti perkataan Renjun dirooftop beberapa hari lalu. Dan juga karena nama Jeno yang beberapa kali terucap dimulut Renjun membuat Jevano berpikir tidak-tidak.

"Enggak."

Senyum manis Renjun mengembang. Ia makin mengeratkan pelukan pada Jevano karena begitu senang. "Jangan jauhin Rere lagi ya? Janji?"

"Hmm, janji. Ayo sekarang kita obati luka lo."

"Gendong~~"

"Shit." Jevano mengumpat dalam hati. Apa yang sebenarnya terjadi pada Renjun? Kenapa jadi seperti ini? Mungkinkah saat dikeroyok dan kepalanya sempat dipukul membuat otak Renjun geser?

Renjun ini memang sangat tidak peka. Ia tidak sadar apa bahwa telinga dan wajah Jevano sudah merah?

Jevano menggendong Renjun seperti koala. Renjun memeluk leher Jevano dan mendusel disana.

Renjun sangat ringan. Jevano bahkan bisa menggendong Renjun dengan satu tangan.

Renjun juga terlihat mungil digendongan Jevano. Jevano seperti sedang menggendong anak kecil sekarang.

Jevano turun kelantai 1. Sontak saja anggota Jupiter dan Egi yang masih disini dibuat melongo melihat Jevano yang menggendong Renjun.

"Wtf-" Egi mengerjap. Menepuk pipinya berusaha menyadarkan diri bahwa ia saat ini sedang bermimpi. Hei? Pemandangan macam apa ini?! Egi baru pertama kali melihatnya! Melihat seorang Jevano yang menggendong orang lain yang mana terlihat errr mesra..

"Tolong ambilin p3k."

Juan, sang anggota Jupiter itu meloncat dari sofa untuk mengambilkan p3k. Tak lama ia kembali dan langsung menyerahkan pada Jevano yang baru saja mendudukkan Renjun disofa.

"Gak mau! Gak mau obatin!" Renjun menggeleng keras.

"Diobatin atau gue marah?" ancam Jevano. Mata Renjun kembali berkaca-kaca.

Jevano memejamkan matanya. Sial, kenapa ia menjadi lemah sekali? Melihat Renjun yang berkaca saja tubuhnya seolah tak memiliki tenaga.

"Diobatin ya? Lo mau nanti infeksi?"

Renjun menggeleng.

"Yaudah kalo gitu diobatin."

Renjun mengangguk pasrah. Jevano mengobati Renjun dengan penuh kehati-hatian. Renjun hanya diam sembari menatap Jevano, membuat yang ditatap menjadi tidak fokus karena grogi.

Sedangkan para anggota dan Egi yang sejak tadi memperhatikan keduanya dengan wajah cengo seolah olah tak terlihat karena Jevano dan Renjun malah asik berdua.

tbc

chap absurd yg kesekian kalinya

aku tuh gemes banget sama renjun, pengen gigit rasanya!

janlup vote, sorry for typo

Renjun To Resha || Jaemren [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang