13. Marah

21.8K 2.3K 72
                                    

Renjun blank. Ia dengan raut wajah terkejut menatap 5 pemuda anggota Alpha termasuk ketuanya yang kini terkapar pingsan dengan wajah babak belur.

"H-hah? Tadi a-aku ngapain?" gumam Renjun syok.

Tubuh Renjun ditarik oleh Jevano. Sang ketua Jupiter itu membolak balik tubuh Renjun dengan raut khawatir.

"PERGI GAK LO SEMUA! KETUA LO PADA UDAH PINGSAN TUH!!" suara Jason terdengar mengusir geng Alpha yang sudah banyak yang tumbang. Beberapa anggota yang masih sadar menggotong sang ketua Alpha dan anggota lainnya yang pingsan kemudian pergi dari sana karena mereka sudah kalah.

"Je-jevan, ta-tadi aku ngapain?" tanya Renjun bergetar. Renjun sendiri tidak tahu kenapa ia tadi bisa memukul musuh Jupiter dengan begitu beringas.

Sekelebat ingatan tentang mimpi saat dirumah sakit langsung memenuhi kepala Renjun. Renjun jadi teringat akan perkataan Resha.

"Gue bakalan kasih lo ingatan gue. Lo juga bakal bisa nguasain ilmu beladiri gue seolah lo emang jago beladiri."

Apa itu alasan kenapa Renjun tiba tiba bisa beladiri? Karena ingatan Resha ada di dirinya? Mengingat hal itu membuat kepala Renjun tiba tiba pusing.

Tubuh Renjun tiba tiba diangkat oleh Jevano, sang ketua Jupiter itu panik melihat wajah Renjun yang mendadak pucat. "Cabut!" perintah Jevano pada anggota geng nya. Ia lebih dulu pergi dengan Renjun yang tengah ia gendong, kemudian disusul oleh anggotanya.

"Jevano mau bawa aku kemana?"

"Sttt, udah diem." nada bicara Jevano terdengar dingin. Membuat Renjun langsung mengatupkan bibirnya.

"Jevano nyeremin." batin Renjun yang langsung mengalihkan perhatian agar tidak menatap Jevano. Ia takut mendengar nada bicara Jevano tadi, belum lagi raut wajah yang tampak datar itu.

Jevano memasuki pekarangan sekolah, ia membawa Renjun menuju uks setelah tadi melihat tangan Renjun yang terluka.

Sesampainya di uks, Jevano mendudukkan Renjun dibrankar uks. Kemudian ia mencari kotak p3k yang biasanya diletakkan didalam lemari. Setelah menemukan apa yang ia cari, Jevano langsung menghampiri Renjun untuk mengobati luka ditangan pemuda manis itu.

Renjun memilih diam saat diobati. Entah kenapa rasa sakit saat obat merah menyentuh lukanya tidak terasa, Renjun malah merasa takut dan ciut saat merasakan aura mengerikan dari Jevano. Jevano terlihat marah, namun Renjun tidak tahu apa penyebab lelaki itu marah.

Selesai mengobati luka ditangan Renjun, Jevano langsung menutup kotak p3k dan meletakkannya kembali kedalam lemari. Tatapan datarnya menghunus kearah Renjun yang kini menundukkan kepalanya.

"Lo tau gak kesalahan lo apa?"

Renjun menggeleng takut.

"Lo baru sembuh, Resha. Lo baru sehari masuk sekolah, dan lo baru aja bahayain diri lo sendiri lagi. Gimana kalo lo masuk rumah sakit lagi? Lo mau?"

Renjun menggeleng pelan. "E-enggak."

"Lo tau alasan lo diculik? Mereka mau balas dendam ke elo Res. Mereka gak terima kalah ditangan lo. Terus sekarang lo malah bikin diri lo sendiri dalam bahaya dengan lo numbangin 5 orang Alpha. Galang juga gak akan terima karena lo berhasil kalahin dia lagi."

Bahu Renjun bergetar. "Hiks ma-maaf, Jevano jangan hiks marah. A-aku gak sadar ka-kalau aku malah ikut tawuran juga hiks. Jangan marahin Renjun hiks. Renjun salah.."

Jevano lantas menyernyitkan dahi. "Renjun?." batin Jevano kebingungan, namun karena tidak tega melihat Renjun yang menangis, Jevano lantas memeluk pemuda manis itu yang makin mengeraskan tangisannya.

"Jangan marah hiks, jangan kasih tau mama hiks, Renjun salah, Renjun minta maaf.."

"Gue gak akan kasih tau mama lo, udah tenang, gue gak marah."

Renjun tanpa sadar melakukan sebuah kesalahan dengan menyebut nama aslinya.

[]

Jevano masuk kedalam markas Jupiter dengan pikiran berkecamuk. Ia bahkan tak menghiraukan kebisingan anggotanya yang saat ini sedang mengobati luka luka yang didapati saat tawuran tadi.

Jevano baru saja mengantar Renjun pulang. Pikirannya terus tertuju pada nama yang diucapkan Renjun tadi.

"Oit pak ketu, kenapa lo?" Gilang menghampiri Jevano yang baru saja mendaratkan bokongnya disofa. Raut wajah sang ketua Jupiter itu tampak kebingungan.

"Muka lo kayak banyak beban pikiran aja." Gilang ini cukup berani dengan Jevano. Ia bahkan tidak segan melayangkan guyonan pada sang ketua yang orangnya tidak suka diejek.

Tak lama Keano datang sembari mengompres lebam diarea bibirnya. Ia langsung duduk disebelah Jevano yang kosong. Menatap Jevano sekilas kemudian beralih pada Gilang dengan dahi menyerngit.

Gilang yang mengerti arti tatapan Jevano hanya mengedikkan bahu. "Gatau, dateng dateng mukanya udah begitu."

"Jev, lo kenapa?" Keano menepuk bahu Jevano. Jevano saat ini terlihat kebingungan dan banyak pikiran. Padahal hanya memikirkan 1 nama, namun terlihat seperti seseorang yang banyak beban hidup.

"Renjun." kata Jevano tiba tiba, Keano dan Gilang menyerngit bingung.

"Hah? Renjun siapa?" tanya Gilang cepat. Ia tak pernah mendengar nama Renjun sebelumnya.

"Resha manggil diri dia sendiri itu Renjun."

"Tunggu, maksud lo, Resha nyebut dirinya sendiri itu Renjun, padahal namanya Resha, begitu?" kata Keano, Jevano mengangguk.

"Perasaan nama Resha gak ada unsur Renjun Renjun nya deh. Gak paham gue." ujar Gilang menggaruk tengkuknya.

"Iya ya, kan nama Resha itu, Resha Januar Narendra, jauh banget kalo panggilan lain Resha itu Renjun."

"Coba lo tanyain ke Resha deh Jev." kata Gilang setelah menyetujui perkataan sang wakil.

Jevano mengangguk, perkataan Gilang ada benarnya. Mungkin besok ia akan menanyakan hal ini pada Resha (Renjun).

tbc

jangan bingung ya sama alurnya wkwk, aku lagi mikir keras untuk alur nya biar nyambung

janlup vote, sorry for typo

Renjun To Resha || Jaemren [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang