24. Renjun Ngamuk

19.9K 2.3K 217
                                    

Jevano kini tengah berlatih basket dengan tim basket nya karena sebentar lagi akan ada turnamen antar sekolah.

Keringat bercucuran didahinya. Jersey orange yang ia kenakan sudah basah dan tembus pandang, memperlihatkan otot-ototnya yang mempesona.

Jevano menyugar rambutnya setelah berhasil mencetak three-point. Ia berjalan ketepi lapangan untuk mengambil minum dan mengelap keringatnya dengan handuk yang telah disiapkan pelatih. Tim basket benar benar dilatih mati-matian agar saat turnamen nanti tidak kecolongan tim musuh.

Ada banyak yang menonton latihan tim basket karena memang mereka berlatih saat jam pelajaran ke 5 sampai jam istirahat kedua. Dari semula suasana yang sepi dan tenang menjadi ricuh saat jam istirahat kedua telah tiba.

"UWAAAAA JEVANOOOOOO!!!"

Jevano tidak menggubris teriakan-teriakan yang terus saja menyerukan namanya. Lagi pula tak ada gunanya juga berteriak seperti itu. Membuang-buang suara saja. Dan juga ini hanya latihan biasa, bukan benar benar pertandingan. Kenapa harus seheboh itu?

Jevano yang sedang mengelap lehernya mendadak mendapati Keano yang berlari-lari dengan raut panik menghampirinya. Jevano menyerngitkan dahi.

"Kenapa?" tanya Jevano kala Keano sudah berada dihadapannya.

"Hahh, hahh, a-anu itu.. hahh bentarrr!" Keano mengangkat tangannya, menetralkan nafasnya yang tidak beraturan karena berlari-lari dari kantin menuju lapangan indoor.

"Itu.. Resha.. RESHA NGAMUKKK DIKANTIN!!"

Jevano membelalak. "Ngamuk gimana maksud lo?"

"Udah lo cepetan ikut gue kekantin dah! Keknya lo doang yang bisa nenangin dia! Cepetan Jev!!" kata Keano tergesa-gesa. Jevano bangkit dan melempar asal handuk dipegangannya kemudian berlari mengikuti Keano menuju kantin.

Sesampainya dikantin, Jevano dapat melihat keadaan kantin yang begitu ricuh dan kerumunan murid-murid yang menyesakkan dan menghalangi jalan Jevano.

"HARSA LEPASINNN!! AKU MAU NGEHAJAR MUKA DIA!! LEPASINNNN!!"

"RESS UDAHH RESS JANGAN!! MENINGSOY NTAR TUH ANAK!! UDAH UDAHH!!"

"GAMAUU!! LEPASINN!! DIA GANGGUIN AKU TERUSS!! AKU GAK TERIMA!! DIA NGEHINA MAMA SAMA PAPA!! HARSA LEPASINNN AKUU!! " Renjun mendorong Harsa kuat hingga pemuda itu hampir jatuh nyungsruk kebelakang jika Jason tidak dengan sigap menahannya. Jason dan anggota inti lainnya sudah kualahan menenangkan Renjun karena anak itu terus memberontak dan mendorong siapapaun yang menghalangi jalannya hingga terjatuh.

Baru saja Renjun ingin menghampiri perempuan yang keadaannya sudah kacau dan tak berdaya digerombolannya sendiri, namun lengan Renjun dicekal dan ditarik hingga Renjun menubruk dada seseorang dengan cukup kuat.

"Udah, cukup." tekan Jevano dengan nada datar sambil memeluk Renjun erat. Renjun awalnya memberontak sampai-sampai Jevano saja kesusahan menahannya, namun tak lama Renjun perlahan tenang dengan nafas yang memburu berada dipelukan Jevano.

"Kita pergi." Jevano membawa Renjun untuk segera pergi dari sini.

"Jevano aku—" Renjun yang ditarik Jevano memberontak lagi. Ia masih belum puas mencabik-cabik wajah siswi yang selalu saja mengganggu dan menghinanya.

"Cukup."

Renjun mengatupkan bibir. Ia menoleh kebelakang, kearah siswi yang kini dipapah oleh teman siswu itu sendiri. Siswi itu menatapnya dengan ringisan karena wajahnya penuh cakaran dari Renjun dan rambutnya rontok. Tidak hanya cakaran, bahkan ada lebam juga dipipi dan dibibir karena Renjun sempat memukul siswi tadi karena benar benar kesal.

"AWAS YA KAMU, BANGSAT!! LIAT AJA NANTI KAMU ANJING!!"

"Heh!"

Renjun mengerucutkan bibirnya kesal kala Jevano menegurnya. Renjun pasrah saat ini, entah kemana Jevano akan membawanya.

Jevano membawa Renjun ke uks. Padahal Renjun sama sekali tidak luka. Malah yang luka parah adalah siswi yang sudah mengganggunya karena wajahnya menjadi sasaran kemarahan Renjun yang sudah muak.

"Sini cerita, tadi kenapa?"

Renjun duduk dibrankar uks dengan raut masam. Tangan mungil itu masih terkepal hingga merah dan terdapat bercak darah yang sepertinya berasal dari darah siswi tadi.

"Resha."

Bibir Renjun melengkung kebawah, menatap Jevano dengan mata memerah dan siap menumpahkan air matanya.

"Aku kesal! Dia selalu ngehina aku. Dia bilang aku jalang, aku caper kekamu, dia bilang aku bencong, lemah, cengeng, dia juga ngejelekin mama sama papa. Aku gak suka. Dia pernah ngunciin aku ditoilet, loker atau tas aku diisi sampah. Jevano, aku benci banget sama dia.." tangis Renjun akhirnya tumpah. Ia adalah tipe orang yang saat marah akan menangis. Entahlah, air mata itu keluar dengan sendirinya.

ika juga kalo marah pasti nangis, apalagi waktu ngebentak orang, gak tau kenapa air mata tuh keluar sendiri, susah banget ngontrol diri kalo udah marah :(

Jevano membawa Renjun kepelukannya. Menenangkan pemuda manis itu yang kini tengah menangis sesegukan.

"Jangan marah.." gumam Renjun yang masih terisak.

"Gue gak marah. Lo harusnya tadi lempar mukanya pake mangkok bukan cuma dicakar. Atau siram aja pake kuah bakso." kata Jevano sesat.

Renjun terdiam. Ia melepas pelukan Jevano dan menatap ketua Jupiter itu sambil mengedip beberapa kali.

"Ih kok baru bilang sekarang! Iya yaa, seharusnya tadi aku pukul aja muka dia pake mangkok.."


tbc

resha-jeno udah ada didraft nih, mau dipublish kapan ya kira kira?

janlup vote, sorry for typo soalnya ga ikat edit duluuu


Renjun To Resha || Jaemren [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang