32. Bantuan

14.3K 2K 116
                                    

Sejak berada dalam perjalanan pulang, Jevano terus menerus terpikirkan soal Renjun. Ia merasa khawatir karena tidak melihat wujud menggemaskan itu.

Dan saat bus sudah sampai dipekarangan sekolah, Jevano turun dengan terburu-buru dan berlari untuk mengecek setiap bus. Persetanan tentang guru yang akan mengabsen.

"Shit!!" Jevano mengumpat. Ia tak berhasil menemukan Renjun di bus manapun. Jantungnya berpacu cepat memikirkan kemungkinan buruk.. bahwa Renjun tertinggal ditempat camping.

"Jevano! Resha ada gak?" Harsa menghampiri Jevano bersama Egi disebelahnya.

Jevano menggeleng.

"Keano juga gak ada. Tas Keano aja Beben yang bawa." kata Harsa yang dilanda cemas. Temannya dan pacarnya saat ini tidak terlihat wujudnya. Siapa yang tidak khawatir?

"Harsa!"

Harsa, Egi dan Jevano lantas menoleh pada Tora yang baru saja datang dengan menenteng tas Renjun. Pemuda itu menyodorkan tas Renjun pada Harsa.

"Ini tas Resha."

"Kok bisa ada di elo?" tanya Egi. Tora menggaruk tengkuknya.

"Gue ngeliat tas Resha kegeletak diluar tenda. Gue pikir Resha ninggalin tas nya mangkanya gue bawa. Emang Resha gak ada?"

Harsa menggeleng cepat. "Gak ada, Resha gak ada. Aduhh! Gimana nihh!"

Jevano mengusap wajahnya kasar. Sialan, jika Renjun sampai hilang Jevano tidak segan segan menuntut guru disekolahnya yang begitu teledor sampai sampai tidak menyadari adanya murid yang tertinggal.

"Gak mungkin kan Resha ketinggalan?" gumam Harsa yang masih dapat didengar Jevano, Egi dan Tora.

"Kalo Resha bener ketinggalan, berarti dia sama Keano. Kan Keano juga gak ada." kata Egi.

"Lo bener Gi.. jangan jangan mereka berdua emang ketinggalan disana?" wajah Harsa memucat. Sialan.

Jevano mengumpat. Baru saja ingin beranjak pergi, Harsa menahan. "Lo mau kemana?"

"Gue mau susul Resha."

"Lo gila? Ini udah sore, udah mau malem, kalo lo kesana, sampe disana nanti jam berapa?"

"Gue gak peduli, Resha pasti ketakutan disana!"

"Iya gue tau! Gue tau lo khawatir sama Resha, gue juga khawatir sama Keano! Cuma kalo lo milih susul mereka sekarang, yang ada lo bisa kenapa-napa. Jalan ketempat camping itu jauh, bahaya kalo malem pergi kesana."

Jevano mengacak rambutnya kasar mendengar perkataan Harsa. Memang ada benarnya, tapi Jevano sudah terlalu kalut saat ini sampai sampai tidak dapat memikirkan apapun lagi.

Perjalanan pulang memang sedikit tertunda karena ban mobil bus 1 bocor, mengharuskan mereka semua berhenti lebih dulu untuk menunggu perbaikan. Itu sebabnya mereka baru sampai pukul 4 sore.

"Iya Van, lo tenang dulu. Mungkin besok pagi kita susul mereka berdua kesana."

Jevano menghembuskan nafasnya dan mengangguk menjawab ucapan Egi.

[]

Pukul 12 siang, Renjun dan Keano memilih berjalan untuk mencari bantuan. Mereka hanya mengikuti jalanan aspal dan menyusuri jalanan yang kanan kirinya adalah pepohonan tinggi.

Jalan Renjun agak pincang karena tadi ia sempat jatuh terpeleset. Wajahnya terdapat beberapa luka karena ia jatuh dengan wajah yang menghantam tanah. Renjun tadi sempat menangis karena sudah terlampau frustasi dan merasa sial, ia jatuh beberapa kali pagi ini. Untunglah Keano mampu menenangkan bayi yang sedang menangis tersedu-sedu sambil berjongkok dan membentuk gambar abstrak ditanah dengan ranting.

Bruk

"Aku gak kuat, kaki aku sakit banget." Renjun manjatuhkan tubuhnya. Ia sudah tidak kuat lagi berjalan karena kakinya saat ini terasa semakin sakit. Saat di cek, kakinya membengkak.

"Gue gendong aja deh."

Renjun menggeleng. "Bisa istirahat bentar? Abis itu kita lanjut lagi." tawar Renjun. Jujur ia sangat lelah. Kakinya terasa mati rasa dan sakit. Baju yang sudah kotor, luka gores dipipi dan kening, rambut yang lepek dan raut wajah sembab karena sehabis menangis. Renjun terlihat sangat kacau sekarang.

Keano menghela nafas dan mengangguk. Ia menghampiri Renjun dan duduk tak jauh dari pemuda manis itu. Menatap suasana yang sepi. Tidak ada kendaraan yang lewat sejak tadi untuk dimintai bantuan. Entah bagaimana cara mereka bisa pulang.

Sudah 1 jam mereka berjalan pergi dari tempat semula mereka camping, sudah mulai jauh dari sana, dan semakin lelah pula mereka karena tidak memiliki air.

"Shhhh.." Renjun meringis. Serius, area mata kakinya kini sudah membengkak, rasanya Renjun tidak kuat lagi untuk berjalan lebih jauh.

Suasana hening, keduanya diam dengan pikiran masing masing. Renjun menunduk, memainkan jari jari tangannya hingga tak sadar Keano beberapa kali melirik kearahnya.

Namun tak lama Renjun mengangkat kepalanya karena mendengar suara mobil yang melaju kearah mereka berdua. Ada 2 mobil yang tampak dari kejauhan, Keano memicing dan langsung berdiri, ia merasa tak asing dengan mobil yang berada dipaling depan.

"Jevano."

Mendengar gumaman Keano, Renjun lantas berusaha untuk berdiri walau kesusahan karena kakinya yang sakit. Kedua mobil itu semakin dekat dan kini berhenti dihadapan Renjun dan Keano.

"Jevano..." mata Renjun berkaca kaca. Dengan jalan pincang menghampiri Jevano yang baru saja keluar dari mobil.

Tubuh Renjun direngkuh dalam pelukan hangat penuh kekhawatiran dari Jevano. Ada perasaan lega dihati Jevano karena kini Renjun berada dipelukannya.

"Lo gapapa? Ada yang luka? Kenapa jalannya pincang?" pertanyaan pertanyaan dari Jevano hanya dijawab gelengan dari Renjun.

"Aku gapapa Jev.."

"Gue khawatir banget sama lo." setelah mengurai pelukan, Jevano menangkup pipi Renjun, memperhatikan luka luka gores diwajah manis itu. Kemudian menunduk, mengecup pelipis Renjun dan kembali membawa Renjun kepelukannya.

"ANOO!"

Grebb!

Harsa memeluk erat pacarnya yang kini berdiri mematung. Tak lama Keano membalas pelukan Harsa,

namun dengan tatapan yang mengarah pada punggung Renjun yang kini berada dipelukan Jevano.


tbc

uhuyyy, gimana sama chapter ini? seneng gak renjun jevano udah ketemu lagi? ngerasa ada yang sus?

sorry for typo ya say

Renjun To Resha || Jaemren [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang