30. Camping (2)

14.2K 1.8K 41
                                    

Kelompok Renjun kembali hanya dengan membawa 3 bendera. Renjun yang rasa ingin menangnya begitu tinggi tentu saja merengut sebal. Sudah dipastikan jika kelompoknya akan kalah.

Kelompok Renjun kembali paling terakhir dari 17 kelompok. Resiko kelompok lebih banyak perempuannya ya begitu. Mereka lebih banyak menjerit dari pada berupaya mencari bendera agar mereka bisa menang. Renjun terus saja merengut, bahkan saat pembagian hadiah kelompok yang paling banyak mendapat bendera dan paling cepat kembali.

Itu kelompok Jevano.

Sialan, Renjun sejak tadi tidak berhenti mengumpat. Apalagi saat melihat kelompok Jevano semuanya laki laki. Pantas saja menang..

Renjun duduk dibatang kayu yang tumbang. Ia bersedekap dada. Acuh akan orang orang yang tampak bersemangat. Renjun masih kesal, okay?

Terlalu larut dalam pikirannya, Renjun tidak sadar bahwa sejak tadi Jevano memperhatikannya dengan bibir berkedut menahan senyum karena melihat bibir Renjun yang manyun. Itu menggemaskan.

aihhh pengen tak hihhh pipinyaa!!

"Kenapa?"

Suara Jevano membuat Renjun tersentak dan hampir terjungkal jika Jevano tidak cepat cepat menahan bahunya.

"Kamu mah ngagetin terusss!!" kesal Renjun. Jevano hanya terkekeh dan duduk disebelah Renjun.

"Lo kenapa? Merengut mulu."

Renjun memilih memalingkan wajahnya. Gengsi lah dia mengatakan jika ia ingin menang pada Jevano yang kelompoknya meraih kemenangan. Ntar yang ada Jevano malah menertawakannya.

"Nih."

"Hah?" Renjun dengan wajah cengo menatap apa yang Jevano ulurkan. Itu plastik bening yang berisikan banyak makanan juga makanan instan yang bisa dimakan disini, seperti mie cup dan jajanan yang rata rata terbuat dari coklat.

"Ambil. Untuk lo aja."

Renjun menggeleng. Walaupun ia ingin menang, tapi jika ia diberikan hadiah kemenangan dari orang lain ia akan menolak. Ia ingin kemenangan itu ia yang meraihnya sendiri.

"Ambil aja. Gue gak suka. Lo suka coklatkan? Itu banyak coklatnya."

Renjun terdiam dengan dahi menyerngit. Bagaimana Jevano bisa tahu ia suka coklat? Bukannya seharusnya yang Jevano tahu itu matcha karena Resha lah yang menyukai matcha, sedangkan Renjun kan hanya menempati tubuh Resha.

"Se-serius?"

"Hm, ambil aja, dari pada gue buang."

Buru buru Renjun langsung merebutnya. "Ih jangan! Sayang tauuu!"

Jevano tidak menjawab. Tangannya terangkat dan mengusak surai Renjun dengan lembut.

[]


Pagi pagi sekali, Renjun sudah terbangun karena ia tidak terbiasa tidur ditempat yang keras. Sudah 2 hari kegiatan camping ini berlangsung tanpa ada kendala. Rencananya besok mereka semua akan pulang.

Renjun melirik jam yang melingkar ditangannya, pukul 5 pagi. Ia keluar dari tenda. Sangat sepi saat ia berjalan melewati tenda-tenda murid lainnya. Ya bayangkan saja jam 5 pagi Renjun sudah keluar dari tenda sedangkan semalam mereka mengadakan kegiatan api unggun?

Renjun berjalan tidak terlalu jauh. Rencananya ia ingin melihat matahari terbit yang akan terbit sebentar lagi.

Renjun menjatuhkan tubuhnya ditanah. Ia berada ditempat yang cukup tinggi yang sekiranya tidak ada gangguan apapun.

Tak terasa sudah 1 jam Renjun duduk disini sambil berdiam diri, matahari sudah menampakkan wujudnya. Ponsel Renjun yang ia bawa kehabisan baterai karena ia sempat berfoto dan mengabadikan momen yang sangat jarang untuknya.

Puk

"Eh!"

Renjun berbalik dengan raut terkejut kala seseorang baru saja menepuk bahunya. Kemudian ia menghembuskan nafasnya.

"Keano, ngagetin aja sih."

"Hehe sorry." Keano tercengir.

"Lo ngapain disini? Masih jam 6 padahal."

"Gak ada. Cuma duduk duduk aja. Kamu juga, ngapain disini?"

Keano mengedikkan bahu. "Bosen ditenda, jadi jalan jalan bentar, tau nya ketemu lo disini." Keano ikut duduk disebelah Renjun. Renjun ber-oh ria dan kembali menghadapan kedepan.

Keduanya dilanda keheningan. Rasanya tenang karena tempat ini begitu sunyi.

Ditempat lain, murid-murid keluar dari tenda setelah mendapat pengumuman dari pak Bandi untuk segera berkemas, nada bicara pak Bandi terdengar begitu panik membuat murid murid keheranan.

"Semuanya cepat beresin barang barang kalian! Kita bakal kembali sekarang juga!"

"Loh? Tapi kenapa pak?" seru Hero keheranan.

"Bapak dapat telepon kalau ternyata hutan ini banyak binatang buas yang berkeliaran."

"Loh? Bukannya udah dikonfirmasi hutan ini aman?" sahut Gilang.

Pak Bandi mengangguk. "Iya betul, mungkin karena belum sepenuhnya ditelusuri mangkanya hutan ini dinyatakan aman, padahal banyak hewan buas. Ayo semuanya cepat beresin barang barang kalian! Bus sudah siap! Pastikan tidak ada yang tertinggal!"

Murid murid lantas kembali ketenda masing masing dan membereskan barang barang yang dibawa dengan terburu-buru.

Jevano juga begitu. Setelah selesai mengemasi barang barangnya, ia keluar tenda dan ingin menuju tenda Renjun, tapi bu Syahrini memanggilnya.

"Jevano! Mau kemana?"

"Tenda Resha."

"Ayo cepat! Gak ada waktu lagi! Temen temen kamu yang lainnya udah pada ke bus, kamu juga cepat! Mungkin Resha udah ada di bus." kata bu Syahrini tergesa.

Jevano ingin membantah. Ia lebih dulu ingin memastikan keadaan Renjun tapi bu Syahrini langsung menariknya pergi.

Jevano sampai di bus. Ia celingak-celinguk mencari keberadaan Renjun. Saat memasuki bus juga Renjun tidam terlihat.

Melihat keberadaan Harsa, Jevano lantas menghampiri pemuda berkulit eksotis itu untuk menanyakan Renjun. "Resha mana?"

"Mungkin di bus lain. Soalnya gue udah cari juga gak ada, tasnya juga." kata Harsa. Jevano berdecak, mendadak cemas. Ia tak yakin Renjun berada di bus lain.

tbc

sorry for typo ygy

Renjun To Resha || Jaemren [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang