39. Sadar?

13K 1.5K 95
                                    

Sudah 3 minggu berlalu, dan Jevano masih betah menutup matanya seperti enggan terbangun.

Renjun 3 minggu ini selalu muram. Setiap pulang sekolah akan langsung menuju kerumah sakit untuk menemani Jevano, jika hari libur Renjun akan menginap ditemani Jessie. Renjun yang orangnya pendiam didepan orang banyak menjadi semakin pendiam dengan senyum yang sudah jarang sekali terulas. Harsa dan Egi yang mencoba membuat Renjun tertawa saja sampai lelah sendiri karena Renjun tidak merespon mereka berdua dan memilih melamun.

Hari ini hari sabtu, berhubung besok minggu Renjun menginap diruangan Jevano. Kali ini ia sendirian karena Jessie memiliki banyak pekerjaan dibutik. Sahabat Jevano juga tidak bisa menemani karena hari sebelumnya mereka sudah menginap disini. Jadilah Renjun kini sendirian diruangan Jevano yang sunyi. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan Renjun tak kunjung mengantuk.

Renjun menggenggam tangan Jevano yang tidak di infus. Kepalanya ia baringkan disisi Jevano sembari mengusap tangan besar Jevano yang sedang ia genggam.

Renjun tersentak setelah menyadari pergerakan jari Jevano yang ia genggam, walaupun begitu pelan.

Tak lama itu, mata sekelam obsidian yang sudah 3 minggu tertutup itu akhirnya terbuka secara perlahan.

"Je-jevano?"

Jevano mengerang rendah, kepalanya terasa pusing begitu ia membuka mata. Tubuhnya begitu sulit digerakkan saat ini.

"Re.."

"Iya aku disini, sebentar ya aku panggil dokter du—" baru saja Renjun ingin melepaskan genggamannya pada Jevano, Jevano langsung menahannya. Pemuda itu menggerakkan sedikit kepalanya untuk menatap Renjun.

"Gak usah.." kata Jevano pelan. Tenggorokannya begitu kering dan susah untuk berucap.

"Tapi—"

"Maaf.."

Renjun mengatupkan bibirnya. Mata Jevano yang biasanya selalu menatap seseorang dengan datar, kini tampak menatapnya dengan penuh penyesalan. Raut wajah yang juga terlihat menyesal begitu dalam membuat Renjun tak tega. Ia tentunya tahu apa alasan Jevano meminta maaf saat ini.

"Iya, aku maafin asal kamu sembuh."

Jevano mengangguk pelan. "Gue kangen, jangan jauhin gue.."

"Iya Vano. Bentar ya, aku mau panggil dokter." Renjun melepas genggaman Jevano padanya, kemudian memencet tombol yang berada didekat brankar.

Tak perlu waktu lama, dokter datang keruangan Jevano untuk memerika pemuda itu. Renjun menunggu dengan sabar.

Setelah selesai memerika kondisi Jevano, dokter muda itu beralih menatap Renjun. "Kondisinya saat ini sudah mulai membaik, luka lukanya juga sudah menutup. Hanya tinggal pemulihan sedikit untuk tangan kirinya agar bisa kembali digerakkan dengan leluasa. Pasien masih harus rawat inap sampai benar benar sembuh."

Renjun mengangguk paham, mengucapkan terima kasih, hingga kemudian dokter itu pergi.

"Kamu mau minum?" tanya Renjun, Jevano mengangguk. Renjun mengambil segelas air yang diletakkan dimeja samping brankar, kemudian membantu Jevano untuk minum.

Setelah meletakkan gelas tersebut diatas meja, Renjun duduk dikursi tempat ia duduk sebelumnya, disamping brankar Jevano.

"Kamu butuh apa lagi?"

Renjun To Resha || Jaemren [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang