Tatapan Jevano begitu tajam dan mengerikan, membuat Keano yang merupakan wakil Jupiter tak berkutik dengan wajah pucat.
"Maksud lo apaan tadi?"
Keano meneguk ludah. Nada bicara Jevano begitu dingin dan datar. Keano melirik Renjun yang juga tampak gugup dan takut.
"Jev lo salah paham Jev. Tadi tiba tiba aja Resha meluk gue sambil nangis dan manggil nama Jeno. Gue gak bohong sumpah!" Keano mengangkat dua jarinya, membentuk huruf v.
Jevano kemudian menoleh pada Renjun. Pemuda manis itu menunduk takut merasakan aura kelam dari sang ketua Jupiter itu.
"Ikut gue."
Renjun tak berani menjawab apalagi membantah. Ia hanya menunduk sembari meremas jemarinya sendiri.
Jevano kemudian menatap Keano. "Tunggu gue disini."
Kemudian setelah mengatakan itu, Jevano pergi, disusul Renjun yang berjalan sambil menunduk. Keano mengerjapkan matanya.
"Mampus gue."
Disisi Jevano, lelaki itu kini sampai dirooftop sekolah. Ia menyuruh Renjun untuk masuk lebih dulu kemudian disusul ia yang langsung menutup dan mengunci pintu.
Renjun panik, tentu saja. Ia takut Jevano marah besar kemudian melemparnya dari rooftop. Membayangkannya membuat Renjun bergidik ngeri. Ia tak ingin mati dua kali.
"Jeva—"
"Jeno siapa."
Belum sempat Renjun melanjutkan ucapannya, Jevano lebih dulu menanyakan hal yang membuat tubuh Renjun menegang.
"Jeno dan Renjun itu siapa, Resha."
Tak ada jawaban dari Renjun. Pemuda itu kini tengah kebingungan harus menjawab apa.
"Jawab, jangan diem aja! Lo punya mulut kan?"
Renjun tersentak. Nada bicara Jevano naik 1 oktaf, membuat Renjun mundur 2 langkah karena semakin takut pada sang ketua Jupiter itu.
"Resha."
"Bu-bukan siapa siapa.." cicit Renjun amat pelan. Namun karena suasana rooftop yang sepi dan hanya ada mereka berdua disini, Jevano tentu bisa mendengar dengan jelas ucapan Renjun walau sangat pelan.
Jevano berdecih. Ia kesal, terlihat dari raut wajahnya.
"Sekali lagi gue tanya sama lo, Jeno dan Renjun itu siapa." Jevano menekankan kata Jeno dan Renjun dengan sengaja.
Tak ada jawaban dari Renjun. Anak itu makin menundukkan kepalanya, dan menangis.
"Resha."
"Renjun itu aku.. aku bukan Resha, aku Renjun. Aku ini Renjun! Aku bukan Resha Januar Narendra! Aku Renjun Ajunda!!" Renjun mengangkat kepalanya dan menjawab dengan nada sedikit tinggi. Pipinya basah akan air mata yang mengalir dengan deras.
Raut wajah Jevano tampak terkejut beberapa saat, namun ia langsung mengubah raut wajahnya menjadi datar. Tangannya terkepal, dan tanpa pikir panjang ia melangkah pergi keluar dari rooftop. Berakhir dengan pintu rooftop yang dibanting keras oleh Jevano membuat Renjun terlonjak kaget.
Tubuh Renjun merosot. Ia menutup wajahnya, dan menangis dengan keras.
[]
"Res? Mata lo kenapa bengkak begini?" sesampainya dikelas, Renjun langsung diserbu oleh seruan panik dari Harsa saat melihat matanya yang bengkak dan hidung merah.
Renjun tak menjawab. Ia hanya menggeleng dan mengambil tas nya. "Aku izin pulang ya, kepala aku pusing banget."
"E-eh lo sakit?" Renjun hanya mengangguk.
"Yaudah lo pulang aja. Mau gue anterin gak?"
"Gak usah, aku bisa sendiri. Tolong izinin ya Harsa."
"Iya Res. Hati hati yaa. Tenang aja, bakal gue izinin ke guru piket kok."
Renjun mengangguk lagi, kemudian keluar dari kelas dengan menenteng tas nya.
Renjun tak bohong dengan kepalanya yang terasa pusing. Ia menangis selama 1 jam dirooftop, menyebabkan kepalanya menjadi pusing dan matanya perih. Jadilah Renjun memilih pulang saja karena dengan mata bengkak seperti ini, bisa mencuri perhatian murid lain.
Sampailah Renjun didekat gerbang sekolah yang tertutup rapat. Ia langsung menghampiri satpam yang sedang duduk dipos nya sendiri.
"Pak, saya izin pulang ya, gak enak badan."
Pak satpam bernama Supriadi itu langsung berdiri. "Udah izin sama guru piket?"
"Temen saya udah izinin."
"Oh yaudah yaudah, sebentar saya buka gerbangnya dulu." pak Supriadi membuka pagar besar itu.
"Makasih ya pak."
"Sama sama. Semoga cepat sembuh ya."
Renjun mengangguk dan tersenyum tipis. Ia berjalan keluar dari sekolah untuk pulang. Mungkin ia akan pulang menggunakan taxi atau ojek online saja.
Renjun memilih menunggu dihalte bus. Ia sudah memesan taxi online, mungkin 10 menit lagi datang. Ia kini bersandar dan memejamkan mata karena kepalanya terasa begitu pusing.
"Jevano pasti marah sama aku. Aku udah bohongin dia. Eh enggak, aku bukan cuma bohongin Jevano, tapi bohongin semua orang." gumam Renjun dengan raut wajah sedih.
"Aku takut.. gimana nanti kalo aku dijauhin Jevano.." Renjun menunduk, matanya kini kembali berkaca kaca memikirkan kemungkinan buruk jika Jevano akan menjauhinya karena ia bukanlah Resha melainkan orang lain.
Renjun sudah menyukai Jevano sejak ia bertemu dengan Jevano dirooftop, saat Beben menariknya untuk membahas tentang diskusi Jupiter.
Renjun memang belum sepenuhnya melupakan Jeno. Hanya saja terkadang ia teringat dengan kenangan kenangan manis yang sudah ia lalui bersama Jeno. Namun Renjun sudah perlahan lahan mencoba untuk tidak terus menerus memikirkan Jeno. Karena saat ini, ia dan Jeno berbeda dunia. Dunia nya yang saat ini ia tempati adalah dunia novel. Dan sayangnya lagi, Renjun tak bisa kembali ketubuh aslinya karena Resha sudah mengambil alih tubuhnya. Begitu juga dengan Resha yang tidak bisa kembali karena Renjun sudah sepenuhnya mengambil alih tubuh Resha saat ini.
"Aku gak mau dijauhin Jevano.. aku gak mau Jevano jadi benci sama aku.." hingga air mata kembali menetes dari mata Renjun.
tbc
gantung ya wkwk.
mungkin ini konflik(?) soalnya udah masuk bagian dimana jevano tau kalo resha bukan resha, tapi orang lain. tenang aja, gak berat kok, paling bentar doang. gak tega aku tuh bikin 2 pasangan kesukaan kita semua galau.
vote atau nanti dimarahin renjun 😡
"vote gak kalian! nanti aku ngambek nih! 😡" - renjun lucu pacar ika, eh ga maksudnya pacar jaemin, hehe 😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjun To Resha || Jaemren [√]
HumorRenjun anak yang pendiam, manis dan lembut, harus menjalani hidupnya menjadi salah satu anggota geng dinovel kesukaannya. ❝ Loh? Bukannya aku udah mati ya? Kok masih hidup? ❞ warn[❗] ✦₊ bxb ࿐ ✦₊ non baku ࿐ ✦₊ jaemin dom! renjun sub! ࿐ start: 7 ju...