22. Terjebak Disekolah

20K 2.1K 29
                                    

Setelah insiden dirumah Jevano, Renjun menjadi canggung didekat pemuda itu. Lain halnya dengan Jevano yang terlihat biasa-biasa saja.

Renjun yang awalnya berani menatap wajah Jevano menjadi takut lagi untuk menatap Jevano saat sedang bicara. Siapa sih yang tidak gugup saat ketahuan hampir berciuman oleh orang lain? Memalukan.

"Res!"

"Hah iya apa?" Renjun yang awalnya sedang melamun mendadak menoleh kearah Harsa yang menepuk pundaknya dengan raut wajah terkejut.

"Ngelamun terus lo, udah jam pulang nih, tuh Jevano nunggu didepan."

Renjun mengedar, dan meringis melihat keadaan kelas yang hanya tersisa ia dan Harsa. Renjun juga melihat Jevano yang bersedekap dada didepan kelasnya.

"Kalo gitu gue balik dulu ya Res, kan udah ada Jevano."

"Hah i-iya.."

Harsa beranjak pergi untuk segera pulang. Keano sudah menunggunya diparkiran.

Renjun membereskan buku-bukunya dan memasukkannya kedalam tas. Ia menenteng tasnya dan menghampiri Jevano didepan kelas.

"Je-"

Suara hujan yang turun dengan deras membuat Renjun memberhentikan ucapannya.

"Ujannya deras, gue bawa motor." kata Jevano. Jevano menggunakan motor dan hujan terlalu deras untuk diterobos. Lagi pula tidak mungkin Jevano membawa Renjun menerobos hujan.

"Yaudah, nunggu aja sampe reda, gapapa."

Jevano mengangguk. Ia menggenggam tangan Renjun. Omong omong kelas Renjun ini ada dilantai 2.

Jevano menarik tangan Renjun untuk duduk diundakan tangga ke empat dari atas. Ia duduk diundakan tangga ketiga.

Renjun mengedip, mendongak menatap Jevano dari bawah. Jevano benar benar terlihat tampan dari jarak sedekat ini.

"Ganteng banget."

"Gue tau gue ganteng, gak usah gitu banget liatnya."

Renjun mendadak cengo. Loh, kenapa Jevano bisa tahu isi hatinya yang memang sedang memuja ketampanan pemuda itu?

"Ihh! Pede banget sih!" Renjun mendengus dan menatap kedepan dimana hujan yang turun dengan deras membasahi lapangan.

Jevano terkekeh. Meletakkan dagunya dikepala Renjun membuat Renjun terkejut.

Jevano mengeluarkan ponselnya. Untuk mengusir rasa bosan ia memilih bermain game diponselnya dengan posisi dagu yang berada diatas kepala Renjun. Tangannya berada didepan Renjun hingga Renjun dapat melihat apa yang sedang Jevano mainkan.

Jevano tampak fokus bermain game, sedangkan Renjun menguap bosan. Ia bersandar ditubuh Jevano dan memejamkan matanya lantaran rasa kantuk menyerang.

Jevano selesai dengan gamenya. Ia menunduk menatap Renjun yang tertidur dengan bersandar pada tubuhnya. Bibir Jevano mengulas senyum tipis. Saat tertidur saja, Renjun masih terlihat menggemaskan dan manis.

"Jev!-"

"Stttt!"

Gilang, pemuda yang ingin memanggil Jevano tadi lantas mengantupkan bibirnya saat Jevano mengisyaratkannya untuk diam. Gilang melirik Renjun yang kini tertidur.

Gilang bergumam dalam hati. "Pantes dicariin gada, ternyata lagi berduaan ama gebetan."

"Kenapa?" tanya Jevano dengan nada pelan.

"Gajadi deh, nanti aja. Gue pergi dulu yak!" tanpa menunggu jawaban sang ketua, Gilang lebih dulu ngacir pergi karena tak mau semakin iri dengki.

Jevano menatap datar kepergian Gilang.

"Ck, gajelas."

[]

"Res, Resha."

"Umhh.."

"Bangun dulu, ujannya udah berhenti."

Renjun lantas membuka matanya dan menguceknya pelan. Ternyata benar, hujan memang sudah berhenti.

"Ini jam berapa?" tanya Renjun.

Jevano melirik jam yang melingkar ditangannya. "Jam setengah 6."

"Eh???" mata Renjun membelalak. Astaga, apa ia tidur cukup lama tadi?

"Ihh! Kenapa gak bangunin dari tadi??"

"Lo nyenyak banget tidurnya, mana tega gue."

Renjun berdecak.

"Udah ayo pulang! Udah mau malem!" kata Renjun.

"Hmm, iya." Jevano bangkit. Menatap Renjun yang sedang menepuk-nepuk pantatnya yang kotor.

"Ayo." Jevano menggenggam tangan Renjun dan membawanya menuju parkiran.

Sesampainya diparkiran, Jevano memasangkan helm pada Renjun. Renjun merengut, padahal ia bisa sendiri kenapa harus dipasangkan?

"Ayo naik."

"Hummm." Renjun naik dan duduk dijok belakang. Jevano memasang helmnya sendiri dan menghidupkan mesin motor. Kemudian melajukan motornya meninggalkan kawasan sekolah yang sudah sepi. Ada beberapa motor yang mungkin saja milik murid murid yang sedang ekskul.

Motor Jevano melaju dengan kecepatan sedang. Renjun menyandarkan kepalanya dipunggung Jevano. Tangannya sejak tadi memang sudah melingkar dipinggang Jevano karena Jevano sendiri yang menyuruh.

Memakan waktu 25 menit, motor Jevano berhenti didepan rumah Renjun. Renjun turun dari motor Jevano dan melepaskam helmnya, kemudian menyerahkannya pada Jevano.

"Makasih ya."

Jevano mengangguk. Ia mengusak surai Renjun yang sedikit berantakan karena angin.

"Gue pulang dulu." kata Jevano.

Renjun mengangguk pelan. "Hati hati. Jangan ngebut, jalanan licin soalnya habis ujan."

"Iya, bawel. Udah sana masuk."

"Jevano aja yang duluan pergi."

"Yaudah." Jevano mencubit gemas pipi Renjun sebelum melajukan motornya. Renjun memekik dan merengut.

"Dasarr!!"

tbc

part ini pendek banget gezz, ngetiknya disela sela lagi ngerjain tugas wkwk

baik kan ika update lagi

janlup vote ygy, sorry for typo


Renjun To Resha || Jaemren [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang