O8. Musuh

22.3K 2.5K 21
                                    

Anggota Jupiter baru saja selesai rapat setelah 20 menit membahas tentang geng dan musuh mereka yang akhir akhir ini tidak menyerang. Rapat kali ini cukup singkat karena biasanya rapat bisa memakan waktu 40 menitan.

Jevano menyugar rambutnya dan turun kelantai 1, mencari Renjun yang tidak kelihatan wujudnya. Dahi Jevano berkerut dan celingak celinguk mencari lelaki manis itu.

"Kenapa pak ketu?" itu Irfan, salah satu anggota Jupiter yang keheranan melihat sang ketua celingak celinguk.

"Resha."

"Bukannya tadi Resha gak ikut rapat kan ya?" ujar Irfan, Jevano mengangguk. Ia kemudian pergi menuju dapur atau toilet untuk mencari Renjun.

Para anggota Jupiter ada yang pulang karena memiliki urusan dan ada yang bersantai dimarkas. Hero dan Jason juga termasuk salah satu yang tinggal dimarkas untuk bermain game bersama yang lainnya. Sisanya? Pulang karena rapat sudah selesasi.

"Jevano mana?" tanya Hero pada Irfan.

"Nyari Resha."

Hero mengangguk dan kemudian fokus pada game diponselnya.

Sedangkan Jevano sudah kelimpungan karena tak menemukan keberadaan Renjun. Apa mungkin Renjun pergi? Tapi kenapa tidak bilang dulu?

"WOI WOI ANJIR COK!!" Guntur membuka pintu masuk dengan brutal. Ia tadi baru saja ingin pulang, namun menemukan sesuatu yang tergeletak diluar.

"Apasih Gun! Ngagetin aja lo bangsat!" ngegas Jason yang sempat menoleh dan hampir terjengkang karena terkejut.

Jevano yang mendengar suara kericuhan dari Guntur langsung menghampiri sahabatnya itu. "Kenapa?"

"Nih, gue nemuin ponselnya Resha, sama tadi ada bekas seretan diluar."

Pupil Jevano melebar. Ia menggeram kesal dan langsung pergi menuju lantai 2 dimana ruangan cctv berada. Dimarkas Jupiter memang banyak sekali cctv tersembunyi dan hanya anggota yang dipercayai yang tahu. Guntur ikut menyusul sang ketua. Jason dan Hero yang awalnya sedang bermain game pun juga ikut menyusul untuk melihat apa yang terjadi, begitu juga dengan anak anak Jupiter lainnya yang masih berada dimarkas.

Jevano mengutak-atik komputer dengan cepat. Hingga layar yang memperlihatkan adegan dimana Renjun yang diculik terpampang dilayar komputer.

"Brengsek!" Jevano mengumpat marah. Ia tahu siapa dalang dari semua ini.

"Jev! Tenang dulu Jev! Kita diskusiin dulu! Lo jangan bertindak gegabah!" kata Jason kala Jevano ingin keluar dari ruangan dengan rahang mengeras.

Jika Jevano bertindak gegabah, Renjun bisa dalam bahaya. Mereka harus membuat rencana lebih dulu untuk menyamatkan Renjun.

Nafas Jevano terengah dan urat urat yang menonjol, ia benar benar marah saat ini. Namun ia berusaha tenang. Ia harus menyelamatkan Renjun dari musuh bedebahnya itu yang selalu saja memancing emosinya.

"Yang masih disini ikut gue nyelamatin Resha." ujar Jevano dengan nada dingin dan aura gelap yang menguar membuat anggota Jupiter merasa tercekik karena aura Jevano terasa begitu mencekam.

[]

Renjun mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang berada diruangan remang remang ini. Ia meringis kala rasa pusing ia rasakan dikepalanya.

Matanya yang masih sedikit berkunang kunang mengedar, melihat sekitar. Ia mengernyit bingung, ingin menggerakkan tangannya, namun tangannya tertahan oleh tali yang mengikat tubuhnya. Mata Renjun sontak membelalak, ia memberontak berusaha melepaskan lilitan tali ditubuhnya. Renjun bahkan baru sadar jika mulutnya ditutup dengan lakban hitam.

Renjun To Resha || Jaemren [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang