Gadis dengan rambut yang selalu ia gerai, sedang menatap pemandangan dari balkon kamarnya. Ia hanya sedikit pusing dengan contoh contoh soal untuk olimpiade ekonomi nanti. Ditambah lagi dengan kehadiran Naya yang membuat hidupnya semakin dinomor duakan.
Lamunannya terganggu ketika mendengar suara papanya. "Ngapain sore sore gini ngelamun? Ngelamunin apa sih Puteri papa ini?" Lanjut arka lagi
Nara membalikkan tubuhnya menghadap papanya yang sudah duduk disofa balkon kamarnya. "Papa, ngagetin aja deh" ucap Nara dengan kesal, gadis itu ikut duduk disamping arka.
"Cerita sama papa ada apa?" Ujar arka sambil membawa Nara kedalam pelukannya.
"Gak ada pah, nara cuma mikirin olimpiade ekonomi bulan depan, ada 3 soal yang belum Nara kuasai" jelas Nara pada papanya.
Arka mengangguk sambil tersenyum. "Papa yakin, anak papa ini pasti bisa menang di olimpiade bulan depan"
Nara memanyunkan bibirnya. "Loh kok gitu mukanya? Harusnya aminin dong sayang" ucap arka dengan lembut
"Masih banyak yang lebih pintar dari nara pah, Nara gak yakin bisa menang" ucap Nara
Arka langsung memeluk Nara dari samping. "Belum berperang udah nyerah duluan, gak boleh gitu dong, harus yakin bisa menang, buat papa bangga dengan kemenangan kamu nanti"
Nara tersenyum mendengar itu. "Oke, tapi ada hadiahnya ya"
Arka mengangguk mengiyakan. "Pasti dong sayang, apapun yang kamu mau papa bakal wujudkan" Nara hanya tersenyum sambil mengangguk.
"Papa ada beli sesuatu tadi" ujar arka lagi, pria paruh baya itu mengeluarkan kotak berbentuk love yang isiannya adalah macam macam cokelat dari paperbagnya.
"Coklat pah?" Ucap Nara dengan mata yang berbinar
Arka mengangguk dan memberi dua kotak cokelat ke Nara. "Satu kotak lagi, kamu kasih ke Naya ya sayang, papa sengaja beliin buat kalian berdua" senyuman Nara yang tadi terlihat sangat bahagia seketika luntur mendengar nama Naya. "Harus banget ya pah kasih ke Naya"
"Harus dong sayang, Naya kan juga adik kamu" tambah arka lagi
Nara langsung menggeleng. "Nara gak punya adik pah, apalagi naya, dia bukan adik Nara" tekan Nara, gadis itu langsung masuk kedalam kamarnya. Dan menyelimuti dirinya menggunakan selimut.
"Sayang, gak boleh gitu, walaupun kalian gak ada hubungan darah, tapi kita semua keluarga" ucap arka lagi
Nara lebih memilih untuk diam, berbicara sama papanya itu sama saja, sama sama gak ada ujungnya. Arka yang mengerti kenapa nara hanya diam lebih memilih untuk keluar dari kamar puterinya, lambat laun pasti puterinya akan mengerti.
Ketika mendengar suara pintu yang ditutup, nara langsung membuka selimut yang menutupi tubuhnya. "Naya Naya, apa apa Naya, semua nya aja bagi untuk naya" ucap Nara dengan kesal
"Mah, mamah lihatkan ma, semua orang sekarang berpihak nya ke Naya mah, bahkan papa juga begitu mah, mamah sih cepat banget pergi nya, kan nara jadi merasa sendiri" ujar Nara berbicara sendiri, ya ia harap walaupun mamanya sudah dialam berbeda, mamahnya tetap bisa mendengar kan nya, ya semoga saja.
***
"DRISTAN, LO DIPANGGIL PAK ERI" teriak Abraham yang berjalan bersama rafanda disampingnya.
Dristan yang tengah berada dikantin bersama dengan teman temannya langsung menutup telinga nya. Suara Abraham itu begitu menggelegar ditelinga nya. Apakah ia tidak bisa bicara baik baik? Padahal kondisi kantin saat ini sedang sepi karena memang belum waktunya istirahat. Mereka baru saja keluar dari aula untuk membahas soal soal olimpiade sesuai dengan jurusan masing masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTA : New Generation!
Teen FictionAltaraka dan Altagara merupakan anak kembar dari keluarga terpandang, siswa berprestasi dan selalu ambisi untuk menang. Mempunyai geng motor bernama Altareyz yang berisi para siswa pintar yang berprestasi di bidang akademik dan non akademik. Semuany...