Di depan cermin, Fabian meneliti sekali lagi penampilannya dari ujung kaki ke ujung kepala. Oke, perfect. Dia sudah merasa ganteng maksimal.
Ponsel dimasukkannya ke saku jaket denim, lantas ia bawa langkahnya beranjak keluar kamar. Kaki pemuda itu terayun ringan menuju garasi.
Syaqilla yang duduk di sofa dengan fokus terarah pada televisi, kepalanya tak luput dari usapan tangan Fabian. Sang adik kontan memekik kaget, protesannya lantas mengiringi si sulung menjangkau pintu utama. Akan tetapi ketika ia sampai di ambang pintu dan melempar pandang ke sisi kanan rumahnya, kaki Fabian langsung kaku. Keberadaan sebuah kendaraan yang familier di ingatan Fabian membuatnya termangu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Second Lead
Teen Fiction"Gue menaruh lo di puncak prioritas, sementara nama gue ada di urutan terakhir dari sekian hal penting dalam hidup lo. Gue yang menganggap lo terlalu berharga, atau cerita di antara kita memang enggak seistimewa yang gue kira?" Tentang Fabian yang...