5. Just Go with The Flow

612 100 12
                                    

Sebagai murid teladan kesayangan para guru, kehidupan Ayudia tidak pernah jauh-jauh dari sebuah buku. Perpustakaan dan Gramedia adalah tempat favorit gadis itu. Ia berkhayal suatu saat nanti bisa melakukan library date bersama sang kekasih. Dalam angan-angannya, nama Fabian menjadi kandidat yang diharapkan. Walau mereka tak terikat hubungan istimewa, status sebatas teman pun tak jadi kendala. Asal itu Fabian, Ayudia mau-mau saja duduk berdua di sudut ruangan yang kelewat hening ini sambil membahas genre cerita kesukaan Fabian, atau Ayudia sendiri berbagi rekomendasi judul buku menarik yang pernah ia temukan.

Sejauh ini, kemauan tersebut belum kesampaian karena Fabian memang bukan tipe siswa yang akan menghabiskan waktu senggang di perpustakaan. Pemuda itu lebih suka berlarian di lapangan mengejar bola ke sana-sini bersama Hagan, atau nongkrong di warung Abah sambil ngemil gorengan hangat siang-siang.

Di jam istirahat pertama hari ini, Ayudia sudah sibuk mencari-cari sesuatu. Ia mendongak ke barisan buku di rak paling atas, sebab kata penjaga ruangan, buku yang Ayudia inginkan berada di barisan tersebut. Selangkah, dua langkah, hingga berlangkah-langkah kemudian ia ambil sampai akhirnya buku yang dimau ketemu; sebuah buku dengan judul The Best Teacher for Life.

Gadis itu berjinjit, tangannya terangkat berusaha menggapai. Namun, tinggi badan tiba-tiba saja menjadi kendala. Ayudia menghela napas, lantas celingak-celinguk hendak mencari pertolongam, tetapi tak ia dapati seorang pun melintas atau paling tidak berdiri di jarak dekat. Perpustakaan memang salah satu tempat paling sepi di seantero sekolah. Kecuali saat ada tugas yang mengharuskan para siswa berurusan dengan buku-buku. Jadi, sebagai usaha terakhir sebelum menjadikan kursi sebagai solusi, Ayudia kembali mencoba meraih buku tersebut, ia melompat-lompat kecil.

Menyerah, Ayudia pun berniat membawa kursi untuk dijadikan pijakan. Namun, ketika ia nyaris memutar badan, seseorang tiba-tiba menahannya dari belakang. Bahu Ayudia sontak menegang kala merasakan punggungnya menempel dengan dada seseorang. Ia terpaku, napasnya tercekat, tetapi wangi parfum yang menguar di detik berikutnya membuat Ayudia dapat mengembuskan napas lega. Gadis itu mengulas senyum, pipinya mendadak dihiasi rona merah. "Kak Ian?"

Pundak Ayudia meremang hebat tatkala suara kekehan singgah dengan sopan di telinganya. Itu suara Fabian.

Fabian mencondongkan wajah hingga posisi bibirnya dengan telinga Ayudia berada di jarak kelewat dekat. Pemuda itu menyelipkan anak rambut Ayudia ke belakang telinga, lantas membisikinya, "Needed my help?"

"Yes."

"Buku yang mana, Di?"

"The Best Love for My Life."

Fabian menelisik deretan buku di rak paling atas, mencari-cari judul yang Ayudia sebutkan. Namun, setelah ia baca dengan teliti berkali-kali dari kiri ke kanan dan sebaliknya, tak kunjung ia temukan judul yang Ayudia inginkan. "Perasaan gak ada, deh."

"Ada, Kak."

"Sebelah mana, Di?"

"Behind my back."

Fabian kontan mengetuk kening Ayudia, kekehannya lalu kedengaran. Gadis ini benar-benar pandai menggombal, beruntung Fabian bukan tipe orang yang gampang tersipu.

Tawa Ayudia menyahuti kekehan Fabian yang nyaris usai, lantas ia mendongak dan berkata, "Yang sebelah kiri tangan kamu, tuh, Kak."

"The Best Teacher for Life?"

"Yes, please?"

Mendengar Ayudia membalas dengan suara yang sengaja dibuat melas, Fabian meresponsnya dengan tawa. Ia tepuk pelan kepala Ayudia sebelum menggapai buku yang diinginkan gadis dalam kungkungan lengannya itu. Ketika buku berhasil digenggam, Fabian langsung bergerak mundur demi memberi sang adik kelas ruang untuk membalikkan badan. Tatap mereka bertemu, buku diangsurkan, Ayudia menyambut riang sambil melayangkan senyuman. Ungkapan kata terima kasih tak luput diucapkan.

[✓] Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang