Matahari merangkak naik ke tengah-tengah langit, menarik pagi menemui siang. Karenanya Aula sekolah mulai dipenuhi hawa panas, memicu keluhan para siswa yang menderita akibat kegerahan. Kegiatan Pensi yang hari ini diselenggarakan sudah nyaris usai. Sudah sampai pada sesi yang ditunggu-tunggu; performing band. Yang paling dinanti, khususnya oleh para siswi lantaran band di tahun ini berhias tampang cowok ganteng hasil undangan dari luar sekolah.
Seusai Hagan meminta band-nya ditampilkan paling terakhir karena ia harus menjemput Fabian, panitia Pensi memutuskan menyimpan perform semua band di urutan paling belakang.
"Band Kak Noah tampil pertama?" tanya Ayudia sembari menyeka bulir peluh di pelipisnya. Gadis itu sedikit menyerongkan badan ke sisi Fabian supaya dapat imbas angin sepoi-sepoi.
"Iya kayaknya, Di." Fabian membalas sembari sibuk menggerak-gerakkan tutup kardus di depan wajah, lantas terkekeh geli ketika mendapati gadis di sampingnya langsung cemberut kala Fabian iseng menjauhkan kipasnya.
Mereka duduk pada deretan kursi kedua di barisan tengah. Letak strategis di mana suasana panggung dapat dilihat dengan leluasa. Tidak hanya berdua, di sebelah Fabian yang yang satunya lagi ada Hagan, tampak asik terlibat obrolan bersama Aji. Dua temannya itu memang akan membuat dunia sendiri andai sudah membicarakan sepak bola dan motoGP.
"Terus Kak Nay di mana?"
Yang ditanya sebenarnya agak malas membahas keberadaan sang sahabat. Tidak jauh-jauh, hanya bikin sakit hati saja. "Di back stage, tuh. Udah pasti lagi sibuk ngebucin sama pacarnya, Di."
Ayudia terkekeh. "Sabar, Kak."
Fabian mengangguk lemah sebelum melepas tawa yang terdengar hambar dan hampa. Sejatinya pemuda itu sedang menertawakan kebodohannya sendiri. "Udah sabar banget ini juga."
Atensi keduanya serempak teralih saat seisi ruangan mendadak riuh. Ternyata Noah dan kawan satu band-nya baru saja naik ke panggung. Aula kini benar-benar bising oleh sorakan. Suara para gadis mendominasi ruangan.
"Wuah, berisik banget!" seru Ayudia sambil menutup telinganya. Meski intonasi suara perempuan itu lantang, tetapi tepukan tangan orang-orang masih mampu mengalahkannya.
"Kenapa enggak ikut teriak, Di? Ada gerombolan cogan di panggung, tuh. Excited dikit, dong!" Fabian terkekeh melihat Ayudia tampak terganggu dengan suasana yang kurang kondusif.
Tanpa diduga-duga, Ayudia justru merespons dengan decakkan. "Nope."
"Itu Noah, lho." Fabian mengumbar senyum penuh arti. "Seorang Noah!"
Ayudia bereaksi biasa saja. "Terus kenapa kalau itu Kak Noah, Kak?"
"Badboy ganteng idola sekolah itu."
"Ya terus?" Ayudia sama sekali tidak mengerti apa yang coba Fabian sampaikan lewat perkataannya yang berbelit-belit itu. "Yes, it's Noah. So what if he is Noah? He's just Noah."
Fabian tersenyum samar. "I think all of girls have some interest to a handsome badboy like him. My sister even told me that Noah is her type, and that a lil dispoint me. He should choose me instead, right?" Fabian terkekeh. "But saw your reaction before, I think not all beautifull girls like handsome badboy."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Second Lead
Teen Fiction"Gue menaruh lo di puncak prioritas, sementara nama gue ada di urutan terakhir dari sekian hal penting dalam hidup lo. Gue yang menganggap lo terlalu berharga, atau cerita di antara kita memang enggak seistimewa yang gue kira?" Tentang Fabian yang...