Jangan jadi sider!
😡***
Motor Fabian berbelok menuruni jalan raya, kemudian berhenti di halaman gedung coffee shop. Tepat di seberang jalan merupakan SMA tempatnya menimba ilmu. Jadi, Fabian ke sini bermaksud menemui Noah. Ada hal penting yang hendak ditanyakannya.
Helm dilepas, rambut yang berantakan lantas Fabian rapikan. Ia terdiam sejenak sambil mengamati bangunan bergaya minimalis di depannya. Dalam hati ia agak terintimidasi, pasalnya tempat nongkrong Noah pas di sekolah saja sudah sehedon ini, berbanding terbalik dengan dirinya yang selalu berkutat di kantin. Circle pertemanan Noah juga diisi siswa-siswi yang datang dari keluarga berada. Duh, Fabian memang kalah dari segala sisi jika dia dan Noah dibanding-bandingkan.
Fabian memasuki kafe, netranya langsung disambut pemandangan interior dengan desain industrial, menonjolkan kesan unfinished pada lantai dan dindingnya. Ini kali ke sekian ia berkunjung. Dulu, di awal masa SMA-nya, Fabian sering mampir lantaran diseret paksa oleh Anaya.
Noah dan dua kawannya tampak sedang mengobrol ringan di meja bar dengan beberapa gelas serta camilan tersuguh di hadapan mereka. Fabian mendekat, melangkah santai seolah yang dihampirinya adalah kawan dekat. Iya seolah, sebab pada kenyataannya Fabian ogah sekali bersinggungan dengan pemuda itu.
"No," panggil Fabian sembari mendudukkan diri pada kursi di sebelah Noah. Ia mengangguk singkat, senyum tipisnya menyertai kala dua kawan Noah menyapanya ramah.
"Tumben, bro?" komentar Noah. Ia agak heran mendapati kawan dari kekasihnya ini tiba-tiba datang. Tahu sendiri, hubungan mereka kurang akur. Kendati tidak berselisih secara terang-terangan, tetapi baik Fabian maupun Noah sama-sama peka jika ada percikan ketegangan di antara mereka. Noah tidak buta jika pemuda di sampingnya ini menyukai Anaya.
"Ada yang mau gue omongin."
Menilik dari raut wajah Fabian yang serius—ah, tetapi Fabian memang selalu begitu tampangnya jika berhadapan dengan Noah—si pemuda dengan nama depan Dylan itu mengernyitkan dahi. "Ada apaan, nih?"
Tanpa basa-basi, Fabian merogoh saku hoodie-nya, lantas melempar pelan beberapa lembar foto ke hadapan Noah. Itu potret Noah bersama para gadis, dikirim oleh Aji tadi malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Second Lead
Teen Fiction"Gue menaruh lo di puncak prioritas, sementara nama gue ada di urutan terakhir dari sekian hal penting dalam hidup lo. Gue yang menganggap lo terlalu berharga, atau cerita di antara kita memang enggak seistimewa yang gue kira?" Tentang Fabian yang...