41. The Truth

508 55 8
                                    

⚠️🔞⚠️

***

Fabian melajukan motornya pada kecepatan tinggi, menyalip lihai di antara celah sempit kendaraan lain. Benak pemuda itu bergemuruh hebat. Kecemasan menggunung di balik rongga dadanya. Di satu sisi menerka-nerka keadaan Anaya, sisi lainnya sibuk menyalahkan diri sendiri yang untuk ke sekian kali lancang mengecewakan Ayudia lagi. Ke depannya, Fabian merasa sudah tak layak mendapatkan kesempatan. Jika Ayudia masih sudi memberikan pemakluman, berarti Fabian yang harus mengambil inisiatif menyudahi hubungan. Di titik ini ia menyadari bahwa hatinya tidak bisa dipaksakan.

Ia tetap menginginkan Anaya, jadi sejauh apa pun kakinya berlari menghindari kenyataan, bayangan sang sahabat setia mengikuti. Bahkan kini rasa-rasanya menetap di kepala. Kokoh dan menyiksa. Bikin Fabian kesulitan membuka hati untuk orang lain, membuatnya enggan untuk belajar mencintai perempuan lain.

Setelah menempuh dua puluh menit perjalanan yang mendebarkan, Fabian sampai juga di halaman rumah Anaya. Helm secepat kilat dilepasnya dari kepala, lantas tanpa peduli pada apa pun lagi, pemuda itu berlari menaiki tangga. Teras yang sunyi mendadak berisik oleh suara derap langkahnya. Pegangan pintu buru-buru ditarik, Fabian mengembuskan naaas lega karena sekat kokoh itu terbuka tanpa perlu banyak usaha. Si pemilik rumah tidak menguncinya. Lupa? Sengaja?

Memasuki ruang tamu, Fabian disambut senyap yang mencekam. Sensasi asing yang membuat pundaknya meremang. Aura tak mengenakan yang sanggup membangunkan bulu halus di sekujur badan. Usai terpaku sesaat, ia kembali memacu mengayunkan kaki, mengambil langkah lebar-lebar menuju kamar Anaya di lantai dua.

"Nay!" Fabian menggedor pintu kamar Anaya sambil tak henti-henti memanggil nama perempuan itu. "Buka, Nay! Lo ada di dalam, 'kan?"

Hening, nihil balasan.

Kekhawatiran langsung membuncah di dada Fabian. Prasangka-prasangka negatif mulai berlarian di kepalanya. Ia sungguh diselimuti rasa panik sekarang. Bahkan kemungkinan terburuk seperti bunuh diri begitu lancang melintas di benak pemuda itu.

"Nay!" Tak menyerah, Fabian masih mencoba menginterupsi apa pun yang tengah dilakukan penghuni kamar di dalam sana. "Nay, please, Nay! Buka!"

Dan diusahanya menggedor yang ke sekian kali, daun pintu akhirnya dibuka perlahan dari dalam. Fabian mundur beberapa langkah sambil mengusap wajah yang dibarengi helaan napas kasar, melampiaskan rasa frustrasi dan kecemasan hati.

Kini pintu terbuka lebar, Anaya berdiri di ambangnya dengan penampilan berantakan; rambut acak-acakan, air mata membasahi pipi, serta ekspresi nelangsa yang kentara. Kaos putih oversize yang tersemat longgar di badannya juga terlihat kusut. Benar-benar sempurna untuk menyandang gelar si Gadis Malang.

Jantung Fabian mencelos, ada satu bagian dalam dirinya yang berdenyut nyeri mendapati Anaya sekacau ini.

"Hei ...." Dua langkah yang Fabian ambil untuk mendekat langsung menghantarkannya pada sebuah dekap erat. Anaya merengkuhnya tanpa aba-aba, lantas sesenggukan di dada bidangnya. Pemuda itu terdiam sejenak, merasakan getaran hebat pada bahu sang sahabat. Lalu, kesedihan yang tumpah ruah di dada bidangnya seakan-akan menular, membuat Fabian merasa begitu hampa. Ia pun mengusap lembut punggung Anaya dan berbisik, "Gue di sini. Gapapa, oke? Gue di sini, Nay."

Isak tangis dengan suara yang tersendat-sendat memenuhi rongga telinga Fabian, merambat turun ke dada, menimbulkan sesak yang keterlaluan. Untuk apa pun alasan yang membuat Anaya menangis sedemikian hebat, Fabian mengutuknya. Gadis yang ia cintai dengan seluruh semestanya ini, siapa kiranya yang lancang menyakiti?

"Nay ...," bisik Fabian sembari mendorong pelan bahu Anaya demi bisa menatap wajah gadis itu. Kala pelukan mereka terurai, Fabian langsung mengangkat dagu Anaya supaya tatap keduanya dapat bertemu. Di satu garis lurus, mata dua insan itu kini saling pandang, dan Fabian seketika menemukan luka tergores amat nyata di obsidian perempuan kesayangannya. "Kenapa, hm?"

[✓] Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang