Dua hari sudah berlalu sejak peristiwa mengerikan yang sukses membuat Freya pingsan. Sejak itu, Pedro tidak pernah menampakkan dirinya di mansion sayap kiri yang dihuni oleh Freya. Freya sedikit banyak bersyukur karena ia sendiri juga tidak pernah menyukai pertemuan dengan Pedro yang selalu memberi kesan mengerikan.
Freya masih mengenakan kalung di lehernya, dan karena itu, penjagaan dirinya pun tidak seketat sebelumnya. Ia bisa berkeliaran di dalam mansion, sepanjang dirinya tidak keluar dari pintu dan jendela mansion, kalung di lehernya hanyalah kalung biasa saja, tidak mencekik dan tidak mengeluarkan sengatan listrik.
"Aya, kau sudah bangun?" Emma melongokkan kepalanya ke dalam kamar.
Aya mengerang pelan, bangkit dan duduk di tepi ranjang.
"Emma, aku bosan, sangat bosan." Freya mendesah pelan
"Maaf, Aya. Aku tidak bisa membantumu. Tuan Pedro belum memberikan perintah apapun untuk dirimu." Emma meletakkan baki berisi sarapan di atas meja.
"Kau mau mandi?" Emma menatap Freya.
Freya mengangguk pelan, membiarkan Emma melepaskan kalung di lehernya dengan menggunakan remote kecil. Ritual harian yang dilakukan Freya, melepas kalung sebelum mandi dan memasangnya kembali setelah Freya selesai mandi.
Freya mengusap pelan lehernya yang terasa nyaman tanpa kalung sebelum akhirnya beranjak masuk ke dalam kamar mandi. Selama ia berada di mansion Pedro, semua kebutuhannya selalu disediakan oleh Emma.
*********
Freya melirik tanpa minat ke arah menu sarapan yang berada di atas meja. Menu hari ini adalah english breakfast. Sejujurnya, rasanya enak, dan setiap hari selalu ada variasi menu, tapi terkadang Freya merindukan menu sarapan rutinnya seperti bubur ayam, nasi goreng atau cemilan sore seperti bakso.
"Makanlah, Aya. Jika kau butuh sesuatu, katakan saja." Emma mengusap pelan punggung tangan Freya sebelum mulai membersihkan kamar tidur.
Freya memasukkan telur ceplok ke dalam mulutnya. Matanya melirik ke arah Emma yang tampak sibuk membawa pakaian kotornya yang berada di laundry box, menaruhnya ke dalam troly yang berada di depan kamar.
"Bagaimana kabar Aya?" Suara Clay membuat kesibukan Emma di depan pintu kamar terhenti.
"Dia sedang sarapan, masuklah." Emma tersenyum, memberi kode pada Clay.
Clay mengangguk, melangkah masuk, mengulum senyum saat melihat Freya sedang sibuk memotong sosis.
"Good morning, Aya." Clay menarik kursi dan duduk di samping Freya.
"Hm...." Freya bergumam samar, enggan menjawab.
"What's up, Aya?" Clay terkekeh serak, mengacak rambut Freya dengan lembut.
"Aku bosan, tidak ada yang bisa kulakukan di sini selain duduk bengong di kamar." Freya mendengus pelan.
"Selesaikan makanmu, aku akan mengajakmu ke suatu tempat."
"Tapi... Bagaimana dengan kalung ini?" Freya menatap Clay sambil menunjuk kalung di lehernya.
"Kita tidak akan keluar dari mansion ini, jadi kujamin aman. Habiskan sarapanmu, cepat."
Freya tampak tertegun sesaat sebelum dengan bersemangat mulai menghabiskan menu sarapannya dengan cepat.
Clay terkekeh kecil melihat tingkah Freya, dan sambil menunggu Freya menghabiskan sarapannya, Clay memilih menghabiskan waktunya dengan bermain game di ponselnya.
********
"Kita mau ke mana?" Freya berdiri di depan Clay, tampak antusias.
"Kau akan suka." Clay tersenyum, memberi kode agar Freya mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Escape (TAMAT)
RomansSemua orang mengenal Pedro Ramiro, pengusaha drone dan pemilik real estate dengan wajah tampan dan tubuh kekar. Tapi tidak banyak yang tau, siapa sebenarnya sosok Pedro, bagaimana masa lalunya, termasuk bisnis gelap yang dijalankannya. Freya Damaris...