Chapter 31

23.8K 1.2K 38
                                        

Freya duduk di tepi brankar, menatap kesibukan Emma yang sedang merapikan barang barang milik Freya ke dalam satu tas jinjing kecil. Setelah seminggu dirawat, Freya akhirnya diijinkan pulang dan menjalani rawat jalan untuk luka bakar di lengan kirinya.

"Sudah selesai." Emma menarik resleting tas, tampak puas dengan hasil kerjanya.

"Sudah?" Isaac melangkah masuk ke dalam ruang rawat.

"Sudah, tuan." Emma mengangguk sopan.

"Ayo kita pulang. Clay sudah menunggu di mobil." Isaac memberi kode dengan gerakan kepalanya pada Emma.

"Isaac..." Suara lirih Freya terdengar.

"Ya, Aya?" Isaac menatap Freya yang turun perlahan dari brankar.

"Bisakah aku menjenguk Pedro? Sebelum pulang?" Freya bergumam lirih.

"Tentu." Pedro mengangguk tegas. "Emma, kau bawa dulu tas dan barang barang Aya ke mobil. Clay memarkirkan mobilnya di dekat pintu utama."

"Baik, tuan." Emma mengangguk, meraih tas jinjing milik Freya, membawanya keluar dari dalam kamar.

"Ayo...." Issac memberi kode pada Freya agar mengikutinya.

Freya melangkah di samping Isaac, berjalan menuju ruang rawat milik Pedro. Freya menarik nafas panjang sebelum melangkah masuk ke dalam ruang rawat.

Isaac mendorong kursi tepat di samping brankar Pedro, memberi kode dengan gerakan tangannya agar Freya duduk.

"Terima kasih." Freya mengangguk pada Isaac, tersenyum tipis.

"Aku akan menunggu di luar." Isaac melangkah keluar dari kamar. Ia sadar bahwa Freya membutuhkan privasi.

Freya menghela nafas pelan sesaat setelah Isaac menutup pintu.

"Bagaimana keadaanmu, Pedro?" Freya mengusap pelan pipi Pedro. Jejak luka lecet di wajah Pedro sudah mulai mengering dan beberapa jejak memar sudah memudar.

"Kuharap kau cepat bangun dari tidurmu." Freya menatap perban yang melilit di kepala Pedro. Pedro baru saja menjalani operasi kepala dua hari yang lalu, namun setelah operasi, Pedro belum menunjukkan kemajuan apapun.

"Aku dan anakmu butuh dirimu." Freya mengusap perutnya yang masih datar, mengarahkan pandangan matanya ke arah foto hasil USG yang diletakkannya di atas nakas.

"Sepertinya dia merindukan aroma ayahnya." Freya menyentuh jemari Pedro, mengusap perlahan.

"Kau harus bangun. Kau pria yang kuat." Freya menatap ke arah perban di bahu dan lengan atas Pedro yang tampak sedikit basah dan memerah.

"Pasti rasanya sakit." Freya melirik ke arah lengan kirinya "Lebih sakit dari lukaku."

Freya memejamkan matanya, menghela nafas berat.

"Kau melindungi aku dan anak kita. Cepatlah bangun. Aku berjanji, saat kau bangun nanti, aku akan melakukan apapun untukmu." Freya mengusap titik bening di sudut matanya.

"Apapun yang kau minta...."

Freya memajukan tubuhnya, mengecup lembut bibir Pedro yang kering. Sebelum mulai terisak isak.

"Kau...kau harus bangun.... Aku rindu Pedro yang mesum. Aku rindu senyum kurang ajarmu. Dan aku rindu dipanggil bunny."

Sial... Sial

No Escape (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang