Pedro berjalan keluar dari kamar mandi dengan tubuh shirtless nya yang masih tampak lembab. Beberapa tetes air tampak menetes dari rambutnya.
Pedro meraih kaos tanpa lengan dari lemari pakaian, dengan cepat memakainya dan melangkah keluar dari kamar.
"Suruh Emma menemuiku di ruang kerjaku." Pedro memberi perintah pada salah satu maid yang sedang membersihkan jendela mansion.
"Siap, Tuan." Maid itu mengangguk sopan dan berjalan ke arah belakang mansion.
Pedro menghela nafas, masuk ke ruang kerjanya. Pedro duduk di kursi kerjanya, menyalakan laptop, saat terdengar ketukan pelan di pintu.
"Masuk." Pedro menjawab dengan suara tegas.
Tampak pintu terbuka pelan, Emma melangkah masuk "Tuan mencari saya?"
"Pergilah ke kamar Aya. Bereskan apa yang bisa kau bereskan. Jangan bangunkan dia, biarkan dia tidur. Tapi jika sudah menjelang sore dan dia belum bangun, bangunkan dia. Dia harus makan malam. Kau boleh keluar Emma dan tolong panggilkan Isaac." Pedro memberi perintah.
"Baik, tuan." Emma mengangguk sopan, keluar dari ruangan kerja Pedro.
Pedro kembali menghela nafas panjang, sebelum mulai mengetik di laptopnya. Pedro mengangkat wajahnya ketika mendengar ketukan pelan di pintu dan Isaac melangkah masuk.
"Emma bilang...." Isaac menatap Pedro.
"Iya..." Pedro mengangkat tangannya, memberi kode pada Isaac agar duduk di sofa.
Isaac mengangguk pelan, duduk di sofa, mengamati perilaku Pedro yang tampak sedikit aneh. Pedro tampak gelisah, keningnya tampak berkerut.
"Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" Isaac menatap Pedro.
Pedro menyandarkan dirinya di kursi, tampak berpikir beberapa saat "Isaac, kau pernah tidur dengan perawan?"
"Apa?" Isaac tampak tertegun, tampak bingung dengan pertanyaan Pedro.
"Lupakanlah...." Pedro menggoyangkan tangannya, menyuruh Isaac keluar dari ruangannya.
"Kenapa? Ada apa?" Isaac menatap Pedro, mencoba memahami pertanyaan Pedro.
"Lupakanlah...." Pedro menggeleng pelan.
"Kau tidur dengan Aya?" Isaac menatap Pedro, suaranya terdengar ragu.
Terdengar helaan nafas kuat dari Pedro. Pedro berdiri dari kursinya, berjalan menuju jendela besar di sisi ruangan. Pedro berdiri di depan jendela, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
"Aku tidak pernah tidur dengan perawan. Jadi aku tidak tau bagaimana rasanya." Isaac bergumam pelan, mengamati Pedro yang tampak menerawang jauh ke arah taman di depan jendela.
"Yang pasti biasanya berdarah." Isaac mengulum senyum, mencuri pandang ke arah Pedro.
"Banyak?" Pedro memutar badannya, menatap Isaac.
"Apa?" Isaac tampak bingung.
"Darahnya."
"Entahlah, mungkin aku harus mencari perawan dulu, lalu mencobanya sendiri." Isaac terkekeh kecil, berdehem pelan saat menyadari Pedro tidak menanggapi gurauannya "Kita ada pertemuan dengan kartel Salva."
"Sampel kita?"
"Sudah ready."
"Bersiap siaplah." Pedro bergumam pelan.
Isaac bangkit dari sofa, berjalan meninggalkan ruangan.
**********
Emma mengetuk pelan pintu kamar Aya. Saat tidak mendengar sahutan dari dalam, Emma mendorong pelan pintu kamar, melangkah masuk ke dalam.

KAMU SEDANG MEMBACA
No Escape (Tamat)
RomanceSemua orang mengenal Pedro Ramiro, pengusaha drone dan pemilik real estate dengan wajah tampan dan tubuh kekar. Tapi tidak banyak yang tau, siapa sebenarnya sosok Pedro, bagaimana masa lalunya, termasuk bisnis gelap yang dijalankannya. Freya Damaris...