Chapter 1

53.8K 2.4K 22
                                    

Pedro memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, melempar pandangannya ke arah jendela.

"Semua lancar?" Pedro berbalik, menatap pria yang berdiri di dekat pintu.

"Lancar. Pengiriman kemarin tidak ada kendala." Clay mengangguk kecil.

"Good." Pedro mengangguk, melangkahkan kakinya ke arah sofa dan duduk di sofa satu satunya yang ada di dalam unit apartment berukuran sedang tersebut.

"Bagaimana dengan pengiriman berikutnya?" Pedro menatap Isaac yang berdiri di dekat dapur.

"Semuanya sudah siap." Isaac menjawab tegas.

Pedro mengangguk tampak puas, melirik ke arah layar ponselnya. "Jam berapa James tiba?"

"Masih 40 menit lagi." Clay menjawab cepat.

Pedro menghela nafas kasar, menyandarkan dirinya di sofa, tampak bosan.

"Kau mau makan?" Clay menatap Pedro.

"Waktunya terlalu mepet untuk keluar dan kembali ke sini." Pedro menggeleng.

"Pesan antar." Clay menjawab santai.

"Damn! Are you crazy?" Pedro menatap tajam pada Clay "Seharusnya kau ingat, tempat kita tidak boleh terlalu mencolok dan diketahui oleh banyak orang lain."

"Aku sudah terbiasa pesan antar. So far, aman." Clay menyeringai kecil.

"Bukankah selalu kuingatkan, Clay. Aktivitas kita di lantai ini tidak boleh tercium. Sejauh ini, tempat ini yang paling aman dan strategis." Suara Pedro terdengar dingin dan tajam.

"Of course, aku tau itu. Pesananku selalu memakai alamat unit di bawah." Clay menyeringai.

"Maksudnya?" Pedro mengeyitkan keningnya.

"Aku selalu memesan dengan alamat unit 307, unit milik Bu Winda. Bu Winda usianya sekitar 70 tahun. Sehari harinya, ia tinggal sendirian. Hanya di saat weekend, ia dikunjungi anaknya."

"Lalu?" Pedro menatap Clay meminta penjelasan. "Dia mau mau saja?"

"Tentu saja. Aku beralasan, unitku terlalu tinggi, aku sedang menerima tamu, dan segudang alasan lain. Sebagai bonusnya aku memberikan beberapa porsi makanan. Win win solution."

"Kau yakin aman?" Pedro menghela nafas panjang "Jangan mengacaukan segala sesuatu yang sudah berjalan lancar hanya gara gara satu pesanan makanan saja, Clay."

"Aman." Clay mengangguk. "Wanita itu selalu memesan dengan alasan anaknya akan datang berkunjung dan hanya memesan di satu tempat saja."

"Oke, tapi kuperingatkan Clay, jika terjadi masalah, kau yang akan bertanggung jawab."

"I know. Aku akan turun ke bawah, menitipkan uang pada bu Winda." Clay melangkah ke arah pintu.

Pedro mendengus, meraih bungkus rokok dari saku kemejanya.

"Pedro, no smoking." Clay menunjuk pada alat pendeteksi asap di plafon apartement "Atau kita akan basah." Clay menunjuk ke arah penyemprot air di langit langit apartment.

"Apartment sialan!" Pedro mendengus, memasukkan kembali bungkus rokoknya ke dalam saku kemejanya.

"Kau bisa merokok di tangga darurat. Aku ke bawah dulu." Clay berjalan keluar dari dalam apartment.

"Seharusnya tersedia unit untuk perokok." Pedro mengerang, tampak kesal.

Pedro mendengus kasar, berdiri dari sofa, melangkah ke arah pintu "Aku mau ke tangga darurat, kau mau ikut?"

No Escape (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang