Pedro mematikan rokoknya, menutup pintu balkon kamarnya, melangkah ke arah meja kerjanya. Pedro meneguk air dalam botol hingga tandas. Pedro berdehem pelan saat menyadari kerongkongannya masih terasa haus.
Pedro melangkah keluar kamar, menuju ke arah dapur. Langkah kakinya terhenti saat matanya menangkap pergerakan Emma di dapur.
"Emma?" Pedro mengenyitkan keningnya, menyadari jika waktu sudah hampir tengah malam dan tidak biasanya Emma masih berada di dapur.
"Tuan..." Emma mengangguk sopan, tangannya memegang baskom kecil berisi handuk.
"Kau masih bekerja?"
"Tidak, tuan."
"Lalu?"
"Salah seorang pengawal di mansion sayap kiri memanggil saya. Aya tampaknya demam tinggi, dan dia menggigau parah."
Pedro tampak tertegun sesaat, menghela nafas panjang "Pergilah....." Pedro menggerakkan kepalanya, memberi kode agar Emma bergegas.
Emma mengangguk pamit, berjalan dengan sedikit tergesa gesa menuju ke arah mansion sayap kiri.
Pedro membuka kulkas, meraih satu botol air mineral dingin, meneguk hingga tandas, meletakkan botol kosong di atas meja dapur, tampak terdiam beberapa saat
"Sial...!" Pedro memaki kasar, berjalan meninggalkan dapur.
*********
"Jangan.... Jangan... " Kelopak mata Freya yang tertutup menampakkan pergerakan manik matanya yang gelisah. Bulir bulir keringat menghiasi wajahnya yang memerah, tubuhnya bergerak gelisah.
"Aya.... Aya...." Emma menepuk pelan pipi Freya yang terasa panas, memaksanya agar terbangun.
Freya tampak tersentak kaget, membuka matanya. Matanya berkeliling liar, menatap ke dalam kamar, nafasnya terengah engah. Jemari Freya memijit kepalanya.
"Dingin..." Freya mengerang, menarik selimut, kembali memejamkan matanya.
"Aya, bisakah kau duduk sebentar? Kau harus minum obat." Emma kembali menepuk pelan pipi Freya.
"Aku tidak sakit, aku hanya butuh tidur. Emma bisakah kau matikan pendingin ruangannya?" Freya menarik selimut menutupi hingga batas lehernya
"Suhu pendingin ruangan normal, Aya. Kau yang demam." Emma menyentuhkan punggung tangannya di kening Freya dan merasakan suhu tubuh Freya sangat panas.
"Matikan pendingin ruangannya, Emma." Freya bergumam serak.
"Aya, kau harus minum obat."
"Aku butuh tidur." Freya mengerang samar.
Emma menghela nafas panjang, memaksa Freya untuk duduk, memasukkan obat ke mulut Freya dan membantunya minum air hangat.
Freya menyeka mulutnya, bergumam tidak jelas, sebelum kembali membaringkan tubuhnya.
Emma menghela nafas prihatin, meletakkan gelas di atas nakas, meraih handuk dari baskom berisi air, memerasnya, dan menempelkannya ke dahi Freya.
Emma menarik kursi ke sisi ranjang dan duduk sambil bersandar di sisi ranjang. Beberapa saat kemudian, Emma kembali membasahi handuk dan mengompres kepala Freya.
Emma menguap pelan, meletakkan kepalanya di atas ranjang.
"Masih demam?" Suara serak milik Pedro memecahkan kesunyian kamar.
"Tuan.... " Emma menegakkan duduknya, kaget dengan kehadiran Pedro "Masih, tapi tidak setinggi sebelum Aya minum obat." Emma meletakkan punggung tangannya di dahi Freya.

KAMU SEDANG MEMBACA
No Escape (Tamat)
RomantikSemua orang mengenal Pedro Ramiro, pengusaha drone dan pemilik real estate dengan wajah tampan dan tubuh kekar. Tapi tidak banyak yang tau, siapa sebenarnya sosok Pedro, bagaimana masa lalunya, termasuk bisnis gelap yang dijalankannya. Freya Damaris...