Freya menarik nafas panjang, tubuhnya tertarik kuat seolah terhisap masuk ke dalam kumparan cahaya sebelum akhirnya semuanya menjadi tenang dan hening. Perlahan, Freya membuka kedua matanya.
Cahaya terang lampu di langit langit kamar menerpa masuk ke dalam manik matanya. Aroma obat yang kuat terhirup masuk ke dalam indra penciumannya.
"Pedro!" Freya tersentak, ingatannya melayang pada Pedro.
"Nyonya.... Nyonya sudah siuman." Emma memekik kuat, memencet tombol di samping brankar Freya.
"Emma...." Mata Freya mengejap, menatap Emma yang sibuk memencet tombol.
"Nyonya... Anda baik baik saja?" Mata Emma menyiratkan kekhawatiran.
"Nyonya?" Freya bergumam bingung, menatap beberapa pria dan wanita berpakaian putih putih yang memasuki ruangan dengan tergesa gesa dan langsung memeriksa Freya dengan seksama.
"Thanks God, semuanya baik baik saja. Kau hanya perlu beristirahat dengan baik untuk memulihkan kondisimu." Dexter menarik nafas lega.
Freya tampak terdiam, wajahnya menegang sebelum tangannya bergerak untuk menahan pergerakan Dexter.
"Arghhh...." Freya mengerang, tangan kirinya terasa nyeri. Freya baru menyadari lengan kirinya diperban dari bahu hingga pergelangan tangan.
"Pelan pelan, Aya. Tanganmu mengalami luka bakar." Dexter berbisik lembut, menenangkan Freya.
"Bayiku... Bagaimana dengan bayiku?" Wajah Freya memucat. Ingatannya kembali melayang di saat Pedro memberitahukan tentang kehamilannya.
"Dia baik baik saja. Bayinya sangat kuat." Dexter mengangguk tegas, menepuk punggung tangan Freya.
Freya menarik nafas panjang. Kelegaan tampak di wajahnya, jemari mungilnya mengusap perut datarnya
"Bagaimana dengan kondisi Pedro?" Freya menatap Dexter, namun yang ditatap menarik nafas panjang, memalingkan wajahnya, enggan menatap Freya.
"Bagaimana dengan kondisi Pedro?" Freya menaikkan nada suaranya, mengulangi kalimatnya.
"Nyonya, tenangkan dirimu." Emma berbisik pelan.
"Kenapa kau memanggilku dengan sebutan nyonya, Emma? Ada apa denganmu?" Nada suara Freya mulai terdengar meninggi.
"Karena memang anda sebenarnya adalah nyonya besar di mansion." Wajah Emma memucat dan tampak tegang.
"Ada apa denganmu! Nyonya besar apaan? Biasanya kau juga selalu memanggilku dengan panggilan Aya." Freya berdecak kesal sebelum melemparkan pandangannya ke arah Dexter.
"Jawab aku! Bagaimana kondisi Pedro!"
Hening
"Sial! Jika kalian tidak mau menjawabnya, maka aku yang akan mencari tau sendiri!" Freya memekik penuh amarah.
"Aya.... Plis...." Dexter memegang tangan Freya. "Kau bisa menjenguknya setelah kondisimu lebih stabil."
"Pedro dirawat juga?" Freya tertegun, suaranya tercekat.
"Iya...." Dexter mengangguk pelan, mencoba memilih kalimat yang tepat untuk disampaikan kepada Freya.
"Aku ingin melihatnya." Freya mencengkram tangan Dexter mengabaikan rasa nyeri di lengan kirinya.
"Aya..."
"Plis Dexter...." Mata Freya berkaca kaca, menatap Dexter dengan wajah penuh permohonan.
"Baiklah...." Dexter mengangguk pelan. "Siapkan kursi roda." Dexter memberi perintah pada perawat di sampingnya, sebelum berpaling dan menatap ke arah Emma. "Emma, minta Isaac mengosongkan koridor dan singkirkan semua wartawan."

KAMU SEDANG MEMBACA
No Escape (Tamat)
RomanceSemua orang mengenal Pedro Ramiro, pengusaha drone dan pemilik real estate dengan wajah tampan dan tubuh kekar. Tapi tidak banyak yang tau, siapa sebenarnya sosok Pedro, bagaimana masa lalunya, termasuk bisnis gelap yang dijalankannya. Freya Damaris...