Empat Hari Kemudian
Freya menyisir rambutnya, meraih jepitan dan menjepit rambutnya ke atas, memperlihatkan leher jenjangnya. Freya mengulum senyum, memutar dirinya di depan cermin, menatap pantulan dirinya yang mengenakan kaos oversize dan celana pendek.
Freya bergegas keluar dari kamar, menuruni tangga dengan gerakan cepat dan masuk ke dalam ruang makan.
"Astaga, Aya. Jangan berlari dan melompat di tangga!" Emma memekik panik, wajahnya memucat.
"Don't worry, Emma. Aku handal." Freya terkikik kecil, menarik kursi dan segera duduk.
"Kalau kau jatuh, tuan akan memenggal kepalaku, Aya!" Emma menatap Freya dengan gemas.
"Dia tidak mungkin memenggalmu, Emma. Mana sarapanku?" Freya tergelak, matanya menyapu meja makan yang tampak kosong.
"Tunggu sebentar." Emma berjalan ke arah dapur dan tidak lama kemudian kembali dengan baki berisi dua mangkuk berukuran besar.
"Wangi sekali." Freya meraih sendok, menatap tidak sabar ke arah Emma yang sedang menaruh mangkok berisi bubur dan mangkok lain yang dipenuhi kerupuk ke hadapan Freya.
"Tentu saja, ini bubur ayam spesial." Emma mengulum senyum, menatap Freya yang dengan penuh semangat menyendokkan bubur ke dalam mulutnya.
"Emma...." Freya menelan buburnya dengan cepat "Ini benar benar enak."
"Syukurlah kalau kau menyukainya." Emma mengangguk puas. "Makanlah, ini porsi jumbo sesuai permintaanmu."
"Thanks Emma." Freya mengangguk, mengacungkan jempolnya, melanjutkan makannya sambil mencomot kerupuk.
Emma mengangguk sopan, berjalan meninggalkan ruang makan, menuju ke dapur utama.
*********
"Emma....!" Freya memekik kecil, suaranya terdengar ceria.
"Astaga, Aya. Kau akan membuatku kena serangan jantung." Emma mengelus dadanya, kaget dengan kehadiran Freya yang tiba tiba di dapur.
"Bagaimana pesananku?" Freya mengintip ke arah belanjaan yang sedang disusun Emma ke dalam pantry dan sebagian lagi dimasukkan ke dalam kulkas.
"Sudah lengkap, Aya." Emma mengangguk
"Emma, bolehkah aku yang memasak sendiri?" Freya menunjuk ke arah bahan makanan yang dipesannya pada Emma.
"Kau bisa memasak?"
"Tentu saja, aku ini anak yang mandiri loh."
"Hebat.... Tapi biarkan koki yang memasak." Emma menggeleng tegas.
"Emma.... Plis, aku benar benar bosan tidak mengerjakan apapun di mansion ini. Aku hanya makan dan tidur. Kau tau, setelah makan bubur ayam semangkok penuh dengan krupuk sebanyak itu, aku harus bergerak, kalau tidak aku akan jadi gendut. Lihat saja perutku ini." Freya mengusap perutnya yang tampak menonjol sebelum bersendawa keras.
"Itu karena cara makanmu yang salah. Ini sarapan bukan makan siang. Harusnya porsi kecil sudah cukup, tapi kau malah makan dengan porsi besar." Emma tergelak, kembali melanjutkan pekerjaannya merapikan bahan makanan.
"Ayolah, Emma. Biarkan aku yang memasak. Lagian aku punya resep dan racikan sendiri. Dijamin enak."
"No, Aya. Tuan akan memecatku jika tau kau yang memasak sendiri. Apa gunanya menggaji beberapa koki terkenal di mansion kalo kau yang memasak sendiri?"
"Ayolahhhh Emma." Freya mengejar langkah Emma bolak balik dari pantry ke kulkas. "Emma... Plis...."
"Astaga, Aya." Emma menatap Freya dengan tatapan frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Escape (TAMAT)
RomansaSemua orang mengenal Pedro Ramiro, pengusaha drone dan pemilik real estate dengan wajah tampan dan tubuh kekar. Tapi tidak banyak yang tau, siapa sebenarnya sosok Pedro, bagaimana masa lalunya, termasuk bisnis gelap yang dijalankannya. Freya Damaris...