Chapter 35

21.5K 1.1K 27
                                    

Freya meraih gelas berisi es teh manis dan meneguk isinya perlahan.

"Yuk dinikmati, cemilan ala kadarnya." Hanna meletakkan baki di atas meja. Di atas baki terdapat piring berisi pisang goreng dan tahu goreng. Saat ini mereka sedang duduk di ruang tamu panti setelah selesai membagikan semua snack dan mainan kepada anak anak di panti.

"Bunda, yang jualan bakso pentol masih ada?" Freya melongok ke arah depan panti, tampak mencari cari sesuatu.

"Ada, tapi Pakde sekarang jualannya di lorong depan." Hanna tersenyum samar "Kau mau makan pentol?".

"Mau banget bunda!" Freya memekik riang "Aku ke sana saja ya."

"Jangan, Aya. Biarkan anak anak yang manggilin pakde kemari." Hanna menepuk punggung tangan Freya, bangkit dari sofa dan berjalan keluar ruangan. Samar terdengar suara Hanna berbincang dengan seseorang sebelum Hanna kembali masuk ke dalam ruangan.

"Andi yang akan memanggil pakde kemari." Hanna tersenyum lebar.

"Pentol..." Freya bangkit dengan gerakan cepat saat mendengar dentingan lonceng khas milik pakde penjual bakso pentol.

"Aya! Pelan pelan!" Emma memekik, kaget dengan pergerakan Freya yang langsung berjalan setengah berlari ke arah pintu utama panti. Emma berlari cepat menyusul Freya.

"Sepertinya memang Aya masih suka bersikap kekanakanakan. Pedro sering mengeluhkannya." Hanna mengusap dadanya, berjalan menyusul keluar panti, diikuti Clay, Isaac, Lavina dan Denada.

"Dasar...." Clay berdecak saat melihat Freya sudah sibuk mengunyah pentol dalam wadah yang disiram kecap dan sambel kacang.

"Ayo, kalian wajib coba. Rasanya sangat enak." Freya melambaikan tangannya.

"Mari kita lihat apakah nyonya Kevlar dan nyonya Kendrick bisa menyaingi porsi makan nyonya Ramiro?" Isaac tergelak melirik ke arah Lavina dan Denada sebelum akhirnya melangkah menuju ke arah pakde penjual pentol.

********

"Kenapa kalian melihatku seperti itu?" Freya kembali memasukkan pentol ke dalam mulutnya, berdecak saat menyadari semuanya sedang menatapnya, terutama Lavina dan Denada.

"Mereka mungkin shock, Aya. Nyonya Ramiro yang bertubuh paling kecil, ternyata makan paling banyak." Clay tergelak menatap Freya yang masih sibuk mengunyah.

"Ini memang jajananku sejak kecil dan kalo aku balik ke panti. Rasanya sangat enak dan bikin nagih."

"Aku tau, tapi kau sudah makan 40 pentol Aya. Otewe ke 50 pentol." Isaac berdecak.

"Aku menyerah." Lavina tergelak, mendorong wadah bekas makanannya.

"Aku juga, aku hanya mampu makan 20 pentol." Denada mengulum senyum "Tapi rasanya memang enak. Aku suka. Aku mau pesan, dibungkus."

"Aku juga mau bungkus." Lavina terkekeh, bangkit dan tampak berbicara dengan pakde untuk membungkus pentol.

"Kasir, bayar." Freya menggerakkan kepalanya, memberi kode pada Isaac.

"Baik nyonya." Isaac terkekeh kecil.

"Aku bungkus 40 pentol lagi ya... Pisah sambel." Freya kembali memasukkan pentol ke dalam mulutnya.

"Aya...." Hanna bergumam lirih, menatap Freya yang sibuk mengunyah. "Aku harap Pedro segera sembuh."

"Aya dipaksa menjadi dewasa setelah kejadian yang menimpa suaminya." Emma bergumam pelan "Tapi setidaknya kami tidak terlalu khawatir, ia masih bisa makan dan bisa tertawa lebar walau sebenarnya saya tau, ia menyimpan luka dan kesedihan dan berusaha menutupi perasaannya."

No Escape (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang