Freya membuka matanya, pandangan matanya terpaku pada pemandangan di balik jendela. Pemandangan pantai berpasir putih tampak mempesona dengan langit biru yang cerah.
Freya mengerang pelan saat menyadari perutnya berteriak minta diisi. Freya melangkah menuju pintu kamar, membuka kecil pintu, mengintip ke arah luar.
"Jangan cuma mengintip, bunny. Keluarlah." Pedro yang sedang duduk membelakanginya di meja makan, tampak menyadari kehadiran Freya.
Frey berjalan ragu ke arah meja makan, tampak Pedro dan Isaac sedang duduk, menikmati sarapan.
"Ck.... Kau bahkan belum berganti pakaian, bunny? Kau belum mandi dari kemarin? Serius?" Pedro menatap Freya dari atas ke bawah. Freya masih mengenakan minidress yang dikenakannya saat menghadiri acara pemberkatan pernikahan Kevlar.
"Duduk, bunny. Kau butuh sarapan." Pedro menggerakkan kepalanya, memberi kode agar Freya duduk di sampingnya.
Freya menarik kursi, duduk perlahan di samping Pedro, melirik ke arah tumpukan roti di atas piring.
"Makanlah...." Pedro mengisi piring di depan Freya dengan beberapa potong sandwich.
Freya menghela nafas samar, saat melihat roti berbentuk segitiga dengan aneka isian.
Serius? Sarapan ginian? Bukan bubur ayam atau nasi goreng?
Freya tiba tiba merindukan semua menu makanannya sebelum ia terjebak dengan Pedro.
Freya membuka tangkupan roti, menarik potongan tomat, meletakkannya di pinggir piring.
"Kau tidak suka tomat, bunny?" Pedro tampak tercengang melihat kegiatan Freya, mengeluarkan potongan tomat dari dalam sandwich.
Freya menggeleng pelan, namun wajahnya langsung tampak tegang saat Pedro menarik piringnya dengan cepat.
"A-aku...." Wajah Freya memucat.
"Isaac, ingatkan Emma kalo bunnyku tidak suka tomat." Pedro dengan gerakan cepat, mengambil tomat dari piring dan mengeluarkan sisa tomat dari sandwich milik Freya.
"Makan." Pedro menyodorkan kembali piring ke hadapan Freya.
Freya mengangguk pelan, meraih sandwich, mengigitnya dan menelannya dengan susah payah. Bukan karena rasanya yang tidak enak, tapi bagi Freya, rasanya memang tidak familiar di lidahnya. Bagi Freya, menu sarapan yang wajar adalah nasi goreng, bubur ayam atau mie instan.
Freya meraih gelas, menegak habis air putih di dalam gelas, sebelum bangkit dari kursi.
"Finished?" Pedro menatap tajam ke arah Freya sebelum matanya menatap ke arah piring Freya. "Kau hanya makan satu potong sandwich, bunny."
"A-aku sudah kenyang." Freya menggeleng pelan.
"Satu potong tidak akan cukup memenuhi kebutuhan kalori dan proteinmu." Pedro mendengus kesal.
"A-aku benar benar su-sudah kenyang." Wajah Freya memucat saat melihat rahang Pedro yang mengeras.
"Terserah...." Pedro mendengus kasar, meraih cangkir berisi kopi hitam yang masih mengepulkan asap tipis.
Isaac menatap layar ponselnya yang menunjukkan panggilan masuk, mengangkatnya dengan cepat "Ya.....aku tau.... What? Jangan ambil tindakan apapun!" Isaac mengakhiri panggilan di ponselnya.
"Ada apa?" Pedro menatap Isaac.
Isaac bangkit berdiri, memberi kode pada Pedro agar mengikutinya.
"Diam di sana, bunny. Urusan kita belum selesai!" Pedro mengacungkan telunjuknya, menyuruh Freya agar tidak meninggalkan ruang makan.

KAMU SEDANG MEMBACA
No Escape (Tamat)
RomanceSemua orang mengenal Pedro Ramiro, pengusaha drone dan pemilik real estate dengan wajah tampan dan tubuh kekar. Tapi tidak banyak yang tau, siapa sebenarnya sosok Pedro, bagaimana masa lalunya, termasuk bisnis gelap yang dijalankannya. Freya Damaris...