Empat Hari Kemudian.
Pedro menutup layar laptopnya, wajahnya tampak puas.
"Pengiriman kali ini sempurna." Pedro meraih rokok dari kemasannya yang berada di atas meja, membakarnya dan mengisap batang nikotin itu dalam dalam.
"Aparat terkecoh dengan berita hoax yang disebarkan." Isaac tersenyum tipis.
"Sepanjang tidak ada yang berkhianat ataupun membocorkan rencana kita, semua akan berjalan lancar." Pedro menghembuskan kuat kuat asap rokoknya.
"Besok drone penembak kita akan mulai dipacking."
"Pastikan semuanya dalam kondisi prima. Jangan mengecewakan pembeli." Pedro bergumam serak, kembali menghisap kuat rokoknya.
"Besok kita akan berangkat untuk menghadiri pertemuan aliansi."
"Aku tau."
"Dan bersamaan dengan acara Kevlar." Isaac menyodorkan kartu undangan di atas meja.
(Pesta pernikahan Kevlar -> Baca Destiny)
"Aku tau." Pedro mendesah lelah "Jam berapa acara Kevlar dimulai?"
"4 jam sebelum pertemuan. Kita hanya bisa hadir sekitar 30 menit saja dan kita harus langsung terbang. Aku sudah mengatur jadwal private jet kita."
"Itu artinya kita hanya bisa menghadiri acara pemberkatannya saja. Tapi lebih baik daripada tidak hadir sama sekali. Mereka saudaraku." Pedro kembali menghembus kuat asap rokoknya.
"Aku akan menyiapkan drone yang akan menjadi contoh produk kita." Isaac bangkit dari kursi.
"Jangan lupa heaven 4 kita. Produk itu akan booming."
"Tentu." Isaac mengangguk pelan.
"Kudengar kota tujuan kita memiliki pantai yang indah."
"Benar." Isaac menatap Pedro, sedikit bingung.
"Panggilkan Emma, suruh ia menyiapkan keperluan Aya. Dia akan ikut bersama kita."
"Aya?" Isaac tampak tertegun.
"Sepertinya pantai akan jadi tempat yang menarik untuk bersenang senang." Pedro terkekeh serak, menekan rokoknya di asbak.
"Tapi membawa Aya akan menambah resiko."
"Dia sudah tau segalanya, lagipula meninggalkannya di sini juga tidak menjamin dia tidak akan membuat ulah. Aya itu sedikit liar. Panggilkan saja Emma." Pedro menggerakkan tangannya, memberi kode pada Isaac.
Isaac mengangguk dan keluar dari ruangan. Beberapa saat kemudian terdengar ketukan pelan di pintu, dan Emma melangkah masuk.
"Tuan...." Emma mengangguk sopan
"Siapkan keperluan Aya. Dia akan ikut denganku."
Emma mengangkat wajahnya, mencuri pandang pada Pedro.
"Pendengaranmu masih sangat jelas, Emma, aku tidak suka mengulangi kalimatku." Pedro menatap tajam Emma.
"Bukan itu, tuan...." Emma menatap Pedro, tampak ragu.
"Ada apa?"
"Ini soal Aya."
"Kenapa lagi dengan Aya?"
"Sepertinya Aya alergi dengan kalungnya. Lehernya memerah dan gatal." Emma bergumam pelan.
Pedro terdiam, tampak berpikir sejenak, menghela nafas kasar "Dia tidak membuat ulah selama beberapa hari ini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
No Escape (Tamat)
RomansaSemua orang mengenal Pedro Ramiro, pengusaha drone dan pemilik real estate dengan wajah tampan dan tubuh kekar. Tapi tidak banyak yang tau, siapa sebenarnya sosok Pedro, bagaimana masa lalunya, termasuk bisnis gelap yang dijalankannya. Freya Damaris...