"Turun!"
Kalimat tegas dari Pedro membuat Freya turun dengan cepat dari dalam mobil. Freya berdiri terpaku di samping pintu mobil, menatap mansion utama yang berdiri megah di hadapannya.
"Kau mau terus berdiri di sana sampai besok pagi? Ikut aku!" Pedro menatap tajam Freya.
Isaac menyikut Freya, memberi kode agar Freya segera bergegas mengikuti langkah Pedro.
Freya mengenyitkan keningnya saat menyadari, Pedro masuk ke dalam mansion utama dan bukan berjalan ke arah mansion sayap kiri.
"Damn, bunny! Kau berjalan seperti kura kura saja." Pedro tampak gemas, meraih pergelangan tangan Freya, menariknya agar mengikuti langkah kakinya.
"Tung-tunggu..." Freya memekik kecil, mencoba menyamakan langkah kaki kecilnya dengan langkah kaki Pedro yang panjang. Freya tampak terseok seok saat mengikuti Pedro menaiki tangga besar melingkar.
Langkah kaki Pedro berhenti di depan sebuah pintu, di lantai dua.
"Ini kamarmu, bunny." Pedro membuka pintu kamar.
"A-apa?" Freya menatap bingung kamar di hadapannya. Kamar itu berukuran dua kali lebih luas dibandingkan kamar yang ditempatinya di mansion sayap kiri.
"Apakah mie instan itu membuat otakmu tambah lama berpikir, bunny?" Pedro menyentil kuat kening Freya, membuat Freya memekik kecil, mengusap keningnya dengan jemari kecilnya.
Sial! Sakit sekali!
"Berhenti menatapku seperti itu, masuk, mandi dan bersiap siaplah untuk makan malam. Mulai hari ini, kau tidak makan di kamar, tapi kau akan makan di ruang makan utama." Pedro menggerakkan dagunya, memberi kode pada Freya agar segera masuk ke dalam kamar.
Dasar... Main perintah saja.
Freya mendengus kasar, melangkah masuk ke dalam kamar. Sebuah ranjang king size berada di tengah ruangan. Di sisi lain tampak sofa kecil dengan TV LCD berukuran besar, di sisi lain tampak dua buah pintu. Freya membuka salah satu pintu dan tercengang saat melihat kamar mandi yang luas, lengkap dengan bathtub.
Freya kembali membuka mulutnya lebar tanpa sadar saat membuka pintu lainnya. Sebuah ruangan kecil dengan deretan lemari dan rak di sisi kanan kirinya, tampak penuh terisi pakaian, tas, serta aneka sepatu dan sandal.
"Hai, Aya." Emma tersenyum riang, menyapa Freya "Ini namanya walk in closet. Tuan sendiri yang menyuruh kami untuk mengisinya dengan pakaian untuk dirimu."
"Ini untukku? Semuanya?" Freya tampak tercengang.
"Yes! Untukmu." Emma mengangguk tegas, meraih tangan Freya. "Kau harus segera mandi dan bersiap siap, makan malam 30 menit lagi. Aku akan memilihkan pakaian yang akan kau kenakan."
Emma mengisi bathtub dengan air hangat. "Tampaknya tuan menyukaimu. Kau gadis pertama yang tinggal di mansion utama." Emma terkikik kecil, memberi kode agar Freya segera mandi sebelum beranjak keluar dari kamar mandi, menutup rapat pintu kamar mandi.
Freya membuka pakaiannya, menatap pantulan dirinya di depan cermin.
Sial
Freya menatap luka di sudut bibirnya yang sudah mulai mengering, begitu juga dengan bekas alergi di lehernya. Bekas tamparan Pedro di pipinya kemarin juga sudah tidak terlalu membiru dan bengkaknya mulai hilang. Freya mengusap jejak lecet di pergelangan tangannya yang juga sudah mengering dan beberapa di antaranya sudah mulai memudar.
Jemari Freya mengusap tubuh bagian atasnya, tampak jejak kissmark dan gigitan Pedro sudah nyaris menghilang.
Freya menghela nafas kasar, mengusap cairan bening di sudut matanya, sebelum melangkah masuk ke dalam bathtub.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Escape (TAMAT)
RomanceSemua orang mengenal Pedro Ramiro, pengusaha drone dan pemilik real estate dengan wajah tampan dan tubuh kekar. Tapi tidak banyak yang tau, siapa sebenarnya sosok Pedro, bagaimana masa lalunya, termasuk bisnis gelap yang dijalankannya. Freya Damaris...