Ini chapter terberat yang aku tulis. Ada emosi dan perasaan yang tidak bisa dijelaskan.
Aku berharap teman teman bisa dapat feelnya di chapter ini, sama dengan feel yang aku rasain pas nulis chapter iniBacanya pelan pelan ya
*************
Freya menatap interior mall megah di hadapannya. Seumur hidupnya, ia tidak pernah memasuki mall semewah itu. Semenjak ia keluar dari panti asuhan dan bekerja di resto milik Baim, ia selalu belanja di minimarket atau di pasar tradisional.
Pernah terlintas di pikirannya untuk masuk ke dalam mall, tapi niat itu diurungkannya dengan pertimbangan, ia tidak akan mampu membeli barang apapun yang dijual di sana.
"Jangan bilang ini pertama kali bagimu masuk ke dalam mall." Pedro meremas kuat jemari Freya, gemas melihat ekspresi kagum yang terpancar di wajah Freya.
"Sakit, Pedro." Freya mendesis. "Tapi ini memang pertama kalinya aku masuk ke tempat sekeren ini." Freya terkikik geli.
"Kau sudah masuk dan melihatnya kan? Jadi berhentilah bersikap seperti itu!" Pedro berbisik tegas, meraih pinggang Freya, memeluknya erat, berjalan menyusuri hall utama mall.
"Pedro...." Freya bergumam, tampak tidak nyaman ketika sudut matanya menangkap pandangan mata dari pengunjung mall lainnya, bahkan ada yang secara terang terangan memotret mereka berdua.
Pedro bergumam pelan, berjalan memasuki sebuah toko perhiasan besar.
"Selamat datang, tuan Pedro." Seorang pegawai wanita menyambut Pedro dengan sangat ramah.
"Aku ingin mengambil pesananku." Pedro mengangguk samar, mengeratkan pelukannya di pinggang Freya.
"Tuan Pedro, anda pasti ingin mengambil pesanan anda bukan?" Seorang pria muda keluar dari dalam, di tangannya terdapat kotak kecil berwarna biru gelap.
"Kuharap sudah selesai." Pedro mengangguk tegas.
"Tentu saja, tuan." Pegawai itu dengan hati hati membuka kotak kecil tersebut.
Pedro meraih kalung dari dalam kotak, menatap puas liontin dari berlian berbentuk tetesan air dengan huruf P dan F di dalamnya.
"Berbalik, bunny." Pedro berbisik serak, memberi kode agar Freya berputar.
Freya dengan bingung segera berputar, namun wajahnya tampak tertegun, jemarinya mengusap liontin dari kalung yang sedang dipasang oleh Pedro di lehernya.
"Ini?" Freya bergumam lirih.
"Untukmu, my bunny." Pedro berbisik serak "Untuk teman ranjang kesayanganku. Itu inisial nama kita berdua." Pedro merapikan anak rambut Freya.
"Jangan menatapku seperti itu." Pedro terkekeh serak, gemas saat melihat tatapan mata Freya yang tampak terpana dan bingung. Pedro memutar tubuhnya menatap pegawai toko perhiasan "Sangat bagus, katakan terima kasih pada bosmu. Aku menyukai desainnya."
"Kepuasan tuan adalah prioritas kami." Pegawai itu mengangguk dengan sopan.
Pedro meraih pinggang Freya, memeluknya erat, membawanya keluar dari toko perhiasan tersebut.
"Kau mau belanja pakaian dalam?" Pedro mengarahkan matanya ke arah toko pakaian dalam wanita.
"Kurasa nanti saja." Freya menggeleng cepat "Pedro...."
KAMU SEDANG MEMBACA
No Escape (TAMAT)
RomanceSemua orang mengenal Pedro Ramiro, pengusaha drone dan pemilik real estate dengan wajah tampan dan tubuh kekar. Tapi tidak banyak yang tau, siapa sebenarnya sosok Pedro, bagaimana masa lalunya, termasuk bisnis gelap yang dijalankannya. Freya Damaris...