Seminggu kemudianFreya menatap Isaac, menunjuk kertas di hadapannya. "Isaac, sepertinya ini agak sedikit aneh. Jumlahnya terlalu besar."
"Mana?" Isaac meraih kertas dari atas meja, membacanya sekilas "Lalu harusnya bagaimana?"
"Bukankah dengan nominal tiga perempatnya kita sudah bisa dapat barang yang sama?" Freya mengetukkan jemarinya di atas meja, tampak berpikir.
"Yakin?" Isaac menatap Freya.
"Hm...." Freya tampak terdiam sesaat.
"Kau harus yakin pada dirimu sendiri, Aya." Isaac terkekeh kecil.
"Entahlah...." Freya bergumam, tampak berpikir.
"Dia mengerjaimu, Aya." Clay tergelak, melempar beberapa berkas di atas meja "Itu berkas aslinya, yang kau pegang itu sudah dimodifikasi angkanya. Isaac ingin tau, apakah pelatihanmu selama ini membuahkan hasil atau tidak."
Freya tampak tercengang, meraih kertas yang baru saja dilemparkan Clay ke atas meja "Ini...." Freya menunjuk ke angka yang hanya sebesar 60% dari angka di kertas yang pertama.
"Sepertinya pelatihanmu sudah membuahkan hasil." Isaac mengulum senyum, tampak puas.
"Aku tidak sebodoh itu." Freya mengerang kesal "Aku hanya butuh waktu. Seorang CEO kan juga menjalani proses, gak langsung jadi CEO. Aku juga gitu, gak mungkin bisa paham bisnis Pedro dalam semalam."
"Aku tau. Dan kau cukup cerdas." Isaac mengangguk, sebelum pandangan matanya melirik ke arah pintu yang dibuka dari luar.
"Maaf, ada bu Lavina dan Denada di luar." Renata berbicara dengan sopan.
"Aku lupa, mereka memang sudah membuat janji, suruh saja mereka langsung masuk." Isaac mengangguk.
Renata menghilang dari balik pintu dan beberapa saat kemudian Lavina dan Denada melangkah masuk.
"Hai...." Lavina menyapa ramah "Apakah kami menganggu?" Lavina melirik ke arah tumpukan berkas di atas meja.
"Tidak." Freya menggeleng cepat "Kalian penyelamatku. Otakku hampir meledak." Freya mengerang lirih.
"Tampaknya kau terlalu keras pada Aya, Isaac." Lavina menatap Isaac.
"Demi kebaikan Aya." Isaac menukas cepat.
"Apakah Ken sudah menghubungimu?"
"Sudah." Isaac mengangguk "Soal pengosongan jadwal Aya, kan?"
"Benar. Jadi seharusnya Aya sudah free saat ini."
"Dia free." Isaac mengangguk.
"Tunggu, apa yang kalian bicarakan?" Freya menatap berkeliling, tampak bingung.
"Kami akan menculikmu, ke suatu tempat. Kau pasti suka." Lavina mengedipkan matanya.
"Tapi pria pria ini harus ikut." Denada mengulum senyum. "Kita membutuhkan mereka."
"Tentu saja." Lavina terkekeh kecil.
"Tunggu dulu, tidak disebutkan sebelumnya, bahwa kami harus ikut." Clay memotong cepat.
"Too late...." Lavina kembali tersenyum. "Anggap saja kalian melakukannya untuk Pedro."
"Tunggu, aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan." Freya mengenyitkan keningnya, tampak bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Escape (TAMAT)
RomanceSemua orang mengenal Pedro Ramiro, pengusaha drone dan pemilik real estate dengan wajah tampan dan tubuh kekar. Tapi tidak banyak yang tau, siapa sebenarnya sosok Pedro, bagaimana masa lalunya, termasuk bisnis gelap yang dijalankannya. Freya Damaris...