Freya memasukkan obat ke dalam mulutnya, menegak habis air di dalam gelas, lalu meletakkan gelas kosong di atas meja.
"Emma, kurasa aku butuh permen." Freya bergumam lirih, memutar mutar gelas dengan jemarinya
"Permen?" Emma menatap Freya.
Setelah ngidam sambel pete, Aya ngidam permen?
"Hari ini aku harus ke kantor Pedro. Mulutku masih beraroma pete, Emma." Freya meniupkan nafasnya ke telapak tangannya, lalu memasang ekspresi ngeri.
Emma mengulum senyum, berjalan ke arah pantry dan kembali membawa bungkus permen berukuran kecil
"Rasa jeruk plus sedikit asin dari garam himalayan. Tuan Pedro menyukainya." Emma menyodorkan bungkus permen pada Freya.
"Pedro menyukainya?" Freya berbisik lirih, merobek kemasan permen dan mengeluarkan satu butir ke telapak tangannya.
"Sebenarnya kau tidak butuh permen, Aya." Emma terkikik kecil "Kau kan tidak berbisik bisik dengan orang di kantor."
"Benar juga." Freya mengangguk sebelum matanya membesar "Emma, rasanya enak. Aku suka. Kau harus menyimpan banyak stok untuk diriku."
"Sesuai permintaan." Emma mengangguk, tersenyum.
"Apa yang sesuai permintaan?" Clay melangkah masuk ke dalam ruang makan. Pakaiannya tampak rapi dengan kemeja lengan panjang yang tidak dikancing sempurna dan celana bahan panjang berwarna hitam yang membalut kaki panjangnya.
"Ini." Freya mengacungkan bungkus permen ke arah Clay sebelum bangkit berdiri dari kursi.
"Kau menyukai permen itu? Kau semakin lama semakin mirip Pedro." Suara Clay memelan "Maaf..." Clay memelankan suaranya, melirik ke arah Freya
"It's okay. Pedro akan sembuh. Aku yakin itu. Dia pria yang kuat." Freya merapikan roknya. "Clay, aku bingung memilih pakaian yang harus kupakai. Apakah ini bisa kupakai ke kantor?"
Clay menelisik penampilan Freya. Freya hanya menggunakan lipgloss tanpa make up. Rambutnya digelung naik, menampilkan leher jenjangnya yang putih. Freya mengenakan baju terusan dengan lengan menyentuh sikunya dan rok menyentuh tepat di lututnya. Dress warna biru langit itu tampak pas dengan flat shoes biru gelap yang dikenakan Freya
Cantik, pantas Pedro bisa jatuh hati padamu.
"Okay." Clay menjawab pendek, matanya menatap ke arah Isaac yang memasuki ruang makan
"Sudah selesai, Aya? Kita harus mengejar waktu." Isaac melirik ke arah arlojinya.
"Sudah. Aku tidak perlu membawa apapun bukan?" Freya meraih ponselnya dari atas meja
"Bawa saja dirimu. Emma kau sudah menyiapkan bekal makan siang Aya?" Isaac menatap ke arah Emma.
"Sudah." Emma mengangguk, menunjuk ke arah dapur.
"Bekal makan siang?" Freya mengerutkan keningnya.
"Kau sedang hamil dan kau membutuhkan makanan sehat dan bergizi. Emma akan menemanimu, ke mana pun kau pergi." Isaac tersenyum, memberi kode agar Emma segera bersiap siap.
"Emma akan selalu bersamaku?" Freya tampak antusias, melirik ke arah Emma yang membawa tote bag dari dapur.
"Emma kan asisten pribadimu." Clay terkekeh kecil.
"Ayo, nanti aku akan menjelaskan detailnya di mobil." Isaac memberi kode agar Freya mengikutinya keluar dari ruang makan.
**********
KAMU SEDANG MEMBACA
No Escape (TAMAT)
RomansaSemua orang mengenal Pedro Ramiro, pengusaha drone dan pemilik real estate dengan wajah tampan dan tubuh kekar. Tapi tidak banyak yang tau, siapa sebenarnya sosok Pedro, bagaimana masa lalunya, termasuk bisnis gelap yang dijalankannya. Freya Damaris...