Chapter 38

34.9K 1.5K 58
                                    

Dua Minggu Kemudian

Freya mengusap bulir keringat di wajahnya. Perutnya sudah tampak membesar di usia kehamilannya yang menyentuh usia hampir 35 minggu

"Kau baik baik saja, Aya?" Lavina menatap Freya, tampak khawatir.

"A-aku hanya sedikit lelah." Freya mengerang pelan "Akhir akhir ini, aku cepat sekali merasa lelah."

"Itu wajar, Aya. Apalagi saat ini kamu dalam kondisi hamil tua. Udah gak boleh terlalu capek." Hanna menuntun Freya masuk ke dalam ruang tamu panti "Kau mau tiduran di kamar bunda?"

"Di sini saja, bunda." Freya menggeleng pelan, tersenyum samar.

"Kami yang akan selesaikan bagi bagi mainan dan snack nya. Kamu istirahat aja di sini." Lavina meraih bantal sofa, menaruhnya di sisi Freya "Buat dirimu nyaman."

"Pergilah, aku baik baik saja." Freya mengangguk, menggerakkan tangannya.

"Ini teh manis hangatnya." Emma datang dengan sedikit terburu buru dari arah dapur "Diminum, biar agak enakan."

"Thanks, Emma." Freya menerima gelas yang disodorkan Emma, meneguk isinya perlahan lahan hingga tandas.

"Butuh sesuatu, Aya? Jika kau masih merasa tidak enak badan, kita periksa ke dokter." Emma membantu Freya memperbaiki posisi duduknya yang setengah bersandar di sofa.

"Aku hanya merasa sedikit lelah, Emma. Aku baik baik saja. Pergi dan bantulah Lavina dan Denada."

"Tapi....." Emma tampak ragu.

"Aku baik baik saja." Freya mengangguk tegas

"Baiklah.... Jika ada apa apa, teriak saja, atau hubungi ponselku."

"Iya, aku tau. Berhentilah bersikap terlalu cemas." Freya terkekeh pelan, menggerakkan tangannya mengusir Emma.

Setelah Emma dan Hanna meninggalkan ruang tamu panti, Freya meraih bantal, memeluknya dengan erat sambil memejamkan matanya. Beberapa hari belakangan, ia mengalami kesulitan tidur. Perutnya yang sudah semakin besar, membuat semua gerakannya jadi sedikit tidak nyaman, apalagi bayi di dalam perutnya bergerak sangat aktif.

Kadang, di dalam hati kecilnya, ia merindukan pelukan dan perlakuan manja dari Pedro, hal sederhana yang diinginkan oleh wanita, terutama wanita hamil seperti dirinya. Tapi sayangnya, semua keinginan itu harus ia telan diam diam karena kondisi Pedro belum mengalami kemajuan yang berarti.

Freya menghela nafas panjang, memperbaiki posisi tubuhnya sebelum akhirnya mulai memejamkan matanya.

*********

Langkah kaki Lavina terhenti di depan ruang tamu panti. "Sttt....." Lavina mengangkat jari telunjuknya, meletakkannya di depan bibirnya, memberi kode agar semua orang mengecilkan suaranya.

"Ada apa?" Denada tampak bingung, mencoba melongok masuk ke dalam ruang tamu

"Aya tidur." Lavina melangkah masuk perlahan.

"Sepertinya Aya kelelahan." Hanna menatap Freya, tampak khawatir.

"Aya terlalu banyak pikiran." Lavina menghela nafas panjang, tampak iba dengan kondisi Freya.

"Itu wajar. Usianya masih sangat muda ditambah kondisi kehamilan pertamanya yang harus dilaluinya sendirian, tanpa suaminya." Hanna duduk perlahan di sofa yang berada di seberang sofa panjang yang saat ini ditempati Freya.

No Escape (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang