Chapter 37

22.7K 1.1K 22
                                    

Dua Bulan Kemudian

Freya tersenyum lebar, meletakkan pulpen di atas meja sebelum berdiri dan berjabat tangan erat dengan pria paruh baya yang berdiri di hadapannya.

"Spesifikasinya sesuai dengan keinginan dan permintaan kami. Kualitas drone kalian memang tidak pernah mengecewakan. Aku harap produksinya akan selesai tepat waktu, sesuai rencana awal yang kita sepakati bersama." Pria paruh baya itu mengangguk ramah, merapikan jas yang membalut tubuhnya.

"Tentu saja, kami akan memberikan yang terbaik." Freya mengangguk tegas.

"Sehat sehat terus sampai hari H ya. Pedro pasti sangat bangga memiliki istri seperti ibu." Pria paruh baya itu mengangguk pamit sebelum melangkah keluar dari ruangan meeting, diikuti oleh asistennya.

Freya menghela nafas panjang, perlahan merapikan kontrak kerja sama yang sudah ditandatangani kedua belah pihak ke dalam map hitam.

"Finished?" Isaac membuka pintu, melongok ke dalam ruangan meeting.

"Done." Freya mengangguk, mengangkat map hitam di tangannya.

"Well, kau benar benar punya bakat tersembunyi." Isaac tersenyum, menerima map hitam dari Freya. "Ada yang menunggumu." Isaac memberi kode dengan gerakan kepalanya agar Freya mengikutinya.

"Siapa?" Freya berjalan keluar dari ruang meeting, mengikuti Isaac menuju ke ruangan kerja pribadinya.

"Lihat saja sendiri." Isaac tersenyum lebar, membuka pintu ruang kerja

"Vina?" Freya memekik kecil, tampak senang melihat kehadiran Lavina. "Kenapa kau datang tiba tiba? Harusnya kau mengabariku. Mana Denada? Isaac, jadwalku hari ini kosong kan?"

"Denada lagi ada pemotretan." Lavina tergelak saat mendengar rentetan kalimat dari mulut Freya. "Isaac harusnya sudah mengosongkan jadwalmu. Aku sudah memberitahukan rencana kedatanganku, sehari sebelumnya."

"Tentu saja, sudah kukosongkan." Isaac mengulas senyum, mengangguk sopan.

"Kenapa kau tidak memberitahukanku, Isaac?" Freya memandang ke arah Isaac, tatapannya mengandung protes.

"Maaf, aku lupa. Aku sibuk memeriksa ulang semua klausal kontrak, aku tidak mau ada kesalahan apapun." Isaac mengulas senyum tipis.

"Ayo...." Lavina mengedipkan mata pada Freya, berjalan menuju pintu.

"Ayo?" Freya menatap bingung ke arah Lavina dan Isaac.

"Kita bersantai di cafe. Sesekali kau harus bersenang senang, Aya. Kau hanya mondar mandir dari kantor, mansion dan rumah sakit." Lavina memberi kode pada Emma yang sedang duduk sambil memegang ponsel di sofa, di area resepsionis. Emma langsung bangkit sambil menenteng tote bag berisi kebutuhan Freya.

"Tapi aku harus ke rumah sakit, Vina." Freya tampak ragu.

"Aku yang akan mengantarmu ke rumah sakit. Dua jam bersantai di cafe, pas kan?" Lavina menatap Freya.

"Hm...." Freya bergumam pelan, tampak berpikir, mencoba menimbang nimbang tawaran dari Lavina.

"Aku juga akan ke rumah sakit, Aya. Nanti kita bertemu di sana saja. Kita pulang bersama." Isaac mengangguk pada Freya.

"Baiklah, kurasa aku juga butuh suasana baru." Freya mengangguk, mengulas senyum lebar.

"Kau akan menyukainya." Lavina tersenyum, menggandeng tangan Freya, berjalan menuju lift diikuti oleh Emma.

*********

Mata Freya memandang berkeliling ke dalam ruangan cafe.

"Kau suka, Aya?" Lavina menyandarkan dirinya di sofa.

No Escape (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang