"Kau sendiri yang menciptakan nerakamu." Pedro mendesis kejam.
Mata Freya menatap ke arah sobekan sobekan kecil kertas yang bertuliskan HELP. Freya memang dengan sengaja merobeknya dari novel yang dibacanya, tepat di sekitar kata HELP, berharap siapapun yang menemukan beberapa robekan kecil kertas dengan isi kata yang sama akan mengerti kode yang ia berikan.
"Tanpa kertas kertas ini pun, mereka sudah tau siapa dirimu, bunny." Pedro menunjuk serpihan kertas yang tersebar di atas ranjang "Aku tidak pernah menyembunyikan apapun dari mereka, termasuk fakta bahwa kau adalah tawananku karena mengetahui sisi lain diriku sebagai snake head."
Freya meneguk kasar salivanya, jemarinya gemetar. Pedro merangkak naik ke atas ranjang.
"Kau tidak pernah kapok membuat masalah, bunny. Now, it's time for punishment. Again." Pedro berbisik kejam.
"Aku akan membuat memori dalam dirimu, hukuman apa yang akan kau dapatkan saat kau melawan seorang snake head." Pedro menggeram kasar.
***********
Isaac menghela nafas panjang, teriakan dan tangisan Freya memenuhi kabin pesawat. Wajah para pramugrari tampak memucat dan tegang saat mendengar jeritan kesakitan dan juga suara pukulan.
"Tutup telinga kalian jika kalian masih ingin hidup." Isaac bergumam samar, memberi kode pada para pramugari yang mengangguk pelan, menunduk dan kembali menyibukkan diri dengan pekerjaan mereka.
**********
Pedro melenguh panjang, memejamkan matanya, tampak puas. Dengan gerakan cepat menarik dirinya dari Freya yang tergeletak menggenaskan di atas ranjang.
"Berhenti menangis, bereskan dirimu, kita akan landing sebentar lagi." Pedro bergumam serak, menaikkan celananya, menarik resleting dan memasang ikat pinggang dengan gerakan cepat.
Pedro menyingkap tirai, berjalan menuju ke arah kursi di mana Isaac duduk, menghempaskan tubuhnya di kursi, tepat di sebelah Isaac.
"Suruh salah seorang pramugari membantunya bersiap siap." Pedro bergumam serak, merapikan kemejanya.
Isaac menghela nafas panjang, bangkit dari kursi, berjalan ke arah belakang, matanya melirik sekilas ke balik tirai.
"Bantu anak itu membereskan diri." Isaac memberi kode pada salah satu pramugrari yang menggunakan name tag Nina.
Nina dengan wajah tegang mengangguk, berjalan pelan, menyingkap tirai. Wajahnya memucat saat melihat kondisi Freya yang menggenaskan.
"Mba...." Nina menepuk pelan bahu Freya sambil menurunkan rok dressnya, menutupi area tubuh bawah Freya.
Freya membalikkan badannya, matanya tampak sembab, pipinya memerah dan bengkak.
"Ya?" Suara serak Freya terdengar nyaris seperti bisikan.
"Kita akan landing sebentar lagi. Mba harus duduk di kursi. Mari saya bantu." Nina membantu Freya duduk.
Freya meringis, matanya berputar, tampak mencari sesuatu.
"Mba..." Nina meringis iba, menyodorkan kain putih kecil yang dipungutnya di lantai pada Freya.
"Makasih, mba." Freya berbisik serak, tenggorokannya terasa perih akibat terlalu banyak berteriak dan menangis.
Freya dengan jemarinya yang masih gemetar, memasukkan kedua kakinya ke dalam kain kecil tersebut, menariknya naik dengan susah payah.
Nina bergidik saat melihat bokong dan paha atas Freya yang memerah dan beberapa tanda kemerahan itu menunjukkan jejak samar telapak tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Escape (TAMAT)
RomanceSemua orang mengenal Pedro Ramiro, pengusaha drone dan pemilik real estate dengan wajah tampan dan tubuh kekar. Tapi tidak banyak yang tau, siapa sebenarnya sosok Pedro, bagaimana masa lalunya, termasuk bisnis gelap yang dijalankannya. Freya Damaris...