"Kau gila, Pedro!" Clay memaki kesal. "Jika aku tau kau akan menyiksanya seperti ini, seharusnya ia kubawa ke bunker latihan saja. Walaupun ia akan terkurung di sana, tapi dia tidak akan luka parah seperti sekarang." Clay mengusap kasar wajahnya.
"Aku akui, aku memang lepas kontrol." Pedro bergumam serak.
"Aku menyukainya sejak pertama kali melihatnya. Jika kau hanya ingin menyiksanya, aku berharap kemurahan hatimu, dude. Berikan Aya padaku."Clay menatap Pedro.
"Bisa kita ganti topik pembahasan?" Pedro menatap tajam Clay.
Clay menghela nafas kasar, melangkah ke arah sofa, duduk sambil menyugar kasar rambutnya.
"Oke, kembali ke masalah produk." Clay mengangguk pelan "Produk terakhirmu nyaris sempurna, tapi kekurangannya, mudah menggumpal. Kurasa kita harus memikirkan pengemasannya atau merubah sedikit campurannya."
"Aku sedang memikirkan kemungkinan untuk merubah campurannya." Pedro bergumam pelan.
"Atau bagaimana kalo kita tambahkan zat ini?" Clay tampak berpikir, menunjuk simbol senyawa kimia di atas kertas.
Pedro menggeleng pelan. "Akan berefek pada daya kerjanya."
Keduanya kemudian tenggelam dalam diskusi rumit yang terdengar membingungkan bagi telinga awam.
**********
"Hm...?" Aya membuka matanya perlahan, mengerang pelan, mencoba mengusir rasa berat di kepalanya.
"Aya? Feel better?" Emma yang sedang duduk di sofa langsung berdiri menghampiri Freya.
"Emma?"
"I'm here, Aya."
"Apa ini?" Freya mengangkat lengan kirinya, melihat ke arah jarum infus di punggung tangannya.
Emma mengusap lembut rambut Freya, enggan menjawab pertanyaan Freya
Wajah Freya tampak menegang, kelebat kejadian mengerikan antara dirinya dan Pedro kembali singgah di benaknya.
"A-aku... A-ku..." Tubuh Freya tampak gemetas halus.
"Stt...Aya... It's okay." Emma mencoba menenangkan Freya "Kau mau minum?"
Freya mengangguk pelan, menerima sodoran cangkir berisi teh hangat. Jemari Freya tampak gemetar saat memegang cangkir.
"Kau harus makan, Aya. Ada beberapa obat yang harus kau minum." Emma meraih mangkok berisi bubur hangat, mengaduknya pelan, menyendok bubur dan menyuapkannya pada Freya.
"Aku bisa makan sendiri, Emma." Freya mendesah kecil, tidak ingin merepotkan Emma.
"It's okay, Aya. Biarkan tanganmu beristirahat." Emma tersenyum hangat.
"Thanks Emma." Freya mendesah lirih, menerima suapan demi suapan bubur kemudian minum obat yang sudah disiapkan oleh Emma.
"Hai Aya." Clay melangkah masuk, matanya tampak berkilat marah saat melihat penampilan Freya yang jauh dari kata baik baik saja.
"Clay..." Freya mengangguk tipis "Apakah Pedro tidak menyulitkanmu?"
"Aku? Kenapa?" Clay duduk di sisi ranjang, menghela nafas kasar, menatap iba wajah Freya yang tampak bengkak.
"Tampaknya Pedro tau, jika kau yang membukakan pintu perpustakaan untukku. Maaf."
"Aku tidak ingat jika masih ada pesawat telepon aktif di sana. Lagipula dirimu juga butuh hiburan di saat kau tidak bisa menonton televisi dan memegang ponsel."
"Maaf, aku sudah membuat ulah dan menimbulkan kekacauan." Freya mencicit lirih.
"Aya, aku akan mencoba mencari cara untuk membawamu keluar dari sini. Tempatku mungkin tidak sebaik di sini. Tapi setidaknya kau tidak akan mendapat perlakuan kasar."
KAMU SEDANG MEMBACA
No Escape (TAMAT)
RomanceSemua orang mengenal Pedro Ramiro, pengusaha drone dan pemilik real estate dengan wajah tampan dan tubuh kekar. Tapi tidak banyak yang tau, siapa sebenarnya sosok Pedro, bagaimana masa lalunya, termasuk bisnis gelap yang dijalankannya. Freya Damaris...