2. Ikatan Batin

1.3K 237 106
                                    

Na Mi Young memasuki kamar putra bungsunya, pintunya selalu tak terkunci karna Jaemin sangat susah dibangunkan. Wanita setengah baya itu membuka tirai kamar Jaemin menimbulkan matahari dengan leluasa memasukkan sinarnya dan mengenai wajah Jaemin. Bukannya bangun, Jaemin malah menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.

Na Mi Young lantas menggeleng dibuatnya. Bunda duduk di sisi kasur Jaemin, menyingkap selimut sang putra. Tangannya yang lembut menepuk pipi Jaemin membuat anak itu mengerang.

"Nana, bangun sayang. Kamu harus sekolah, bang Jeno dan bang Mark udah nunggu tuh dibawah. Ayo bangun." Bukannya bangun, Jaemin malah memeluk gulingnya. Sepertinya Na Mi Young harus mengeluarkan mantranya.

Deheman pelan menyapu indera pendengaran Jaemin namun ia abaikan. "Oke kalo gak mau bangun, bunda gak bakal bikinin kamu susu lagi." Seperti itulah mantra yang selalu diperalat oleh Na Mi Young untuk membangunkan Jaemin.

Sesuai ekspektasi, Jaemin seketika terduduk dengan mata yang susah payah terbuka. Anak itu masih sangat mengantuk namun mau tidak mau, ia harus bangun daripada bundanya tidak akan membuatkannya susu lagi. Jaemin mengerjapkan matanya berkali, sesekali menguceknya. Ia menoleh menatap Na Mi Young yang tengah tersenyum penuh kemenangan.

"Bunda mau bikinin Nana susu kan?." Tanya Jaemin dengan suara serak khas bangun tidur.

Na Mi Young terkekeh, putra bungsunya masih sangat polos. Tentu saja dirinya akan terus membuatkan Jaemin susu bahkan sampai anak itu beranjak dewasa, dengan senang hati ia akan membuatkan Nana-nya susu. Mengapa nama Jaemin adalah Na Jaemin bukan Lee Jaemin, seperti Mark Lee dan Lee Jeno. Itu karna Na Mi Young yang memintanya. Harusnya marga Lee untuk anak laki-lakinya namun setelah mengandung anak ketiga dan ternyata anak itu berjenis kelamin laki-laki, Lee Doyoung mau tidak mau memberi Jaemin marga Na seperti bundanya.

"Tentu sayang, sekarang kamu mandi." Na Mi Young merapikan rambut Jaemin kemudian mengecup kedua pipi putra bungsunya.

Jaemin mengangguk, membalas kecupan bundanya lalu bergegas ke kamar mandi.

🐰🐰🐰

Na Jaemin telah rapi dengan seragam sekolah yang membalut tubuhnya. Langkah kecilnya menuruni satu persatu anak tangga lalu bergabung dengan keluarganya. Mark menarik kursi untuk Jaemin duduk. Dihadapannya sudah ada dua lembar roti yang diolesi selai coklat, khusus untuknya. Mark lebih suka selai kacang sama seperti Lee Doyoung dan Jeno lebih suka selai stawberry sama seperti Na Mi Young.

"Na, gimana hadiah dari ayah? Kamu suka?." Tanya Lee Doyoung menatap putra bungsunya yang tengah melahap rotinya.

Jaemin mengangguk dengan mulut yang dipenuhi roti, "Swuka."

"Telen dulu baru ngomong, gak boleh ngomong kalo mulut penuh makanan, Nana." Tegur Mark.

Mendapat teguran dari Mark, Jaemin menguyah makanannya dengan cepat lalu menelannya. "Maaf." Atensinya beralih menatap sang Ayah. "Nana suka Yah, apapun yang Ayah kasih ke Nana, Nana bakal suka."

"Jeno udah selesai sarapannya, ayo berangkat." Ucap Jeno mengambil beberapa lembar tisu untuk membersihkan mulutnya.

Jaemin meneguk susunya hingga tandas, hampir saja Jaemin membersihkan mulutnya menggunakan kerah seragamnya beruntung Jeno dengan cepat menahan tangannya. "Aish adek, jangan kebiasaan make kerah seragam buat bersihin mulut dong kan kotor jadinya." Jeno tidak mengomeli adek kecilnya, dirinya berkata dengan lembut seraya mengambil beberapa tisu lalu membersihkan mulut Nana yang cemong.

Lee Doyoung dan Na Mi Young menatap kedua putranya yang nampak saling menjaga dan menyayangi. Mark dan Jeno sangat pintar menjaga Jaemin yang kadang bandel namun anak itu selalu menurut, tak pernah membantah ucapan abang-abangnya.

"Inget loh ya Na, pake tisu buat bersihin mulut." Timpal Mark diangguki oleh Jaemin.

Jaemin hormat bendera pertanda ia akan mematuhi ucapan Mark dan Jeno. "Siap abang." Balasnya dengan mata yang menyipit dan memamerkan deretan gigi rapinya.

"Yasudah ayo berangkat." Lee Doyoung meneguk kopinya hingga tandas kemudian berdiri. Mark, Jeno, dan Na Mi Young juga ikut berdiri kecuali Jaemin.

"Kenapa sayang?." Tanya Na Mi Young kepada Jaemin.

"Nana mau bareng bunda ke sekolah, bolehkan Ayah?."

Lee Doyoung menatap istrinya sekilas, "Bareng ayah aja ya nak, ayah kan juga mau ke kantor."

Jaemin menggeleng dengan mata berkaca-kaca, "Mau sama bunda."

Mark menunduk menatap jam yang melekat di pergelangan tangan kirinya, sudah jam 07:10, 20 menit lagi bel masuk akan berbunyi. "Nana, bareng ayah aja ya? Bentar lagi masuk, kalo kita telat nanti kita di hukum, emangnya kamu mau di hukum?."

Pertanyaan seperti apa ini, tentu saja Jaemin tidak mau kena hukuman. Namun ada sesuatu yang menjalar di tubuhnya, rasa itu seolah memaksanya untuk tetap bersama Na Mi Young. Entahlah, Jaemin tak mengerti padahal dari pertama sekolah, ia selalu berangkat bersama Lee Doyoung tapi sekarang, dirinya ingin sekali berangkat bersama Na Mi Young.

Melihat Jaemin mulai meneteskan air matanya membuat hati Na Mi Young seperti disayat-sayat. Wanita itu mensejajarkan tingginya dengan tinggi Na Jaemin, mengusap air mata Nana-nya yang nakal membasahi pipi putra bungsunya.

Membantu Jaemin memakai tasnya, Na Mi Young mengangkat tubuh mungil Jaemin untuk di gendong. "Udah jangan nangis, Nana sama Jeno berangkat bareng bunda."

Kedua sudut bibir Jaemin seketika terasa seperti ditarik dan membuat lengkungan yang disebut senyuman. "Yeyy berangkat bareng bunda." Saking kesenangannya, anak kecil itu berkali-kali mengecup pipi Na Mi Young.

🐰🐰🐰

Lee Doyoung tetap mengantar Jeno dan Jaemin ke sekolah, bersama sang istri sesuai permintaan Jaemin. Lee Doyoung menghentikan mobilnya di depan halte depan sekolah Jeno dan Jaemin. Na Mi Young turun dari mobil lalu membukakan kedua putra pintu untuk turun. Dari rumah sampai sekolah, senyum Nana sama sekali tak memudar. Anak kecil itu sangat bahagia diantar ke sekolah bersama sang bunda.

Tali sepatu Jeno terlepas tanpa anak itu sadari, Na Mi Young yang melihat lantas berjongkok untuk membenarkan tali sepatu Jeno. Disela-sela kegiatannya, Jaemin tak sengaja mendapati seekor anak kucing yang menyebrang. Takut anak kucing itu tertabrak mobil atau motor, Jaemin berlari ke tengah jalan raya untuk mengambil anak kucing itu.

Jeno panik dibuatnya, "NANA." teriaknya. Na Mi Young menoleh ke samping tempat Jaemin berdiri namun ia tak menemukan anak itu berada di sampingnya.

Melihat Jeno menunjuk arah tengah jalan raya, Na Mi Young menoleh dan sontak membulatkan matanya melihat Jaemin mengangkat seekor anak kucing. Tak ingin terjadi sesuatu yang tak diinginkan, Na Mi Young berlari menghampiri Jaemin. Belum sempat tangannya meraih putra bungsunya, sebuah mobil tiba-tiba menabraknya membuat tubuhnya terpental beberapa meter.

Jeno dan Jaemin menyaksikan kejadian itu. Lee Doyoung dan Mark tengah fokus dengan ponsel masing-masing, mendengar suara tabrakan, keduanya serentak mengangkat pandangan dan mendapati Na Mi Young terkapar dengan tubuh yang bersimbah darah. Keduanya turun dari mobil lalu berlari menghampiri Na Mi Young. Jeno berlari menghampiri Jaemin, menarik adek kecilnya untuk menghampiri Na Mi Young.

Lee Doyoung memangku kepala Na Mi Young, persetan dengan seragamnya yang terkena bercak darah sang istrinya. Pikirannya kacau, dirinya tidak mau terjadi yang tidak diinginkan kepada Na Mi Young. Sedangkan ketiga putranya, mulut ketiganya terasa keluh, tenggorokan yang tercekat hingga membuatnya kesulitan berbicara. Yang mereka bisa lakukan sekarang hanya menangis.

Na Mi Young terbatuk, sekujur tubuhnya terasa  remuk akibat hantaman mobil. Matanya tak henti-hentinya menatap putra bungsunya. "Na-nana ja-jangan na-ngis, bun-bun-da gak su-ka."

BITTER LIFE (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang