22. Runtuh

716 154 4
                                    

"NANA." Teriak Mark sekeras mungkin agar Jaemin mampu mendengarnya dan meresponnya. Ia kalut sekarang, untuk kesekian kalinya ia kelimpungan mencari keberadaan adik kecilnya. Mark takut, takut kejadian beberapa hari lalu terulang kembali.

Mark, Renjun, Jisung, Winwin--sahabat Mark-- sedari pagi mencari keberadaan Jaemin di area sekolah. Hingga menjelang malam, mereka tak kunjung menemukan keberadaan Jaemin. Setiap koridor sudah ditelusurinya bahkan keempatnya berpencar namun nihil, hasilnya tetap sama.

"NANA, INI ABANG. KAMU DIMANA?." Teriaknya lagi.

"BANG." Teriak Renjun berlari menghampiri Mark. "Ini tas Nana, aku nemuin di kelas."

Mark memandang tas di hadapannya, meraihnya lalu memeluknya. "Adek gue dimana, Njun?." Lirihnya. Dari sorot matanya, Mark jauh dari kata baik-baik saja. Ia kacau, sangat kacau.

"Masih belum ketemu?." Tanya Winwin datang menghampiri dibalas gelengan kepala oleh Mark.

"Itu tas kak Nana, kak Nana udah ketemu?." Tanya Jisung tiba-tiba telah berada di samping Renjun.

"Belum, Jie." Balas Winwin.

Renjun tak kalah kacaunya, baru kemarin ia memeluk Jaemin tapi sekarang, lelaki itu menghilang entah kemana. "Nana, gak bakal kenapa-napa, Bang. Tante Young selalu ada buat Nana, tante Young gak mungkin biarin anak kesayangannya terluka. Nana sering ngerancau liat sosok yang mirip Tante Young, mungkin aja itu beneran Tante Young yang ngejaga Nana." Jelasnya panjang lebar seraya memegang sebelah pundak Mark.

Terlintas kejadian dimana ia tak sengaja memergoki Jaemin berlari ke ruang tamu sambil berteriak memanggil dengan sebutan bunda. "Ta-tapi kenapa gue gak pernah liat sosok itu?." Mark mengangkat kepalanya, membuat kontak mata dengan Renjun.

Renjun bersenyum, "Sesayang itu Tante Young ke Nana. Dia tau kalo kedua putranya itu kuat. Tapi tidak dengan putra bungsunya, Nana belum ngerti people come and go, dia belum ngerti apa-apa karena itu mungkin sosok yang selama ini Nana liat beneran tante Young yang nunjukin dirinya hanya sekedar ngepastiin putra kesayangannya baik-baik aja."

Tubuh Mark hampir saja merosot jika saja Winwin dan Jisung tidak dengan cepat menahannya. "Bunda....."

"Setelah kejadian itu, hubungan lo dengan Nana baik-baik aja?." Tanya Renjun dengan suara serak bak menahan tangis.

Mark terdiam hingga beberapa detik setelahnya, ia menggeleng.

Renjun mengalihkan pandangannya, meninju tembok disampingnya. Tangannya yang memerah sama sekali tak di perdulikannya. "Apa yang ngebuat hubungan kalian gak baik-baik aja?."

"Setiap kali gue inget hari dimana bunda terkubur oleh tanah, gue selalu beranggapan bahwa semua ini salah Nana. Andai Nana gak lari ke tengah jalan buat nolongin kucing yang mau nyebrang, semua ini gak akan terjadi. Bunda masih ada bareng gue, ayah, Jeno, dan Nana."

Kesekian kalinya, Renjun meninju kerasnya dinding. "Lo bukan Bang Mark yang gue kenal. Lo pikir, cuman lo yang terpuruk? Nana juga terpuruk. Dia masih kecil, dia butuh sosok kasih sayang, butuh kehangatan keluarga. Tapi yang kalian lakuin apa?, lo semua nyakitin sahabat gue, bangsat. Luka yang pada umumnya emang bisa disembuhkan dengan obat tapi lo mikir gak?, gak semua luka bisa disembuhkan dengan obat."

"Dia yang masih umur tujuh tahun, yang harusnya setiap hari main, manja-manja, tapi Nana? Diumurnya yang tujuh tahun siap gak siap, mau gak mau harus ngerasain pahitnya kehidupan. Lo itu punya otak gak sih, bang?. Lo sebagai anak pertama, harusnya tau cara ngelindungin adik-adik lo dengan baik bukan malah ikut ngebenci dia."

"Dan lo tau?, gue sebagai sahabatnya dari kecil gak tau apa-apa, Nana yang masih kecil hingga beranjak dewasa, dia pinter nutupin semua masalahnya. Pernah gak dia cerita ke lo?." Desak Renjun. Rasa sopannya dengan yang lebih tua lenyap seketika. Biarkan ia mengeluarkan semuanya agar Mark menimang semuanya meski Renjun tahu bahwa Mark dan Jaemin telah baikan.

BITTER LIFE (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang