Ketenangan yang ditunggu-tunggu. Nyinyiran yang selalu terdengar dimana-mana kini lenyap seketika. Siswa-siswi yang melihat ataupun berpapasan dengan Jaemin, semuanya menunduk. Tak berani menatap manik mata Jaemin.
Kabar Jaehyun dan Jee Yeon yang mendekam di penjara telah tersebar luas. Semua itu karena Guanlin yang dengan sengaja menyebarkannya. Renjun pun telah mengetahuinya bahkan awal mula mengetahuinya, lelaki itu mengoceh panjang-lebar. Beruntung mulutnya tak berbusa.
Jaemin, Renjun, Haechan, dan Guanlin tengah makan di kantin di jam istirahat. Keempatnya makan dengan lahap, sesekali tertawa karena tingkah Haechan yang terus menguji kesabaran Renjun yang setipis kertas.
"ANJ*NG." Umpat Haechan tersendak gegara dikejutkan dengan ulah seseorang yang tiba-tiba menggebrak meja.
Ketika Guanlin akan memberi Haechan minuman, dengan cepat Renjun merebutnya. "Dengerin gue Chan, asyhadu....." Ucap Renjun memajukan wajahnya. Keempatnya mengabaikan pelaku tersendak Haechan.
Dengan geram, Haechan menabok mulut Renjun dan menyeruput minuman milik Renjun. "Yang mau mati siapa?, anj*ng ya lo!!." Dumel Haechan membersihkan mulutnya dengan tissue. Dan dengan tidak sopannya, ia melempar tissue bekasnya tepat di wajah Renjun.
"Lo yang anj*ng." Sengit Renjun menatap Haechan galak. Sedangkan Jaemin dan Guanlin tak bisa lagi berkata-kata, keduanya hanya tertawa lepas seolah tak memiliki beban.
Disela tawanya, Johnny--yang menggebrak meja--mencengkram kerah seragam Jaemin membuat sang empu menghadapnya. "Enak ya lo ketawa-ketiwi setelah jeblosin temen gue ke penjara." Sarkas Johnny.
Haechan berdecak berkali-kali seraya geleng-geleng kepala. "Teman macam apa ini?. Katanya temen tapi kok gak ditemenin?."
Pertanyaan yang mengundang tawa bagi Jaemin, Renjun, dan Guanlin. Bahkan Guanlin telah memegang perutnya yang terasa sakit akibat keseringan tertawa.
"Kalo ngomong suka bener, Chan." Ujar Jaemin.
"Lo gak usah ikut campur." Ketus Taeil menunjuk Haechan.
Kali ini, Haechan memegang keningnya. "Ampun deh. Lo tau sendiri, gue temenan dengan Jaemin. Sebagai temen, masa diem aja. Otak dipake, oon bener."
"Lo mending diem deh, Chan. Sakit perut gue, anj*ng." Ujar Guanlin meredakan tawanya.
Jaemin berdehem lalu menepis tangan Johnny. Berdiri dan beradu kontak mata dengan lelaki di hadapannya seraya tersenyum. "Johnny.... Johnny. Gak tau terima kasih banget ya lo. Harusnya sih nyawa dibayar nyawa tapi karena gue baik hati, gue biarin dia hidup."
"Tapi dia masih harus sekolah." Ketus Johnny membuat Jaemin mengepalkan kedua tangannya.
"Lo pikir abang gue nggak hah?!. Dia mau nyembuhin banyak orang tapi karena kebodohan temen lo itu, abang gue mati." Tutur Jaemin dengan urat leher yang menonjol dan tanpa aba-aba langsung membugem rahang Johnny.
Suasana memanas dapat menimbulkan sesuatu yang tak diinginkan maka dari itu, Renjun dan Guanlin segera menarik Jaemin untuk menjauh dari jangkauan Johnny sebab dibugem tanpa aba-aba tak akan membuat Johnny diam saja. Lelaki itu pasti akan membalas bugeman Jaemin. Karena tak ingin hal itu terjadi, kedua lelaki itu segera mengamankan Jaemin.
Sedangkan Haechan, lelaki itu merangkul Johnny walaupun Johnny menepisnya, Haechan terus merangkulnya. "Sakit?." Tanyanya sedikit membungkuk untuk melihat bekas bugeman Jaemin.
Johnny menatapnya tajam seraya memegang rahangnya. "Menurut lo?!."
Ditatap seperti itu membuat Haechan menegakkan punggungnya. "Elah nanya doang. Makanya nih ya John, lo kalo bosen idup gak usah nyari mati di Jaemin. Bersyukur lo, gue baik hati dan bijaksana, gue mau lindungin lo biar gak bonyok di tangan Jaemin." Ucapnya melepas rangkulannya. "Sono deh lo jauh-jauh, ganggu gue makan tau gak?!."
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTER LIFE (REVISI)
Fiksi RemajaKebahagiaan yang tak pernah berpihak kepada seorang anak laki-laki yang bernama Na Jaemin. Kepahitan dan kekejaman dunia seolah ditakdirkan untuk dirasakannya setiap saat. Na Jaemin.