Sepulang sekolah, Jaemin tak langsung pulang. Sudah lama ia tak pergi ke makam sang bunda dan sore ini, ia akan kesana. Renjun dan Jisung tidak menemaninya karena Jaemin yang menyuruh kedua lelaki itu untuk pulang saja. Sebelum kesana, Jaemin selalu membelikan Na Mi Young beberapa buket bunga mawar putih. Hanya itu yang Jaemin bisa berikan dan doa setiap hari agar bundanya bahagia dan tenang di alam sana.
Setelah membeli buket, Jaemin kembali dimana motornya terparkir lalu mengendarainya menuju ke makam. Lengkungan indah pada bibirnya tak memudar meski banyak pengendara yang terang-terangan melihat senyuman itu. Bagaimana bisa lengkungan itu memudar sedangkan kini, lelaki itu sangat bahagia karena akan bertemu dengan bundanya walaupun hanyalah gundukan tanah yang ditumbuhi rerumputan hijau dan batu nisan.
Tanpa sepengetahuannya, seseorang membuntutinya. Mulai dari meninggalkan area sekolah, mampir ke toko bunga, dan kini perjalanan ke makam. Saking bahagianya, Jaemin jadi tidak menyadarinya. Melewati jalan sepi menjadi kesempatan untuk menghadang Jaemin. Lelaki yang tak diketahui identitasnya itu menancap kecepatan motornya, menyalip motor Jaemin dan langsung menghadangnya.
Dihadang secara tiba-tiba membuat Jaemin hampir saja menabrak sang pelaku. Beruntung dengan sigap ia merem motornya. "Ada apa ya?." Tanyanya kala helmnya telah dilepas.
Bukannya menjawab, lelaki itu malah menuruni motornya tanpa membuka helmnya agar wajahnya tak diketahui oleh Jaemin. Menarik seragam Jaemin dengan kuat hingga Jaemin terjatuh. Tak hanya itu, lelaki itu juga menyeret Jaemin untuk sedikit menjauh dari jalan raya.
Diseret begitu saja membuat Jaemin memberontak. Kala cengkraman lelaki itu terlepas dari seragamnya, Jaemin langsung menyerangnya. Terjadi perkelahian di tempat sepi yang jauh dari pemukiman warga. Perkelahian itu berlangsung beberapa menit hingga pada akhirnya Jaemin terdiam.
Mengapa disaat seperti ini, rasa sakit di kepalanya kembali menyiksanya. Kedua matanya terpejam seraya menjambak kuat rambutnya. Disaat itu juga, darah segar kembali keluar dari lubang hidungnya. Meski kepala rivalnya terbalut helm, ringisan Jaemin mampu terdengar dengan jelas.
Melihat Jaemin kesulitan menjaga keseimbangannya, rivalnya bergerak mendekati Jaemin dan menahan tubuh penuh luka itu. "Lo kenapa?." Tanyanya panik sendiri. Tau gini, dia tidak akan menyerang Jaemin. Tapi karena perintah, jadi ia harus menjalankannya.
"LO KENAPA BANGSAT?!." Tanyanya dengan urat leher yang menonjol. Ia geram, semakin panik karena Jaemin tak menjawab pertanyaannya dan darah itu tak kunjung berhenti. Bahkan wajah Jaemin telah memucat.
"Sa-kit, gue gak ku-kuat." Setelah menjawab, jambakan itu terlepas disertai ringisan yang tak terdengar lagi. Bahkan tubuh lelaki itu kian memberat. Dan ternyata, Jaemin pingsan.
Lelaki itu membaringkan tubuh Jaemin lalu berdiri, mengedarkan pandangannya berharap ada warga yang lewat namun sepi. Tak ada satupun yang lewat. "Gimana caranya gue nolongin lo, bangsat. Gue naik motor dan sekarang lo pingsan." Ketusnya mendendang angin.
Ia berjongkok di samping lelaki yang tak sadarkan diri. "Gue harap lo cuman kecapean. Maaf karena gue nyerang lo, gue cuman disuruh. Dan maaf, gue tinggalin lo sendiri disini." Ucapnya seraya mengeluarkan ponselnya. Memoto Jaemin yang akan ia kirim sebagai bukti bahwa dirinya telah menyiksa Jaemin.
🐰🐰🐰
Jam 21:23, Jaemin baru saja pulang dan langsung memarkirkan motornya. Dapat ia tebak apa yang akan terjadi saat dirinya masuk dalam rumah, tentunya sang Ayah akan menghukumnya dengan memukulinya tanpa ampun. Jaemin tak bisa melakukan apa-apa selain pasrah. Jika rasa benci itu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Lee Doyoung, dengan sepenuh hati Jaemin akan menyerahkan tubuhnya demi sang ayah.
Jaemin memejamkan matanya, menarik nafas sedalam-dalamnya lalu menghembuskannya lewat mulut. Dengan sedikit keberanian, lelaki itu membuka pintu utama dan langsung mendapati sang ayah dan Jeno tengah duduk di sofa. Menunggunya bukan karena khawatir namun karena sudah tidak sabar akan menciptakan luka baru di tubuh Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTER LIFE (REVISI)
Ficção AdolescenteKebahagiaan yang tak pernah berpihak kepada seorang anak laki-laki yang bernama Na Jaemin. Kepahitan dan kekejaman dunia seolah ditakdirkan untuk dirasakannya setiap saat. Na Jaemin.