28. Kesekian Kalinya

724 156 4
                                    

Dorrr

Pistol telah berbunyi lantas mengapa Jaemin sama sekali tidak merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Ia sama sekali tak merasakan peluru itu menembus dadanya. Setelah ia membuka matanya, betapa terkejutnya ia melihat lelaki di hadapannya. Lelaki itu bukan Renjun karena ia baru saja menoleh kearah Renjun ng masih memangku kepala Jisung. Lelaki dihadapannya mengapa mirip sodaranya,Mark.

"BANG MARK."

Tubuh Jaemin seketika menegang. Meski telah tertembak, Mark yang begitu kuat membalikkan badannya. "Na-na." Ucapnya terdengar membisik.

Jaemin memberontak, beruntung kali ini tangannya dilepaskan dan langsung saja memeluk Mark, membiarkan Mark mendengarkan isakan kepedihannya. Tubuh Mark yang semakin memberat membuat keduanya terjatuh. Jaemin mengepalkan tangannya seraya mendongak menatap empat lelaki bertopeng itu bergantian. Takkan ia biarkan orang itu pergi begitu saja setelah menyakiti dua orang yang sangat Jaemin sayangi.

Ia mengambil pisau yang ia pegang beberapa menit yang lalu kemudian berdiri. Ditatapnya orang yang telah menembak Mark dan Jisung dengan tajam, setajam pisau dalam genggamannya. Tak disangka, Jaemin membalikkan badannya dan langsung mengoreskan pisaunya di dada dan lengan rivalnya menciptakan sayatan yang lumayan dalam. Dua lelaki yang tadi menahan tangannya kini telah berdarah karena ulah Jaemin. Satu keadilan, darah dibayar darah.

Renjun tak tinggal diam, ia berdiri dan langsung menarik seseorang yang tadinya menjadi rival Jisung. Menariknya sekuat tenaga dan mendorongnya hingga menubruk orang yang menembak Jisung dan Mark hingga terjatuh dan pistol yang dipegangnya terlempar jauh dari jangkauannya.

Kembali memanfaatkan kesempatan, Jaemin dengan cepat mengambil pistol itu dan mengarahkannya tepat di kepala yang telah menembak Mark dan Jisung. Keempatnya berlari meninggalkan Mark yang berada diambang kesadaran, Jisung yang telah menghembuskan nafas terakhir, Renjun yang tak percaya dengan apa yang Jaemin akan lakukan, dan Jaemin yang dikuasai amarah.

Dorrr...dorrr...dorrr...dorrr.

Tepat sasaran, peluru itu mengenai kaki keempatnya. Jaemin tak menurunkan pistolnya ia masih mengarahkannya. Renjun tau bahwa amarah yang menguasai Jaemin sulit untuk dikontrolnya karena itu yang merebut pistol itu dan membuangnya. Memeluk Jaemin erat, berharap lewat pelukan itu Jaemin sedikit tenang.

"Bang Mark, Njun." Jaemin terisak dalam dekapan Renjun. Membiarkan air matanya membasahi pundak sahabatnya.

Ia mengurai pelukan lalu duduk disamping Mark, memangku kepalanya sama seperti yang Renjun lakukan kepada Jisung. "Bang, maafin Nana. Kenapa abang ngelakuin ini?, harusnya Nana yang tertembak bukan abang."

Mark tersenyum, "A-bang sa-yang ka-mu, Na. A-bang gak ma-u ka-mu ke-na-pa-napa."

"Tapi gak gini caranya."

"A-bang nyu-sul bun-da ya?."

"NGGAK. ABANG HARUS BERTAHAN, BUAT NANA. NANA MOHON JANGAN TINGGALIN NANA. NANA GAK MAU KEHILANGAN LAGI."

Mark terdiam, nafasnya mulai tersenggal-senggal. Melihat Jaemin menangis membuatnya kesulitan menutup matanya. "Ja-ngan ta-ngi-sin a-abang. A-bang mo-hon. Ci-um a-abang, Na. A-bang mau nge-ra-sain ke-cu-pan te-rakhir ka-linya."

"Jangan tinggalin Nana, Nana mohon." Pinta Jaemin semakin terisak.

"Se-ka-rang Na, a-bang u-dah gak ku-at." Ucapnya dengan nafas yang semakin tersenggal-senggal.

Jaemin menggeleng, "Bertahan bang, Nana mohon." Dipeluknya kepala Mark sebelum ia menuruti permintaan Mark. Jaemin mengecup kening Mark lama lalu beralih kedua pipi Mark.

Saat itu juga, kedua mata Mark terpejam bersamaan dengan kepalanya yang tertoleh. Isakan itu kian menjadi-jadi kala di malam yang sama, kedua orang yang sangat disayangi menghembuskan nafas terakhir di hadapannya. Renjun yang tadinya hanya diam saja kembali menarik tubuh Jaemin masuk dalam dekapannya.

BITTER LIFE (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang