15. Beach

625 159 2
                                    

Seperti ajakan Renjun kemarin, keduanya tengah berada tak jauh dari bibir pantai. Berdiri dengan berdampingan dan kedua tangan yang terentang. Berdiri dibawah teriknya sinar matahari yang menghunus permukaan kulit dengan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan hingga keduanya enggan bergerak untuk pergi mencari tempat berteduh.

Jaemin memejamkan matanya dengan bibir yang tak henti-hentinya tersenyum. Suka rela menerima setiap hembusan angin yang membuat rambutnya berantakan dan deburan ombak yang menyapu kedua indera pendengarannya layaknya dentuman yang mengindahkan suasana.

Sedangkan Renjun, ia tak memejamkan matanya. Lelaki itu melirik lelaki disampingnya yang terang-terangan menunjukkan rasa bahagianya. Sejak kecil, Jaemin memang selalu antusias jika diajak ke pantai karena itu ia mengajak Jaemin sekalian untuk menyaksikan kedatangan sunset bersama. Meski sunset sebagai pertanda akhir namun akan kembali, Renjun tetap suka.

"Are you happy?." Sahut Renjun tanpa mengalihkan atensinya hingga Jaemin membuka mata dan menoleh kearahnya, menciptakan kontak mata yang berlangsung beberapa detik sebab Jaemin yang memutuskan kontak itu.

Jaemin tak menjawab, ia kembali memejamkan matanya dan kembali tersenyum. Pertanyaan Renjun seolah terjawab lewat lengkungan indah yang tercipta dari bibir Jaemin membuatnya ikut tersenyum.

Merasa pegal, Jaemin menurunkan kedua tangannya. Senyumnya pun sudah memudar berganti menyeka keringatnya. "Udah kek ikan kering gue jemuran daritadi, teduh dulu Njun sekalian nyari makanan buat ngeganjel perut." Yang tadinya merentang kini merangkul sahabatnya, menuntun Renjun untuk ikut dengannya mencari makanan dan tempat berteduh.

"Kamu neduh disana aja dulu, biar aku yang nyari makanan." Ucap Renjun menunjuk batang pohon kepala tumbang yang layak untuk di duduki dan dedaun pohon kepala lain yang berada tak jauh mampu menghalau sinar matahari.

Kedua mata Jemin mengikuti arah tunjuk Renjun, "Kenapa gak barengan aja nyari makannya?." Tanya Jaemin beralih menatap Renjun dengan kening yang berkerut akibat teriknya sinar matahari.

"Kamu disini aja, aku pergi dulu Na."

Belum sempat Jaemin menahan Renjun agar mencari makanan bersama-sama, lelaki itu terlebih dulu berlari kecil meninggalkannya seorang diri. Alhasil, Jaemin memilih melangkah ke tempat berteduh yang Renjun tunjuk tadi seraya menendang pecahan-pecahan kerang yang jelas-jelas tak mengganggu langkahnya.

Duduk seorang diri dengan kedua kaki yang menjuntai ke bawah sesekali ia ayungkan. Atensinya sama sekali tak teralihkan dari pemandangan indah di hadapannya. Pantai, mengingatkannya pada salah satu kenangan terindah bersama keluarganya. Bersama Lee Doyoung, Na Mi Young, Mark Lee, Lee Jeno, dan Na Jaemin. Si anak bungsu yang memiliki paras yang dapat mengingatkan seseorang dengan wajah cantik Na Mi Young.

Hanyut dalam pikirannya hingga tak menyadari kedatangan Renjun yang membawa dua buah kepala muda yang sudah dibolongi tengahnya.

"Liat aku bawa apa?." Renjun sedikit mengangkat buah kepala untuk ditunjukkannya kepada Jaemin namun lelaki itu tidak mengubrisnya.

Berdecak pelan kemudian menyodorkannya, "Ambil, Na."

Satu detik,

Dua detik,

Tiga detik.

Jaemin sama sekali tak mengubrisnya, lelaki itu sibuk melamun. "Na Jaemin." Tegasnya dengan suara yang sedikit meninggi. Tentunya berhasil membuat Jaemin terkejut dan membuyarkan lamunannya.

"Eh iya apa?."

"Ngelamunin apa sih Na?." Kesalnya kembali menyodorkan Jaemin satu batok kepala muda.

Dan di kedua kalinya, Jaemin menerimanya. "Gak ada." Ia menyeruput minumannya bak orang kehausan. Di siang bolong seperti ini memang cocok untuk meminum yang dingin dan segar.

BITTER LIFE (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang