3. Kehilangan

1K 227 101
                                    

Sudah 1 jam Lee Doyoung dan ketiga putranya menunggu di depan ruang UGD namun dokter yang menangani Na Mi Young tak kunjung keluar. Mark, Jeno, dan Jaemin tak henti-hentinya menangis sedangkan Lee Doyoung sama sekali tak meneteskan air mata. Namun hatinya seperti tertusuk ribuan jarum yang sangat tajam mengingat sang istri yang terkapar di pinggir jalan. Dunianya mendadak hancur.

Pintu berdecit menampak seseorang yang berpakaian putih keluar dari ruangan yang terdapat Na Mi Young di dalamnya. "Keluarga pasien."

Lee Doyoung bangkit dari duduknya, begitu juga dengan Mark dan Jeno. Sedangkan Jaemin, anak itu sedaritadi berdiri di depan pintu ruang UGD seolah menunggu sang bunda membuka pintu dan langsung memeluknya erat.

"Bagaimana istri saya Dok?. Dia tidak kenapa-napa kan?. Istri saya selamatkan Dokter?."

Dokter menghela nafas kasar, "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin namun Tuhan berkehendak lain."

Mark mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga kuku-kukunya memutih dan dada yang naik turun. "BUNDA GAK MUNGKIN NINGGALIN AKU, DOKTER." Bentak Mark menatap Dokter dihadapannya nyalang. Jeno dan Jaemin bahkan dibuat kaget olehnya.

Lee Doyoung menggeleng tak percaya, secepat ini istrinya meninggalkannya untuk selama-lamanya. "Gak mungkin, ini gak mungkin." Lelaki itu nampak sangat terpukul, tubuhnya merosot seraya meninju lantai membuat punggung tangannya memerah.

"Pasien atas nama Na Mi Young telah meninggal dunia." Setelah mengatakan kalimat itu, Dokter melenggang pergi.

Jaemin mendorong pintu ruang UGD kasar membuat suster yang hendak menutup wajah Na Mi Young terhenti. Anak kecil itu berlari menghampiri bangsal dimana tubuh bundanya terlentang kaku dan wajah yang hancur. Jaemin menarik kain yang menutupi sebagian wajah cantik bundanya, tangisnya semakin pecah melihat kedua mata Na Mi Young tertutup rapat.

"BUNDA HIKS, BANGUN BUNDA. BUNDA JANJI MAU BIKININ NANA SUSU SETIAP HARI HIKS. NANA GAK MAU BUNDA PERGI. BUNDA AYO BANGUN BUNDA. BUNDAAAAAA." Jaemin tak kuasa menahan tubuhnya, anak itu merosot beruntung dengan cepat suster menahan tubuhnya.

Lee Doyoung, Mark, dan Jeno memasuki ruang UGD, menghampiri bangsal Na Mi Young. Ruangan yang bercat putih ini dipenuhi dengan tangis pilu atas kepergian Na Mi Young yang begitu cepat. Lee Doyoung terus menggoyangkan tubuh Na Mi Young agar wanita itu membuka matanya dan melihat betapa terpukulnya suaminya.

Sedangkan Jaemin, anak itu telah berada dalam dekapan suster yang tadinya hendak menutup wajah cantik sang bunda. Suster itu merasa iba melihat Jaemin yang masih sangat kecil namun harus menerima kenyataan pahit bahwa Na Mi Young, bunda tercintanya telah pergi. Mark dan Jeno menatap wajah sang bunda lalu mengecup pipi Na Mi Young, Mark sebelah kanan dan Jeno sebelah kiri. Mungkin kecupan itu adalah kecupan terakhir sebelum wajah bundanya ditutupi oleh kain.

🐰🐰🐰

Na Mi Young telah selesai di makamkan. Di tempat peristirahatan terakhirnya, Lee Doyoung, Mark, Jeno, dan Jaemin enggan meninggalkan tempat itu. Langit seolah berpihak akan perasaannya sekarang ini, di jam 11 siang biasanya sinar matahari sangatlah terik hingga menghunus kulit tapi kini, sinar matahari enggan memperlihatkan sinarnya. Seakan-akan, langit ikut bersedih atas meninggalnya Na Mi Young, istri Lee Doyoung dan cinta pertama Mark Lee, Lee Jeno, dan Na Jaemin--Nana-nya.

Jaemin memeluk erat papan yang bertuliskan Na Mi Young atau disebut batu nisan sang bunda. Dari kejadian mengerikan hingga pemakaman selesai, Jaemin tak henti-hentinya menangis. Anak itu bahkan tak tidur, ia menemani sang bunda yang nampak tertidur sangat nyenyak. Berharap ada keajaiban, mata bundanya terbuka dan menyaksikan langsung betapa hancurnya Jaemin.

Mark dan Jeno tentu terpukul sama seperti Jaemin. Namun kedua lelaki itu sekuat tenaga menahan tangisnya dan berlagak kuat di hadapan ayah dan adeknya. Lee Doyoung, entah kemana perginya lelaki setengah baya itu semalam. Mark berkata padanya akan ikut dengannya karna takut ayahnya berbuat nekad namun Lee Doyoung menahannya, ayah bilang dia butuh waktu sendiri. Mark tak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan ayahnya pergi untuk menenangkan diri. Ia mengerti perasaan sang ayah, ayahnya lah yang sangat terpukul disini dibanding Jaemin.

Gerimis mulai berjatuhan, Lee Doyoung, Mark, dan Jeno bangkit. Tak ada gunanya berlama-lama dihadapan gundukan tanah yang mengubur Na Mi Young. Ia tidak mau berlarut dalam kesedihan membuat sang bunda kesulitan untuk pergi. Sedangkan Jaemin, anak itu terus memeluk batu nisan bundanya. Dirinya benar-benar bahkan sangat berharap ada keajaiban walaupun mustahil.

"Bangun, kita pulang sekarang." Ucap Mark dingin, menatap Jaemin datar.

Jaemin penurut itu masih sama, hanya hatinya saja yang hancur. Sebelum bangkit, ia mengecup batu nisan Na Mi Young lama kemudian bangkit. Mengikuti langkah Lee Doyoung dan kedua saudaranya. Perjalanan pulang, tak ada yang memulai obrolan. Hening menyelimuti keempat lelaki itu.

Jaemin tak henti-hentinya menangis dalam diam dengan kepala yang tertunduk. Semua terjadi begitu cepat. Andai dirinya tau bundanya akan pergi secepat ini, ia tidak akan memaksa Na Mi Young mengantarnya ke sekolah. Kejadian itu bukan salah anak kucing maupun Na Mi Young yang nekad menolongnya. Tapi ini murni kesalahannya.

Baru kemarin ia meniup lilin di hari ulang tahunnya bersama ayah dan bundanya. Baru kemarin ia menyuapi Na Mi Young sebagai suapan pertama. Baru kemarin Na Mi Young memberikannya hadiah ulang tahun. Dan baru kemarin juga Na Mi Young berjanji akan selalu membuatkannya susu walaupun wanita itu selalu mengancamnya dengan mantranya. Janji itu seolah tak ada artinya, Na Mi Young mengingkarinya dan meninggalkan Nana-nya untuk selama-lamanya.

🐰🐰🐰

Seminggu berlalu seusai kejadian mengerikan itu terjadi. Suasana kediaman Lee berubah total. Yang biasanya saling bercanda kini lenyap begitu saja. Jeno yang selalu bermain bersama Jaemin ikut lenyap. Semuanya masih sangat berduka.

Jam menunjukkan pukul 05:34, Jaemin terbangun karna alarm yang ia setel. Sengaja menyetel alarm agar dirinya tak terlambat bangun. Untuk pertama kalinya Jaemin bangun tanpa dibangunkan oleh bundanya. Lee Doyoung sepertinya tidak akan membangunkannya, begitu jelas perubahan lelaki itu. Jika Jaemin mengajaknya berbicara, ayahnya selalu menjawab seadanya. Berbanding balik dengan dulu.

Namun anak kecil itu memahami betul jika ayah masih sangat terpukul karna itu Lee Doyoung sangat irit berbicara. Termasuk Mark dan Jeno. Kedua abangnya itu sama halnya dengan ayahnya, mereka hanya berbicara seadanya kepada Jaemin.

Jaemin menuruni kasurnya lalu masuk ke kamar mandi untuk memulai ritual di pagi harinya. Setelahnya, Jaemin bersiap-siap untuk ke sekolah. Ia mengambil seragam sekolahnya, kaos kaki, sepatu, serta buku-buku yang akan ia pelajari nantinya di sekolah. Anak kecil itu nampak kesusahan mengancing seragamnya karna tangannya yang tremor akibat dinginnya cuaca dan mandi di pagi dini. Biasanya Jaemin selalu mandi jam 6 atau setengah 7.

Anak kecil itu menatap dirinya dari pantulan cermin, senyuman terpatri di bibirnya. "Bunda, Nana ganteng gak? Rambut Nana rapi banget, seragam Nana juga." Monolognya.

Ingin rasanya Jaemin keluar kamar namun ia tau diluar pasti masih gelap. Jaemin adalah anak yang penakut. Biasanya bundanya selalu membawakannya segelas susu sebelum tidur namun sekarang tak ada lagi yang membawakannya susu. Seminggu ini, Jaemin tak pernah lagi minum susu sebelum tidur. Walaupun kesulitan tidur, Jaemin tetap memaksakan diri untuk tidur.

Ayah, bunda, dan kedua saudaranya selalu melarangnya membuat susu sendiri karna takut Jaemin terkena air panas. Karna itu, Jaemin selalu merengek ke bunda dan kedua saudaranya untuk dibuatkan susu. Dan mereka tak pernah menolak, mereka selalu membuatkan Jaemin susu walaupun mereka tengah sibuk. Tapi sepertinya, mulai sekarang Jaemin harus belajar membuat susu sendiri.

BITTER LIFE (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang