"Muka kamu kenapa tambah jelek, Na?." Panik Renjun menangkup kedua pipi Jaemin.
Jaemin yang baru saja memasuki kelas langsung disungutkan kalimat menjengkelkan dari Renjun lantas menyerucutkan bibirnya kesal. "Di gigit zombie." Jawabnya asal, menepis tangan Renjun kemudian melangkah ke bangkunya.
Diacuhkan begitu saja oleh Jaemin membuat Renjun berdecak kesal. Ia melebarkan langkahnya untuk menggapai ransel Jaemin. Menarik tubuh sahabatnya hingga mundur beberapa langkah dan tak tahu dirinya seorang Renjun, ia mendudukkan dirinya di bangku Jaemin. Tak membiarkan lelaki itu duduk sebelum menjelaskan apa yang sudah terjadi kepada Jaemin. Pasalnya, pulang kemarin, wajah Jaemin aman-aman saja. Lalu kenapa sekarang mukanya bertambah jelek, menurut Renjun. Padahal aslinya, Na Jaemin sangatlah tamvan.
"Aku mau duduk, Njun." Kesal Jaemin. Dirinya sudah bersiap untuk duduk tetapi Renjun malah menariknya.
Renjun menggeleng tegas, "Jelasin dulu kenapa muka kamu jelek gitu?."
Dikatakan jelek semakin membuat Jaemin kesal, "Bawaan dari lahir, emang jelek. Puas?."
"Wishh sans maszeh, udah kayak cewek pms aja."
"Buruan pindah, aku mau duduk."
"Jelasin dulu Na Jaemin."
"Dibilangin bawaan dari lahir masih aja nanya."
"Iya kalo itu emang valid tapi kemarin muka kamu aman-aman aja, kenapa sekarang lebam gitu?, udah gitu pelipis kamu kenapa robek?."
"Abis di keroyok." Balasnya ogah-ogahan. "Di keroyok bang Jeno." Lanjutnya membatin.
Renjun membulatkan matanya, "Heh itu serius di keroyok? Di keroyok siapa?." Desak Renjun bangkit dari duduknya, memegang kedua pundak Jaemin.
"Preman jalanan." Jaemin menatap kedua bola mata Renjun dalam, manik mata Renjun menyorotkan kekhawatiran membuat Jaemin merasa bersalah telah membohongi seseorang yang sudah menemaninya sejak kecil. "Maaf, maafin aku Njun." Batinnya seraya memutuskan kontak mata itu.
"Udah diobatin kan?." Tanya Renjun dibalas anggukan oleh Jaemin. "Belajar bela diri dong Na biar gak di keroyok gini. Harus lakik dong."
"Diem deh Njun, ngebacod mulu daritadi." Cibir Jaemin menarik tubuh Renjun agar bergeser, memberinya akses untuk duduk di bangkunya.
Dengan gemas, Renjun menyentil bibir Jaemin. "Gini-gini aku khawatir sama kamu, Na."
Tak berniat membalas ucapan Renjun, Jaemin memilih mengeluarkan ponselnya dari dalam tas kemudian membuka aplikasi whatsapp-nya. Begitu pun dengan Renjun, ia bahkan duduk di meja Jaemin. Sangat tidak sopan memang. Keduanya tenggelam dalam kegiatan masing-masing hingga tak menyadari seseorang memasuki kelasnya.
Dirangkul secara tiba-tiba membuat Renjun terlonjak kaget, beruntung ponselnya tak terjatuh ke lantai. Karna kesal, ia menoleh menatap sang pelaku. "Ngapain lo kesini?." Sengit Renjun menepis rangkulan Jaehyun. Lelaki yang selalu menindas Jaemin.
Mendengar suara Renjun, Jaemin mengangkat pandangannya dan langsung mendapati Jaehyun tengah menatapnya remeh. "Gue kesini mau ngajak temen lo."
Renjun turun dari meja Jaemin, menatap Jaehyun dengan tatapan nyalang. "Stop ya lo gangguin Nana." Tegas Renjun mengepalkan kedua tangannya.
Jaemin yang tahu situasi langsung memegang pergelangan tangan Renjun, mengisyaratkan agar Renjun tak hanyut dalam permainan Jaehyun.
Ditatap seperti itu oleh Renjun justru membuat Jaehyun terkekeh, "Renjun, Renjun, lo itu sebenernya bego. Bego banget. Saking begonya lo, lo rela temenan dengan anak sialan kek Jaemin. Lo gak malu apa deketan dengan anak yang selalu ditindas, yang selalu dinyinyirin, yang ngebu---
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTER LIFE (REVISI)
Teen FictionKebahagiaan yang tak pernah berpihak kepada seorang anak laki-laki yang bernama Na Jaemin. Kepahitan dan kekejaman dunia seolah ditakdirkan untuk dirasakannya setiap saat. Na Jaemin.