27. Pembacokan

707 154 4
                                    

Jaemin mengendarai motornya pelan karena sesuai apa yang ia katakan kepada Renjun dan Jisung bahwa ia akan menikmati udara malam dan terpaan angin malam. Keindahan langit malam yang selalu dipandanginya di balkon kamarnya kini jauh lebih indah memandangi dengan berkeliling tanpa tujuan.

Mendengar suara klakson, lelaki itu menoleh. Disampingnya ada pengendara motor dengan style serba hitam dan wajah yang tertutup topeng, hanya mempelihatkan kedua mata dan mulutnya. Entah siapa pengendara itu, dirasa Jaemin tak harus membebankan otaknya hanya untuk memikirkan siapa dibalik topeng itu. Atensi kembali teralih kedepan namun ujung matanya menangkap sosok yang sama, ia kembali menoleh ke lain arah, dan benar saja dengan style yang sama. Atensinya beralih, menoleh ke belakang. Di belakangnya pun ada dua pengendara dengan style yang sama.

"Apa-apaan ini, kenapa mereka ngikutin gue?." Batinnya berusaha tenang walaupun rasanya ia ingin menghilang layaknya jin dalam sinetron.

"BERENTI LO." Teriak pengendara yang berada di samping kanan Jaemin.

Jaemin tak menghiraukannya dan tetap berusaha tenang mengendarai motornya, "Sekali aja biarin gue tenang bisa gak sih?." Kesalnya kembali membatin.

"BERENTI ANJING." Kini bukan lagi pengendara kanan yang berteriak, melainkan pengendara kiri.

Lelaki itu tak menghiraukannya dan menambah kecepatan motornya. Sialnya, empat pengendara itu ikut menambah kecepatan motornya. "Mereka beneran ngikutin gue?." Gumamnya dibalik helm.

Jaemin semakin menambah kecepatan motornya hingga tepat pada perempatan, ia tak mengurangi kecepatannya. Dari arah lain, sebuah mobil melintas membuat Jaemin oleng dan berujung menabrak trotoar. Tubuhnya terhempas, bergelindingan di jalan raya. Untungnya tak ada pengendara yang melintas jadi tubuhnya aman tak tertindas.

Lelaki itu terbatuk dengan posisi terlentang. Akibat kecelakaan ini, punggungnya terasa remuk. Syukurnya keberuntungan berpihak kepadanya, meski terasa remuk penyakit pada punggungnya tak kambuh jadi tak menambah rasa sakitnya. Walaupun sedikit kesakitan, ia mampu untuk berdiri tanpa bantuan. Empat pengendara yang mengikutinya ternyata sudah duduk enteng diatas motornya mungkin menunggu Jaemin bangun. Dan mobil yang hampir menabraknya, entah kemana. Lari begitu saja. Bukan berarti Jaemin menyalahkannya karena hampir menabraknya dan membuat Jaemin terjatuh. Sama sekali tidak, ia hanya ingin meminta maaf karena telah mengganggu ketenangan pengendara lain.

"Kalian siapa?, ngapain ngikutin gue?." Tanya Jaemin dengan suara yang dibuat tegas.

Salah satu diantara mereka turun dari motor dan melangkah menghampiri Jaemin. "Lo gak perlu tau siapa kita tapi yang pasti kita bakal mudahin malaikat izrail cabut nyawa lo." Jawabnya lalu tertawa. Tak hanya dia, ketiga temannya pun tertawa.

"Lo punya masalah apa sama gue?, gue gak kenal lo semua. Stop ganggu gue."

"Kita emang gak ada masalah sama lo tapi orang yang nyuruh kita ngabisin lo yang ada masalah sama lo. Kita disini cuman ngejalanin perintah yaitu ngabisin lo."

Setelahnya, keempat lelaki bertopeng itu langsung menyerah Jaemin. Empat lawan satu, sangatlah tidak adil. Jaemin hanyalah seorang pelajar sedangkan empat lelaki itu terlihat telah dewasa. Postur tubuh yang terbilang lebih berisi dari Jaemin tak dapat ditentukannya bahwa mereka sudah dewasa. Jaemin hanya menebaknya, karena suara mereka terdengar berat layaknya seorang lelai yang telah berkeluarga.

Sungguh tidak adil, seekor semut melawan empat ekor harimau. Jaemin kewalahan melawannya tapi jika salah satu diantara mereka menemui titik kelemahannya, sesuai yang mereka katakan, Jaemin akan dengan mudah tumbang dan memudahkan mereka untuk menghabisinya atau bahkan memudahkannya untuk melayangkan nyawa Jaemin.

BITTER LIFE (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang